Seperti halnya latihan sendiri (self practice), mengikuti kelas yoga dengan teman-teman yang memiliki tingkat penguasaan asana yang bervariasi memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungannya adalah membuat peserta lebih bersemangat mengikuti dari awal sampai akhir karena ada teman yang sudah dikenal baik di dalam kelas. Biasanya orang lebih suka ikut kelas yoga karena teman baiknya juga ada di sana.
Kerugiannya ialah timbul iri hati karena tingkat penguasaan asana yang mungkin timpang dalam sebuah kelas yoga. Mengapa saya katakan “tingkat penguasaan asana”? Karena inilah yang paling mudah dilihat. Untuk aspek meditasi dan spiritual, tentu lebih sukar untuk diketahui sehingga keuntungannya tidak mudah menimbulkan iri hati.
Di atas langit, ternyata masih ada langit. Begitu tiap kali saya masuk ke kelas baru atau bertemu dengan orang baru. Mungkin di satu sisi, mereka terlihat payah tetapi begitu kita mengamati sisi lain, mereka berubah begitu mengagumkan. Dan juga sebaliknya. Ada orang yang juga sebelumnya tampak bagus tapi ternyata juga ada sisi payahnya. Semua itu menjadi kejutan-kejutan yang sering muncul dalam kelas yoga yang muridnya beragam dan kerap berganti.
Saya ingat dengan ucapan seorang teman guru yoga yang dengan santainya berkata,”Memang aku tidak bisa pose itu tapi aku bisa pose yang lain.” Ia bukannya tidak mau mengalah atau mengaku kalah di depan orang tetapi bagi saya ia tengah berupaya memaafkan bahkan menghormati keterbatasan diri. Ia berusaha tidak melanggar batas-batas itu dengan sewenang-wenang dan meski ia memang ingin mendobrak keterbatasan itu, ia tidak serta merta melakukannya secara sembrono dan tergesa-gesa.
Aku pernah dihina oleh teman yoga karena ga bisa satu pose. Padahal kan tubuhku emang beda dari tubuh dia. Tapi ya akhirnya dimaklumi aja, mungkin dia mau ikut olimpiade yoga….