Kara Swisher dari blog teknologi Recode pernah mengkritik bahwa para wartawan sering menulis hal-hal yang membosankan untuk para pembacanya. Namun ironisnya, diskusi dan debat mereka di ruang redaksi (newsroom) yang justru lebih menarik dan tajam malah tidak disajikan pada audiens yang haus informasi dan analisis bermutu. Dengan kata lain, para wartawan memendam informasi, analisis dan prediksi logis yang lebih menarik itu bagi kalangannya sendiri dan tidak mau menyebarkannya melalui medianya.
Begitu juga dalam kasus satu ini. Seperti kita ketahui bersama, Prabowo sudah babak belur menderita kekalahan telak dua kali di Pilpres dan sengketa hasil Pilpres di Mahkamah Konstitusi. Dalam beberapa kesempatan Hatta memang tak lagi terlihat tampil di depan publik bersama Prabowo Subianto.Tetapi tahukah Anda alasannya?
Menurut sumber tepercaya yang juga seorang pewarta, tidak tampilnya Hatta bersama dengan Prabowo dilatarbelakangi oleh hal berikut ini:kubu Prabowo-Hatta sebenarnya sudah terbelah dengan perpecahan pendapat dalam tubuh PAN sendiri. Ada kubu sang tetua PAN Amien Rais dan kubu sang besan Status Quo Hatta Rajasa. Amien mau Hatta terus mendampingi Prabowo, tetapi Hatta sendiri sudah “ogah”. Masuk akal juga. Siapa yang mau berjalan bersama pecundang? Tetapi kalau pecundang itu teman sejati Anda, asumsi ini pasti akan terpatahkan. Dan sayangnya di dunia politik tak ada yang namanya teman sejati, seperti yang ditunjukkan ‘wartawati senior’ Nanik S. Deyang, yang pernah secara terbuka dekat dengan Jokowi dan kemudian menyeberang ke kubu Prabowo lalu menyerangnya dengan cara yang sangat tidak etis dalam koridor jurnalisme.
Bila sumber ini salah, mungkin alasan sebenarnya akan tetap terkubur dan menjadi objek spekulasi kita bersama sebagai bangsa dalam berbagai wacana.
Leave a Reply