Tidak semua wartawan bisnis memiliki latar belakang pendidikan keuangan/ finansial. Tidak semua jurnalis ini juga mampu dengan cepat menerjemahkan angka-angka yang tersaji dalam laporan keuangan sebuah perusahaan, atau penjelasan rumit mengenai kondisi keuangan sebuah perusahaan dalam periode tertentu. Saya pun demikian. Saya hanya tahu sastra dan jurnalisme (anggaplah demikian). Pengetahuan tentang angka sangat kurang memadai, jika boleh saya akui.
Lalu apa pentingnya seorang wartawan bisnis memahami angka? Menurut reporter Bloomberg News alm. Mark Pittman, jumlah reporter yang mengetahui antara harga dan hasil (price vs yield) benar-benar sedikit. Ia berkata:
“Jarang ada wartawan bisnis yang benar-benar meliput tentang keuangan. Bila Anda meliput suatu perusahaan dan tiba-tiba biaya pinjaman mereka meningkat dari 100 (angka dasar) ke 250 atau 300 lebih (berarti investor percaya bahwa risiko telah meningkat pada pokoknya) dan tidak ada yang memberikan pertanyaan. Ada masalah saat ini terjadi dan tidak ada yang memberikan pertanyaan. Saya kira kita memiliki isu pelatihan dalam skala besar dalam profesi kita. Kita membawa pisau dalam perang senjata api.”- Mark Pittman (sumber: Audit Interview, Ryan Chittum, Columbia Journalism Review)
Menjadi seorang wartawan bisnis yang kurang menguasai angka dan pengetahuan finansial memang seperti seorang serdadu di peperangan yang tak bersenjata lengkap. Saya bisa merasakan bagaimana rasanya berada dalam ruangan yang di dalamnya ada jumpa pers, dengan seseorang di depan memaparkan laporan keuangan perusahaan dan salinannya yang telah diberikan pada setiap orang yang duduk di kursi, lalu di akhir sesi presentasi, tidak ada orang yang melontarkan pertanyaan yang berbobot sepanjang sesi tanya jawab. Kalau pun ada, sangat mungkin bisa dihitung dengan jari.