Persis lima tahun berlalu sejak penulis J. D. Salinger meninggal dunia di usia 91 tahun. Ia meninggal 27 Januari 2010. Karyanya yang pertama dan paling sukses serta paling berpengaruh hingga saat ini ialah The Catcher in the Rye.
Namun, Salinger bukannya bahagia menjadi terkenal. Ia lebih merasa terkutuk oleh apa yang ia tulis di dalam novel pendek itu. Apa pasal? Tiga kasus pembunuhan terjadi sebagian karena “dipicu” oleh novel yang mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Hauden Caulfield tersebut. Dalam pembelaan Mark David Chapman (pembunuh John Lennon), novel ini dipakai sebagai penjelasan tindakan keji itu. Ada dua pembunuhan lagi yang menyebutkan novel itu sebagai alasan.
Kepada wartawati Betty Eppes yang sengaja mencarinya 6 bulan sebelum penembakan Lennon, Salinger berkata,”Saya menyesal menulis tentang Haulden (Caulfield).”
Salinger, melalui Eppes, berkata bahwa ia bekerja untuk dirinya selama mengurung diri dari pergaulan sosial. “Seorang penulis harus menulis karena memang ia harus menulis. Yang paling penting adalah menulis”.
Saya baru membeli The Catcher in the Rye 13 Januari kemarin. Dan apakah saya juga akan terinspirasi melakukan hal-hal radikal?
Leave a Reply