Oksimoron? Entahlah. Saya juga tidak percaya awal mulanya. Mana ada buah-buahan bisa menyebabkan sariawan?
Tetapi menurut pengalaman orang satu ini, memang hal itu nyata.
Teman saya — sebut saja Didin — dikenal sebagai orang yang suka melakukan eksperimen spontan dengan produk-produk baru di pasaran. Apapun yang dijual di etelase dan rak toko dan belum pernah ia cicipi, ia hampir pasti akan beli. “Masalah buat elo?” begitu komentarnya dengan nada memancing kegusaran saat saya bertanya modusnya. Kalaupun tak jadi beli, ia memastikan habis-habisan mengerjai si petugas dengan bertanya harga produk itu. Selisih 2000-3000 perak akan tetap dipersoalkan, seakan jumlah uang itu bisa menentukan status kesejahteraan. Pertanyaan-pertanyaan Didin juga menjadi uji pengetahuan produk yang luar biasa bagi para petugas yang berjaga. Begitulah ia.
Berakting kaya raya, di suatu siang dalam pusat perfoya-foyaan ibukota ia menghampiri sebuah gerai penjual jus buah premium yang sepi pengunjung. Bagaimana tidak sepi jika harga yang dipatok untuk sebotol adalah Rp50.000 lebih? Sementara dalam jarak satu lantai di bawahnya, uang itu setara dengan 5 gelas jus buah yang sama.
Ingin tahu rasanya menjadi peneguk jus buah mahal itu, ia pun mampir dan membawa pulang 3 botol. Uang 150 ribu ia hamburkan. “Jusnya bagus loh, tanpa ampas. Bener-bener sarinya aja,” celotehnya bangga.
Semua jus di 3 gelas itu ia tenggak dalam waktu sehari. Ia ingin menjadi lebih ramping dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, tuturnya dengan nada canda dan putus asa. Dan memang tak baik menyimpan jus buah segar terlalu lama meski di kulkas pendingin. Nutrisinya akan rusak segera jika dibiarkan terbuka.
Didin habiskan semua jus buah tadi. Jus yang berbeda-beda itu membuatnya agak senang, seolah meneruskan pesan ke otaknya:”Kau akan turun bobot esok pagi. Percayalah padaku.” Lalu ia mengistirahatkan diri dan berharap itu terwujud.
Begitu membuka mata, Didin bukannya mendapati tubuhnya menyusut atau menipis. Malah ia harus menerima kenyataan pahit bahwa sariawan bersarang di rongga mulutnya.
Saya tertawa hingga hampir gila mendengar ceritanya. Namun kini saya meringis, karena sariawan itu menular juga ke saya.