“Ujayyi” artinya “victorius” atau kemenangan. Ada juga yang mengartikannya sebagai nafas penakluk (conqueror breath). Ujayyi pranayama atau ujayyi breathing merupakan salah satu teknik pernapasan dasar dalam beryoga. Teknik ini dilakukan dengan sedikit menekan epiglottis (tempat kita merasakan sensasi batuk atau berkumur) ke langit-langit mulut dan tetap menjaga aliran nafas keluar dan masuk melewati hidung. Jika sudah berhasil, biasanya nafas kita akan terdengar bersuara lembut namun kuat seperti hembusan angin yang melewati dedaunan di tepi pantai. Devi Asmarani dalam bukunya “Yoga untuk Semua” menggambarkan pernafasan ujayyi sebagai “suara berdesir halus dari daerah tenggorokan seperti ketika tidur nyenyak”.
Teknik ini menjadi teknik yang paling umum digunakan dalam Hatha yoga. Ujayyi breathing berguna untuk mempertahankan asana yang sudah dicapai agar lebih kuat dan stabil. Kita akan rasakan dada sedikit menggembung.
Menurut sebagian ajaran yoga, teknik pernafasan ini akan dapat dikuasai dengan sendirinya dari waktu ke waktu, jika yogi/ yogini membiarkan pernafasannya bebas mengalir dalam melakukan praktik asana, bahkan yang paling menantang sekalipun.
Efek ujayyi breathing ada 3 menurut Mark Stephens:
a. Nafas menjadi hangat saat hanya bernafas melalui hidung, paru-paru pun menjadi hangat, darah pun demikian. Sangat berguna untuk membangunkan tubuh dalam melakukan gerakan alaminya dalam melakukan asana.
b. Suara dan sensasi ujayyi membantu mempertahankan kesadaran (awareness) pernafasan agar tetap mengalir konstan, nyaman, dan seimbang.
c. Suara yang ritmis/ berirama dari pernafasan ujayyi membantu menenangkan syaraf yang tegang dan membantu latihan yoga menjadi lebih terfokus pada diri kita sendiri, bukan ke lingkungan eksternal.
Pada intinya, pernafasan ini sangat berguna untuk memantau kualitas dan tekstur nafas kita selama berlatih (Asmarani: 7, 2011).
Cara mengajarkan ujayyi breathing pada murid:
– Duduk dalam posisi yang nyaman di kedua tulang duduk dan batang tubuh tegak, bahu turun, jauh dari telinga. Sikap tubuh rileks. Kedua kaki bersila dengan senyaman mungkin.
– Mulai menutup mata perlahan dan fokus ke nafas tanpa berusaha menguasai keluar masuknya nafas. Nafas rileks.
– Tarik nafas dengan menegangkan tenggorokan dan rasakan pita suara kita bergetar. Inilah yang dikatakan sebagai ‘tekstur nafas’ karena seolah-olah kita dapat meraba nafas dari getaran yang ditimbulkannya.
– Rasakan sensasi bernafas dengan getaran ini di seluruh badan. Konsentrasi penuh ke nafas dan rasakan apa yang tengah terjadi pada tulang belakang. Perubahan panjang pendek tulang belakang saat tarik dan hembuskan nafas menjadi salah satu fokus kesadaran.
– Di antara tarikan dan hembusan nafas, tekan tulang belikat ke arah batang tubuh untuk mengangkat dada. Hembuskan nafas pelan sambil rasakan sensasi memanjang pada tubuh.
– Lakukan smavritti pranayama atau bernafas dengan htungan yang sama dan konstan. Tarik nafas dan hitung dalam hati: 1, 2, 3, 4. Lalu keluarkan nafas dengan hitungan yang sama pula.
– Lanjutkan dengan hitungan yang sama hingga dapat dirasakan perpanjangan hitungan menjadi misalnya 5 banding 5 dan seterusnya. Artinya 5 hitungan/ ketukan nafas masuk dilanjutkan dengan 5 hitungan nafas keluar.
– Fokus pada jeda di antara tarikan dan buangan nafas yang dinamakan “Kumbaka” (retention/ penahanan nafas). Anda bisa memulai jeda 1 sampai 3 ketukan sebelum membuang nafas. Pastikan saat melakukannya badan tetap santai, tidak tegang.
– Setelah beberapa putaran, kembalikan nafas normal kita. Bila kepala terasa pusing atau lelah, berbaring dalam posisi savasana.
Leave a Reply