Siapapun yang bertemu dengan pria asal Quitos, Peru, ini tidak akan menyangka usianya sudah 32 tahun. Wajah Rudi Fernandez Cardenas itu membuat banyak orang salah sangka. Dan ia sangat menikmatinya. “Maaf saya harus menanyakannya karena saya suka mendengarnya (disangka lebih muda -pen),” ucap penyanyi bariton tersebut sambil tersenyum saat disangka masih berusia 20-an tahun.
Penampilannya yang awet muda itu tampaknya berkaitan dengan apa yang ia lakukan sehari-hari. Rudi sangat menikmati pekerjaannya sebagai penyanyi aliran klasik di ibukota Prancis. “Saya tinggal di Paris saat ini dan bekerja di kedutaan Peru di sana,” tuturnya sebelum tampil dalam konser peringatan 40 tahun hubungan diplomatik antara RI dan Peru di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail pada 9 September 2015 lalu.
Menyanyi sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak usia 19 tahun. Di usia 12 tahun, Rudi sudah berani tampil menyanyi di depan publik.
Dari pengalaman sejak dini itu, mungkin sebagian menduga Rudi dibesarkan dalam keluarga yang sangat artistik dan menjiwai seni vokal. Namun, kenyataannya tidak demikian. “Ayah saya seorang insinyur dan ibu saya ibu rumah tangga,” terang Rudi yang turut bernyanyi bersama penyanyi klasik Indonesia Evelyn Merrelita dalam gelaran bertajuk “Amistad” 8 September 2015 lalu di Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta.
Jika bakat sebagian penyanyi ditemukan oleh orang lain, bakat Rudi ditemukan oleh dirinya sendiri. Sadar ia memiliki bakat dalam bidang tarik suara, Rudi pun mulai belajar ke guru vokal dan masuk ke konservatorium untuk mempelajari seni vokal dengan lebih intensif. Ia melanglangbuana ke ibukota Peru, Lima (2000-2004) kemudian ke Paris untuk menimba ilmu tarik suara di sebuah sekolah musik terbesar Prancis, Conservatoire National Supérieur de Musique et de Danse de Paris. Di sana, Rudi belajar berbagai hal tentang musik, tidak hanya tarik suara tetapi juga teori musik.
“Saya menyukai alam,” ujar Rudi yang lahir dan menghabiskan masa kecilnya di wilayah Peru yang tertutup hutan tropis Amazon. Eksplorasi alam di sekitar tempat tinggalnya membuat kekaguman tidak pernah habis.
Pertama kali menyambangi Jakarta, ia merasakan kesamaannya dengan kota asalnya, Quitos. “Hawanya panas dan lembab karena berada di garis khatulistiwa,” tuturnya. Ia juga sempat terkejut menemukan tanaman yang mirip dengan tanaman bernama patikina yang familiar di negeri asalnya. Di sini tumbuhan itu dijumpai sebagai tumbuhan perdu pengisi pot.
Dalam dunia seni, saling memengaruhi bukanlah hal aneh. Rudi mengaku dirinya “tidak orisinal”. Ia banyak terpengaruh oleh penyanyi besar abad ke-20, Maria Callas. (*/)