WAKIL Pimpinan Global Entrepreneurship Network Buke Cuhadar yang juga terlibat dalam Endeavor Turki mengatakan bahwa pihaknya berkolaborasi dengan para entrepreneur dalam waktu yang sudah cukup lama.
Ia menemukan banyak kesamaan dalam dua negara, yakni Indonesia dan Turki, negeri asalnya. Beberapa di antaranya adalah keduanya adalah 2 negara dengan jumlah penduduk mayoritas muslim. Indonesia dan Turki juga 2 negara yang besar. Arus urbanisasi di Turki dan Indonesia juga tergolong tinggi.
Turki sendiri sudah selangkah lebih maju dalam hal pendidikan entrepreneurship dibandingkan Indonesia. “Pemerintah Turki telah menerapkan materi pembelajaran bertema entrepreneurship di kurikulum sekolah-sekolah dasar dan menengah dalam beberapa tahun terakhir.” Menurutnya masih banyak yang perlu dilakukan di Turki juga agar kondisinya lebih kondusif bagi entrepreneurship.
Buke menyoroti pentingnya perubahan mindset dalam diri manusia agar entrepreneurship bisa lebih tumbuh pesat. “Diperlukan waktu memang untuk melibatkan berbagai pihak seperti guru, orang tua, akademisi dalam upaya besar ini,”Buke menjelaskan. Di Turki sendiri, masyarakat lebih menyukai anak-anak mereka menjadi dokter, pengacara dan berbagai profesi bergengsi lainnya. Kenyataan ini juga masih banyak ditemui di tanah air.
Entrepreneur-entrepreneur Turki juga kerap meniru startup-startup dari AS dan luar negeri. “Saya pikir itu tidak terlalu buruk,”ucap perempuan Turki ini. Alasannya karena itu memberikan kesempatan bagi entrepreneur untuk menyimpulkan hal-hal yang bisa diterapkan dan tidak. Kadang startup dengan ide tiruan malah lebih sukses daripada pendahulunya. Dengan begitu, mereka juga bisa banyak belajar mengenai ketrampilan berwirausaha.
Satu hal yang perlu dipelajari dari pemerintah Turki ialah bagaimana mereka memberikan kemudahan bagi para entrepreneur untuk berbisnis tanpa terlalu banyak campur tangan. Misalnya, adanya kebijakan insentif pajak bagi entrepreneur, adanya angel investor yang menurut Buke memiliki peran penting. Global Entrepreneurship Network memililiki andil dalam pembangunan ekosistem entrepreneurship di Turki, katanya.
Keunikan Indonesia datang dari jumlah populasinya yang banyak dan muda. “Sebagaimana dikatakan Jeff Hofman, orang-orang muda ini adalah entrepreneur yang berpotensi,”ujarnya.
Tantangan-tantangan masih ditemukan di Indonesia meskipun potensinya juga tak kalah besar. Buke mengungkapkan bahwa semua orang berharap bisa terjadi perbaikan.
Ditanya apakah setelah event akan ada kesepakatan bisnis atau presentasi dari startup pada investor, Buke menjawab,”Ya, kami memiliki banyak program yang dilaksanakan oleh para mitra kami. Ada pitching, pemaparan riset dan kebijakan yang berkenaan dengan entrepreneurship. Semuanya program yang dirancang untuk entrepreneur, membantu mereka melakukan scaling-up (membesarkan skala usaha).” Akan ada banyak uji coba dan perbaikan dari sini untuk kemudian terus disempurnakan untuk mendukung terciptanya ekosistem entrepreneurship yang kondusif bagi startup di Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Buke juga menekankan pentingnya pendirian Startup Nation. “Ciputra Foundation telah mengambil langkah ke depan. Kami sendiri telah banyak menyaksikan adanya gerakan Startup Nation di sejumlah negara,”ia mengatakan. Dengan gerakan Startup Nation ini, diharapkan akan ada sebuah jalinan kerjasama dengan pemerintah, yang menjadi tujuan utamanya. Diharapkan dari kerjasama itu, kampanye entrepreneurship ini bisa menjangkau ke kalangan grass root/ masyarakat luas. Bentuk konkret kampanye itu sendiri adalah sejumlah program yang dimaksudkan melatih mereka yang berminat menjadi entrepreneur untuk bisa belajar berwirausaha.
Ia juga menyinggung mengenai kerjasama dengan pemerintah di Indonesia yang secepat mungkin harus diwujudkan. Meski demikian, ia tidak menampik diperlukan waktu untuk memilih pihak-pihak yang tepat untuk diajak bekerjasama membangun ekosistem entrepreneurship tersebut. (*/)
Leave a Reply