Menjaga Kesehatan Mental dengan Beryoga

Perkembangan teknologi seperti pisau bermata dua. Di satu sisi, ia membawa banyak manfaat. Dan di sisi lain, ia membuka celah masalah baru. Salah satu masalah yang paling menonjol dalam  kehidupan manusia yang diakibatkan paparan dengan teknologi ialah kesehatan mental yang tak lagi seimbang. “Begitu banyak orang depresi sekarang. Itu karena kita terlalu banyak terfokus pada hal-hal di luar diri kita, termasuk di dalamnya adalah TV, smartphone, dan lain-lain,” kata Rustika Thamrin pagi tadi (14/10/2012) di sesi berbagi Yoga Gembira, Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat. Topik ini berkaitan erat dengan Hari Kesehatan Mental Sedunia 10 Oktober 2012 yang baru saja berlalu minggu ini.

Menurut Rustika yang pakar psikologi itu, tak heran kita menjadi melupakan eksistensi atau keberadaan diri kita sebenarnya. Self-awareness atau kesadaran diri menurun. Sebagai konsekuensinya, orang makin sibuk untuk mengisi kekosongan dalam jiwa mereka dengan memburu ‘kebahagiaan’ di luar diri mereka. Sayangnya kebahagiaan eksternal itu tidaklah sejati. Semu dan temporer belaka.

Yoga dapat menjadi satu solusi bagi manusia modern yang telah kehilangan jati diri dan keseimbangan hidup dengan mengajak kembali melihat ke dalam diri. Yoga memberikan jalan bagi kita untuk melihat ke tubuh kita sendiri dan mengamati emosi-emosi yang muncul dan untuk kemudian membiarkan semua itu pergi karena kita tidak perlu menganalisisnya atau menghakiminya, ujar Yudhi Widdyantoro, pendiri Social Yoga Club atau Yoga Gembira. Menelisik kembali ke dalam diri juga menjadi bagian penting dalam mindfulness therapy yang kata Rustika selaras dengan prinsip yoga.

Satu pembahasan yang menarik oleh Rustika ialah ciri utama orang yang bermental sehat yang bisa kita gunakan untuk mengukur kesehatan mental kita masing-masing. Orang yang bermental sehat umumnya memiliki kemampuan untuk menertawakan dirinya sendiri. Mereka yang defensif (yang kurang sehat mentalnya), kurang mampu menertawakan diri sendiri tetapi justru melimpahkan ketidakberesan atau masalah dalam dirinya pada orang lain.

Kita juga diajak untuk tersenyum lebih banyak demi meningkatkan kesehatan mental. Mengapa harus tersenyum? Saat seseorang tersenyum kemungkinan besar ia merasa senang, terang Rustika. Dan saat seseorang merasa gembira tanpa ada tekanan, limbic system dalam tubuh akan terbuka dan saat itulah,informasi akan masuk dan terolah dengan lebih baik. “Pada gilirannya daya ingat jangka panjang kita akan membaik pula. Ini akan mencegah kita lebih mudah lupa dalam kegiatan sehari-hari akibat kebiasaan multi-tasking,” tambahnya.

Dalam kesempatan tersebut, Rustika juga menambahkan perlunya biodansa (dansa kehidupan) yang bisa menghubungkan diri kita dengan mereka yang ada di sekitar kita. Digabungkan dengan yoga yang menekankan pengenalan diri sendiri, biodansa menjadi langkah penyempurna berikutnya untuk mengenal dan terhubung dengan lingkungan sosial. Keduanya memungkinkan kita menjaga keseimbangan dan kesehatan mental baik dari sisi internal dan eksternal.



Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: