Karena pilpres, kita bisa dapat libur sehari dan pulang pagi. Enak ya? Tetapi itu kalau cuma dipandang dari kebebasan untuk tidak bekerja seperti biasa. Dalam kenyataannya pekerjaan malah menumpuk.
Helikopter beterbangan di atas langit sore. Para karyawan berhamburan pulang lebih awal, tak mau menyia-nyiakan waktu untuk bersantai di rumah dan menghindari terjebak dalam kemacetan yang bisa memaksa berbuka di jalanan penuh asap menyesakkan.
Paranoia menyeruak. Semua perhatian tertuju pada tengah kota ini, bak ada pusat gempa yang super raksasa, padahal kenyataannya di luar lensa kamera, keadaan aman-aman saja. Namun, siapa yang percaya begitu saja? Ada yang sedang gila di luar sana? Takut kalau ia mengamuk luar biasa? Biarkan saja. Masukkan rumah sakit jiwa.
Heran juga. Kapan kita semua bisa lepas dari prahara, atau “Prahara”? Apa susahnya, biarkan bangsa damai sekarang juga.
Kalau dari sisi sastra, pilpres ini bisa ditulis seperti epos atau babad. Banyak drama yang menghipnotis, seru, sendu, memeras air mata, merangsang sumpah serapah dan pelajaran moral plus etika yang berlimpah. Belum lagi debat-debat gila, intrik kotor, fitnah durjana, sampai manuver para penjilat, oportunis serta borjuis.
Mungkin 1000 tahun lagi, para akademisi akan mengumpulkan teks-teks yang mereka dapat dari tidak hanya buku-buku klasik di perpustakaan tetapi juga data-data triliunan terabyte yang tersimpan dalam server-server kuno ala abad-21 yang memuat artikel-artikel ilmiah yang objektif sampai tulisan di blog picisan, lautan file-file video, meme, foto, gif, pdf, podcast, tweet dan status Facebook yang menyampah tentang Hikayat Wowo Wiwi. Lalu badan-badan bahasa dan pendidikan akan menetapkannya sebagai karya “canon” dan mewajibkan para siswa membaca kisah legendaris itu. Orang-orang tua membacakannya sebelum tidur pada anak-anak mereka seperti orang-orang tua saat ini membacakan Kancil Mencuri Mentimun atau Bawang Merah Bawang Putih. Bisa jadi akan ada dramatisasi, distorsi dan bumbu di sana-sini, berkembang berbagai versi tetapi esensi masih sama.
Entah seperti apa isi kisah yang akan dibaca anak-anak abad ke-31 itu. Apakah protagonisnya Wowo atau Wiwi? Terlepas dari itu semua, bangga juga rasanya saya, Anda dan kita semua jadi bagian dari kisah bersejarah itu.