Prabowo Subianto di Mata Lee Kuan Yew (1)

20140711-220608-79568283.jpg

Siapa tak kenal negarawan satu ini? Arsitek pembangunan Singapura tersebut tampak masih sehat untuk ukuran orang seusianya. Pikirannya masih tajam, jauh dari kesan pikun. Ucapannya lancar tak peduli usianya sudah 90 tahun.

Saya bukan orang Singapura jadi saya hanya mengenalnya lewat buku dan cerita orang. Ir. Ciputra, pendiri perusahaan tempat saya bekerja, pernah dalam suatu kesempatan menceritakan kekagumannya terhadap Lee yang katanya sangat brilian dalam membangun negeri pulau sekecil Temasek menjadi Singapura yang super makmur. Beliau selalu menjadikan Lee sebagai contoh seorang politisi dan birokrat yang memiliki jiwa entrepreneurship yang tinggi. Terakhir kali sepengetahuan saya Ciputra hendak menemui Lee saat bertandang ke Singapura untuk menerima penghargaan dari stasiun TV Channel News Asia di Maret tahun 2013, tetapi sayang Lee sedang didera sakit lutut. Kata Ciputra yang akan merayakan ulang tahunnya yang ke-83 24 Agustus nanti, “Jangan terlalu banyak olahraga naik sepeda statis.” Ia menyarankan renang saja yang lebih aman untuk persendian karena minim hentakan.

Sebagai negarawan top yang bertetangga dengan kita, Lee sering bertemu dengan sosok-sosok penting dalam percaturan politik Indonesia. Salah satunya yang ia turut bahas dalam memoarnya “From Third World to First- The Singapore Story (1965-2000)” adalah calon presiden kita sekarang yang bernomor urut 1, Prabowo Subianto.

Dalam memoarnya yang tebal itu, Lee mendedikasikan satu bab berjudul “Indonesia: From Foe to Friend” dengan 3 halaman yang menyebut Prabowo. Pertama di halaman 312, Lee menyebut Prabowo sebagai “komandan Kopassus”. Tak banyak cerita di sini karena Lee lebih menyorot Titiek, mantan istri Prabowo, yang menemui Lee pada tanggal 9 Januari 1998 dengan misi mendapatkan bantuan dari Singapura dalam upaya mengumpulkan dana melalui surat utang atau bond dalam mata uang dollar AS di Singapura. Lee menolak karena meski ia mau melakukannya pun, langkah itu tak akan efektif selamatkan rupiah yang jeblok. Terdesak, Titiek berdalih ada isu dari Singapura yang melemahkan rupiah tahun 1998 dan menuduh bankir-bankir Singapura mendorong orang Indonesia menyimpan uang di negeri seberang. Lee menyarankan Titiek dan Suharto berkonsultasi dengan Paul Volcker, mantan pimpinan Bank Sentral AS (Federal Reserve) tetapi ujungnya, nasihatnya tak digubris. Volcker diundang ke Jakarta untuk bertemu Suharto tetapi tak diangkat sebagai penasihat.

Barulah di halaman 316 dan 317, Lee menuliskan kesannya yang lebih mendalam tentang Prabowo…

(Bersambung: Prabowo Subianto di Mata Lee Kuan Yew -2)



6 responses to “Prabowo Subianto di Mata Lee Kuan Yew (1)”

  1. […] ← Prabowo Subianto di Mata Lee Kuan Yew (1) […]

  2. ijin share ya bro..tulisannya…

  3. ijin share sob berguna banget

  4. laniratulangi Avatar
    laniratulangi

    Numpang share ke FB. Trims.

  5. […] The busiest day of the year was July 13th with 183,181 views. The most popular post that day was Prabowo Subianto di Mata Lee Kuan Yew (1). […]

  6. […] Dalam memoirnya, Lee Kuan Yew (PM Singapura 1959-1990) mengungkapkan bahwa pada tanggal 7 Februari 1998, ia dan Goh […]

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: