Senam taichi itu sangat mengasyikkan. Keasyikan itu bukan terletak dalam gerakan-gerakan yang enerjik dan membuat keringat mengucur, tetapi pada gerakan lembut yang menyimpan tenaga untuk kemudian diletupkan sesekali dan ditarik kembali ke dalam diri.
Teman saya yang lebih banyak tahu setelah bertanya pada sang guru (Laoshi) Koh Alo yang dikenal sebagai pengajar taichi di kelenteng Pinangsia itu mengatakan bahwa taichi tidak berbeda jauh dari yoga. Ada aspek-aspek tak kasat mata yang harus dijiwai, dirasakan, ditelusuri lebih dalam dengan penghayatan yang mendalam. Sehingga kita tidak cuma melakukan rangkaian gerakan tetapi juga napas dan energi kehidupan yang kerap disebut prana atau chi.
Dan saat saya katakan rumit, teman saya menampik,”Tidak juga. Tidak sekadar nafas, tapi juga pengendalian dan tien dan aliran chi.”
Saya putuskan untuk mencoba barang sejenak, 10-15 menit. Sebelum berlatih bersama, para peserta yang kebanyakan orang awam yang penasaran seperti saya diatur posisinya menghadap timur, dan membentuk segitiga yang meruncing, dengan sang guru di ujung terdepannya. Mirip seperti kawanan burung merpati yang terbang. Apakah ada alasan tertentu mengapa harus di formasi seperti itu? Saya belum sempat bertanya lebih jauh.