Selamat pagi!
Saya mau berbagi cerita tentang ‘ulah’ oknum turis Indonesia yang pernah saya temui. Turis Indonesia itu membingungkan ya. Saya pernah membawa rombongan turis Indonesia yang sebagian beragama Islam. Mereka ikut mengantre membeli siao lung pau, makanan khas Shanghai serupa roti dengan isi daging babi. Mereka ikut antre dan makan tanpa bertanya lebih dulu pada saya. Setelah mereka makan, mereka baru memberitahu saya. Tiba-tiba saya disalahkan,”Kenapa kamu tidak beritahu kami sejak awal, Candy?!! Kalau kamu beritahu, pasti kami tidak akan makan.”
Belajar dari pengalaman tadi, dalam tur berikutnya yang diikuti rombongan beragama Islam, saya pun menjelaskan dengan lantang:”Jangan beli apalagi makan siao lung pao karena ada daging B2 ya!” Pengumuman itu saya sampaikan di bus sebelum mereka turun. Sebagai gantinya, mereka bisa berbelanja benda lainnya.
Akan tetapi dari kejauhan terlihat oleh saya seorang bapak dari rombongan yang ikut mengantre di depan toko penjual siao lung pao.
“Bapak, kenapa Anda ikut antre? Anda tadi kan saya sudah beritahu di bus, itu mengandung babi! Anda tidak bisa makan!”Saya menjelaskan dengan emosi, karena saya merasa sudah memberitahu tetapi tetap tidak diperhatikan.
Bapak itu menjawab dengan nada tenang,”Saya tahu isinya daging babi. Sebelum berangkat ke sini, saya diberitahu teman untuk mencoba makanan khas Shanghai ini. Jadi saya tidak mau melewatkannya, katanya enak sekali. Saya juga mau coba.”
Saya pun bingung. Bapak ini beragama Islam tetapi kok masih makan babi?
Untuk menjawab keraguan saya, bapak itu berkata lagi,”Candy, Tuhan ada di Indonesia. Saya sekarang di Tiongkok.”
Sehabis memesan, ia mencari tempat yang aman untuk melahap siao lung pau tadi agar tidak kepergok teman-teman serombongan. Ia malu melanggar aturan agamanya rupanya.
Saya tanya rasanya. Katanya enak sekali. Kemudian saya berkata dalam hati,”Dasar Islam aspal!”
Salam hangat,
Candy
Leave a Reply