Makanan kesukaan disukai bukan karena tanpa alasan. Berdasarkan studi ini, orang yang menyajikannya pertama kali juga menentukan hubungan emosional kita dengan makanan tersebut di kemudian hari. Jika Anda suka atau memiliki hubungan baik dengan orang itu, Anda akan menyukainya. Bila sebaliknya, biasanya Anda akan membenci makanan itu pula.
Temuan itu berimplikasi dalam pemahaman bagaimana faktor-faktor sosial mempengaruhi kecenderungan kita dalam memilih makanan dan pola makan kita sehari-hari.
“Makanan favorit yang membuat kita senang kerap adalah makanan yang diberikan oleh pengasuh kita saat kecil. Selama kita memiliki asosiasi positif mengenai sang penyaji dan pembuat, maka ada kemungkinan Anda akan tertarik menikmati makanan itu lagi di saat Anda merasa kesepian atau sedih,” ujar psikolog Shira Gabriel dari University at Buffalo. Ia menegaskan fenomena itu sebagai “pengkondisian klasik”.
Hasil itu selaras dengan temuan studi sebelumnya yang menunjukkan bahwa ada jenis makanan yang lebih menarik bagi kita saat merasa kurang bersemangat (jurnal Appetite).
Ia juga menggarisbawahi bahwa makanan memiliki fungsi sosial, terutama menarik kita saat kita merasa kesepian atau sedih.
Makanan yang menjadi pelarian di saat kurang bersemangat itu tidak selalu makanan yang kurang sehat. Sebagian ada yang suka makanan yang lebih sehat, ada yang lebih suka makanan yang kurang sehat.
Inilah pentingnya memberikan makanan sehat bagi anak-anak Anda sejak dini. Karena saat dewasa nanti, makanan yang ia biasa kunyah dan telan sejak kecil akan menjadi pelampiasan dan penyenang baginya di masa-masa kritis dalam hidupnya.