Horor di Kantor

Selain humor di kantor, ada juga horor di kantor. Keduanya cukup mengasyikkan jika dibahas. Untuk humor di kantor, saya akan bahas lain kali. Sekarang saya akan bahas kejadian-kejadian horor di kantor dulu.

Desember tahun lalu kami baru saja pindah ke gedung baru di sebuah pencakar langit. Saya tentu tidak bisa menuliskan di sini nama gedung itu. Siapa tahu ada yang ingin menyewa ruang kantor di sana tetapi begitu membaca tulisan ini langsung berubah pikiran.

Saya pernah menceritakan dulu (baca di Kumpulan Kisah Nyata: Kantorku Berhantu) bahwa di kantor kami yang lama ada kemunculan yang tidak diharapkan, setidaknya menurut pengamatan indra saya. Dari lampu yang mati secara tiba-tiba saat saya bekerja sendirian yang membuat saya terbirit-birit karena saya pikir kantor hendak dikunci sekuriti hingga sekelebat orang yang mirip atasan tetapi ternyata bukan.

Tetapi kantor lama ternyata tidak berhenti menghasilkan kisah horor begitu saya tinggalkan, karena ada penghuni baru di sana. Staf baru yang belum tahu apa-apa ini mengira semua ruangan aman. Karena itu, dengan santai seorang dari mereka mengangkat barang-barang untuk ditumpuk di sebuah ruangan kecil di rumah contoh yang masih berdiri di kantor bagian belakang. Rumah ini memang sudah memiliki rekam jejak yang negatif di antara para staf kantor sebelumnya. Suasananya sungguh membuat bulu kuduk meremang di petang dan malam hari. Sangat sepi dan dikepung pepohonan lebat. Pohon-pohon besar memang baik bagi lingkungan tetapi juga menjadi sarang idealnya makhluk dunia lain.

Meski sudah disarankan oleh sekuriti agar tidak menumpuk barang di ruangan itu terlalu banyak, si staf itu tidak menghiraukannya. Padahal ia tidak tahu bahwa si sekuriti tahu ada ‘makhluk’ bersemayam di situ. “Seorang perempuan”, kata sekuriti yang mengetahui itu pada saya tadi malam. Tetapi karena perempuan itu sendiri bukan orang, saya pikir perkataannya itu kurang tepat. “Sehantu perempuan” terdengar lebih tepat meski aneh. Akibat menjejalkan barang terlalu banyak di dalam ruangan remang-remang itu, si staf baru tiba-tiba kesurupan di suatu petang.

Beberapa waktu sebelumnya kantor juga pernah mengundang pendeta untuk memberkati semua sudut di kantor ini dengan air sucinya. Ia berkeliling dan mencipratkan air yang sudah didoai tadi ke sudut-sudut ruangan kantor, termasuk di ruangan-ruangan angker dekat meja kerja saya. Ternyata makhluk-makhluk itu lebih bandel dari perkiraan.

Pindah ke kantor baru tidak berarti lebih aman dari gangguan ‘makhluk lain’. “Di sini memang lebih aman dari gangguan makhluk kasar (baca : manusia),”komentar seorang sekuriti yang saya kenal baik,”tetapi kalau soal makhluk lain memang masih ada.”

Lebih lanjut ia bercerita tentang riwayat gedung ini,”Dulu kan pembangunan basement gedung ini pernah berhenti lama.” Saya menduga pembangunan pondasinya sudah dilakukan 5 tahun sebelum diresmikan penggunaannya oleh perusahaan yaitu sekitar tahun 2007-2008. Namun, sempat terhenti karena mungkin terjadi guncangan di pasar keuangan dunia karena krisis finansial Amerika Serikat dan Eropa tahun 2008-2009. Ironis memang mengapa ekonomi dan properti kita sedemikian terimbasnya oleh kondisi moneter dan keuangan negara lain, tapi negara mana yang bisa sepenuhnya menghindar dari gejolak keuangan yang dikirim negara sebesar Amerika? Namun, kata seorang direktur yang lebih tahu menahu mengenai pembangunan proyek gedung pencakar langit ini, proses pembangunan sudah dimulai sejak 1998. Basement sudah dibangun sebanyak 3 lantai, lalu karena krisis moneter yang melanda perusahaan menghentikan proyek hingga situasi ekonomi pulih. “Baru mulai kembali kemarin 2008,”katanya. Jadi ada jeda 10 tahun. Dan bayangkan bagaimana kondisi sebuah proyek yang mangkrak selama 10 tahun.

Kantor lama di ketinggian ini lebih minim gangguan ‘halus’. “Cuma suara-suara sih,”sekuriti tadi bersaksi. Tidak seburuk di kantor lama, jika mau dibandingkan.

Suara itu pernah menyapa salah seorang karyawan malang kami yang dengan tekun mengerjakan tugasnya hingga pukul 9 malam. Hanya ada dia dan satu orang lagi yang tinggal.

“Tok tok tok…”suara itu datang dari jendela. Ia menoleh ke jendela kaca yang gelap itu. Siapa yang malam-malam pukul 9 mau bergelantungan dengan gondola di ketinggian untuk mengetuk jendela kaca ruangan lantai 39? Kecuali yang mengetuk itu bukan manusia.

Seolah diingatkan untuk pulang secepatnya, karyawan naas itu pun berkemas sembari terkencing-kencing. Di meja sekuriti depan ia bertanya,”Siapa tadi yang di luar?” Sekuriti kebingungan.

Siapa? Mana mereka tahu? Tidak ada orang yang mungkin tahu!



2 responses to “Horor di Kantor”

  1. Kayaknya kantormu di belakang kos ku lama deh.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: