Efektivitas Buzzer dan influencer di Social Media

noteEndorsement (dukungan) dalam dunia komunikasi dan marketing biasa digunakan untuk meyakinkan calon konsumen.  Mereka yang dianggap mampu memberikan endorsement yang efektif ialah sosok yang memiliki reputasi, kredibilitas di bidang tertentu. Dan mereka (influencer/ sosok berpengaruh) inilah yang biasa dimintai bantuan untuk menjadi buzzer alias tukang koar-koar/ promosi. Kita bisa temukan sosok buzzer di social media (contoh yang paling banyak ada di Twitter, seperti Raditya Dika) yang biasanya memiliki jumlah pengikut ratusan ribu atau sudah jutaan (terlepas dari organik tidaknya cara mendapat pengikut).

Buzzer bisa digunakan untuk membangun viral awareness, yang sangat didambakan oleh para pemilik brand saat ini, entah itu personal brand atau corporate brand. Personal brand berupa sosok seorang manusia yang dianggap sebagai sebuah merek, seperti seorang seniman, pemusik, politikus, dan sebagainya. Sementara corporate brand ialah perusahaan yang ingin mereknya makin dikenal dan akhirnya digunakan masyarakat.

Syarat menjadi buzzer ialah memiliki pemahaman mengenai produk dan target audiens yang dibidik, target campaign (makin dalam engagement yang diharapkan maka pemilihannya akan semakin detil). Syarat lain yang lebih detil pernah saya tulis di “Nukman Luthfie Tentang Nge-Tweet Dapet Duit“.

Namun, penggunaan buzzer jangan dijadikan satu-satunya kanal/ saluran marketing, meski harus diakui kehadirannya sangat penting untuk menggenjot kesadaran publik. Hal lain yang harus dimiliki juga ialah konten yang relevan dengan tema kampanye social media. Konten itu harus diorganisir dalam wadah blog.

Penggunaan buzzer dari sisi brand harus bijak karena belum tentu investasi yang tinggi dalam menyewa jasa buzzer efektif dalam menjaring hasil yang tinggi. Setelah kita membayar si buzzer, jangan lupa perlunya penentuan parameter kesuksesan yang harus dicapai. Jika mau hitungan mudah, bisa diukur melalui kenaikan jumlah pengikut. Tapi itu terlalu dangkal jika dijadikan ukuran satu-satunya, just my two cents.

Perlakuan penggunaan buzzer bisa disamakan dengan divisi komunikasi. Salah satu fungsi digital adalah untuk mendengar konsumen.

Tidak boleh diabaikan pula jenis tujuan kampanye karena ia menentukan perlu tidaknya menggunakan jasa seorang buzzer. Untuk itu, mintalah pertimbangan ke beberapa pihak yang lebih berpengalaman dan yang berkepentingan dalam kampanye ini.

Pemeriksaan latar belakang dilaksanakan oleh pihak brand untuk mengetahui jika si buzzer adalah salah satu pengguna produk yang hendak dikampanyekan atau tidak. Ini untuk mengurangi risiko.

Pendekatan legal (kontrak) atau personal bisa dilakukan oleh agensi untuk menggunakan buzzer. Anda bisa mengajukan semacam surat kontrak kerja pada mereka. Sekali lagi, agar ini menjadi lebih profesional dan jelas sehingga jika ada sesuatu terjadi di kemudian hari akan lebih mudah diantisipasi dan dipecahkan.

Usahakan sebagai pemilik brand, jangan menggunakan jasa buzzer yang tidak pernah membicarakan pesan kunci yang diharapkan. Sederhana saja, karena itu percuma. Pesan kunci itu juga harus disesuaikan dengan bidang kepakaran si buzzer. Inilah seninya memilih buzzer.

Pesan utama yang ingin disebarluaskan harus disampaikan dengan jelas sebelum kampanye oleh si agensi pada pihak buzzer. Jangan sampai ada kesalahpahaman.

Buzzer sebenarnya bisa berkampanye dengan membagikan pengalaman dalam menggunakan produk/ brand yang dimaksud. Sehingga kesan hard selling tidak kentara. Ini masih berkaitan dengan kejelian brand memilih buzzer. Dan cukup susah untuk menemukan sosok buzzer yang klop seperti itu. Kadang ada yang pesan dan temanya konsisten di satu bidang tetapi pengikutnya tidak signifikan, dan di sisi lain ada yang banyak pengikut tetapi kurang sesuai dengan pesan utama tema kampanye yang akan dilontarkan.

Hingga saat ini belum ada aturan khusus yang berlaku untuk sangkalan/ disclaimer dan itu bergantung pada perjanjian kedua belah pihak. Dan itulah kendala sekaligus celah peluang berbisnis di dunia social media, menurut hemat saya. Di sini, standarnya sangat kabur, atau fleksibel. Semuanya tergantung negosiasi. Jadi kalau suka sama suka, ayo. Kalau tidak, ya tidak. Itulah mengapa kadang sangat susah menentukan tarif jasa buzzer.

(Sebagian ide disarikan dari akun Twitter Obrolan Langsat : @obsat)



2 responses to “Efektivitas Buzzer dan influencer di Social Media”

  1. Thanks …buat infonya 🙂

  2. ukur dengan efektifitas klik pada link yang disertakan sewaktu campaign, bisa gunakan google analitic

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: