“Let the Beauty of What You Love Be What You Do”

‎Kata Rumi…

‎Cinta kita pada sesuatu sudah sepatutnya direalisasikan dalam tindakan nyata. Bagi yang bekerja dalam bidang yang disukai, kalimat mutiara ini terasa pas. Tetapi bukan berarti tanpa konsekuensi. Keseimbangan hidup acap kali menjadi tumbal.

Bekerja sebagai seorang reporter membuat saya lebih sadar dengan kesehatan. Bukan sekadar gaya hidup sehat yang hanya berlangsung sesaat dan terlupakan begitu saja saat saya merasa sehat, tetapi menjadi sebuah bagian tidak terpisahkan dari aktivitas sehari-hari.

Karena banyak padatnya pekerjaan, menyisihkan waktu untuk berolahraga selama 1-2 jam sungguh menyulitkan bagi saya. Saya pun memilih yoga
dengan alasan mudahnya melakukan yoga di mana saja, kapan saja, jika saya ingin dan membutuhkannya. Tanpa alat khusus dan memakan banyak waktu, yoga memudahkan saya mengendalikan stres dan meningkatkan produktivitas dalam bekerja.

Meski bergelut dengan pekerjaan yang akrab dengan tenggat waktu, saya menghindari kebiasaan bekerja dalam waktu yang terlalu panjang. Hal itu saya mulai dengan berdisiplin dengan jam tidur. Saya merasa lebih segar dengan bangun pagi pukul 5-6 dan tidur sekitar pukul 10-11 malam sesuai dengan irama sirkadian tubuh.

Untuk memulai hari, saya memilih untuk bermeditasi singkat dan melakukan latihan asana sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan
waktu. Saya tidak pernah mewajibkan diri untuk latihan secara militan yang memaksakan diri tetapi lebih memberikan kesempatan bagi pikiran
dan tubuh untuk ‘memilih’. Saat agak lelah, saya tentu akan menyesuaikan dengan mengubah latihan yoga saya menjadi lebih singkat,
lebih lembut dan pelan serta menenangkan tubuh dan pikiran. Dan sebaliknya jika sedang ingin membangkitkan semangat dalam menghadapi
hari yang menantang, saya akan lebih memilih berlatih yoga dengan banyak unsur Yang.

Agar bekerja dengan pikiran yang lebih fokus dan tidak terkantuk-kantuk, buah menjadi pilihan makan pagi saya. Dengan mengkonsumsi buah yang manis dan matang tanpa campuran dan tambahan apapun, tubuh menjadi lebih mudah menyerap nutrisi dan membersihkan diri dari toksin-toksin yang dihasilkan dari metabolisme hari sebelumnya.

Saya merasa beruntung mengenal yoga karena yoga bisa diintegrasikan tanpa mengganggu rutinitas. Yoga dapat melebur dengan mudahnya bahkan saat saya harus menyelesaikan tugas yang mendesak. Untuk mengurangi stres dan menggenjot pruktivitas kerja, alih-alih menyalakan rokok atau minum minuman berenergi, minuman ringan, soda atau kopi secara berlebihan, saya bisa mengandalkan yoga. Hanya dengan duduk tegak dan melakukan latihan pranayama (pernapasan) ringan, saya dapat mengajak pikiran dan tubuh fokus pada napas dan diri untuk meningkatkan
konsentrasi bekerja dan setelah pekerjaan tuntas, meditasi dan berlatihan asana yang menenangkan dapat membuat tidur menjadi lebih nyenyak.

Di sela kesibukan, saya pun lebih memilih memperbanyak konsumsi air putih daripada jenis minuman lain. Saat banyak teman kerja yang
menggunakan wadah minuman yang besar agar tidak perlu banyak berjalan hilir mudik mengambil air minum, saya memilih memakai gelas yang lebih
kecil agar bisa berjalan kaki lebih sering. Minum lebih banyak air putih juga membuat saya bangkit dari kursi kerja lebih sering. Inilah yang membuat tubuh tidak kaku. Di saat yang sama, kita terhindar dari dehidrasi yang kerap tidak terasa karena tubuh tidak merasa haus. Ini banyak terjadi pada mereka yang bekerja di ruangan yang memiliki mesin penyejuk (AC).

Untuk membuat saya selalu ingat bangkit dari kursi dan meregangkan tubuh sejenak, saya sering memakai aplikasi timer Pomodoro yang slot
waktu kerja dan istirahatnya bisa disesuaikan dengan selera dan kebutuhan. Saya mengatur agar satu set-nya sepanjang 30 menit, yang terdiri dari waktu kerja sebanyak 25 menit lalu istirahat 5 menit.

Pun di saat makan, meditasi bisa diterapkan. Saya membiasakan untuk menerapkan konsep “mindful eating” dalam menyantap apapun yang terhidang. Caranya dengan berdoa lalu mengunyah makanan hingga lebih lembut, tidak dalam kondisi pikiran yang tergesa-gesa, tidak banyak bicara, dan tidak menggunakan gawai (gadget) saat makan. Walaupun makan menjadi lebih lambat, cara ini memudahkan saluran cerna untuk memroses makanan dan menyerap nutrisi di dalamnya. Dengan “mindful eating”, makan berlebihan (overeating) dan makan secara emosional
(emotional eating) juga bisa dihindari karena kita akan lebih dapat menyadari jumlah dan jenis makanan yang kita masukkan dalam tubuh.


Published by

akhlis

Writer & yogi

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.