Pandai menghapal kata-kata ternyata bukan hanya bisa menandakan kecerdasan tetapi juga kelicikan dalam membuat kebohongan yang meyakinkan. Sebuah pernyataan yang masuk akal, apalagi hal itu sudah dibuktikan ilmuwan.
Sebuah studi yang meneliti anak-anak yang berbuat curang dalam sebuah ujian (melihat kunci jawaban) menunjukkan bahwa mereka yang memiliki kemampuan menghapal kata-kata lebih banyak dalam sekali waktu juga cenderung lebih lihai dalam berbohong, jelas Elena Hoicka dari jurusan psikologi University of Sheffield.
Menurut peneliti, kaitan antara berbohong dan ingatan verbal yang hebat itu berasal dari kenyataan bahwa menutupi kebohongan melibatkan kemampuan mengingat banyak informasi verbal. Tidak heran, orang yang pandai mengingat informasi verbal dan bisa mengingat banyak informasi dapat dengan lebih mudah menyusun dan mempertahankan kebohongan dengan lebih meyakinkan.
Namun, tentu saja ini hanya sebuah kecenderungan. Penelitian ini tidak memperhitungkan aspek-aspek lainnya yang turut berkontribusi menjadikan seorang manusia menjadi pembohong seperti tingkat moralitas yang dimiliki setiap individu.
Ini membuat saya berpikir: Apakah ini saatnya menghentikan pendidikan yang mengutamakan memori dan menghapal? Karena ternyata pandai menghapal tidak serta merta membuat seseorang menjadi individu yang lebih baik. Sekolah-sekolah yang mengutamakan kemampuan mengingat sudah saatnya mempetimbangkan apakah pola pendidikan berorientasi menghapal itu masih relevan dengan kondisi saat ini.