Inilah Pekerjaan Rumah Penataan Sistem Transportasi Umum Jakarta

transjakarta_bus
Pemandangan dalam bus Trans Jakarta jurusan Tebet- Tanah Abang yang relatif bagus karena masih baru. Untuk mereka yang hendak ke Satrio dan Tanah Abang dari Stasiun Tebet, bisa naik bus ini. [Sumber foto: Pribadi]
Jakarta terus menata diri menjelang Asian Games 2018 yang akan dilaksanakan setelah ulang tahun negara ini Agustus depan. Proyek-proyek mercusuar ala permintaan Roro Jonggrang terhadap Bandung Bondowoso pun bertebaran. Sistem transportasi jadi fokus utama rupanya. Terlihat dari maraknya pembangunan terowongan bawah tanah alias underpass di Matraman dan Kuningan lalu Lebak Bulus. Belum lagi pembangunan LRT dan MRT yang dikebut akhir-akhir ini. Konon semua itu berkhasiat melancarkan lalin manusia yang jumlahnya seperti laron di musim penghujan. Tapi entah sampai kapan. Karena kalau laju pertambahan kendaraan dan manusianya tak terkendali, semua itu tak ada gunanya juga akhirnya.

transjakarta_feeder_bus
Begini yang Anda bisa dilihat dalam bus feeder biru TJ yang berwarna biru. Kapasitasnya lebih kecil dan biasanya melintasi jalur yang tidak dilewati bus-bus yang ukurannya lebih besar. [Sumber foto: Pribadi]
Sebagai salah satu dari pengguna sistem transportasi umum di Jakarta, saya ikut terkena dampaknya. Baik itu yang enak atau tidak enak. Yang enak: sekarang kenyamanan, kebersihan dan jumlah armadanya makin banyak sehingga kami penumpang ini tak perlu meunggu terlalu lama. Paling-paling waktu tunggu [dalam pengalaman saya] berkisar 5-15 menit. Separah-parahnya hanya 20 menit. Belum pernah saya mesti menunggu sampai jengkel dan frustrasi sekali. Dan dengan naiknya jumlah armada, pengalaman naik bus Trans Jakarta juga terus membaik. Tak perlu berdesakan karena toh jika penuh masih ada bus lain yang sgeera datang menjemput.

manggarai_train_station
Pemandangan hilir mudiknya penumpang di Stasiun Manggarai, Jakpus yang sebenarnya bisa diatasi dengan pembangunan jalur lintasan di atas atau bawah tanah sehingga orang tidak melintas rel. Sampai kapan mesti begini? Apalagi kadang ada orang-orang sinting yang nekat melintas saat ada kereta mendekat karena takut terlambat masuk kerja. [Sumber foto: Pribadi]
Untuk sistem transportasi kereta komuter di Jakarta dan sekitarnya, perbaikan sudah banyak saya lihat. Seperti pembangunan lorong bawah tanah untuk menghindarkan penumpang melintasi rel kereta yang bisa membahayakan jiwa. Menurut UU Perkeretapian, mereka yang melintas rel katanya bisa dihukum tapi kalau dilihat di lapangan, hal itu kadang tidak terhindarkan karena larangan itu tidak disertai solusi dari pemerintah sendiri. Jadi pelanggaran masih sering terjadi. Ambil contoh saat saya harus melintasi stasiun Tebet dalam status bukan sebagai penumpang komuter. Saya harus pindah dari bus TJ ke yang lain dengan melintasi rel, dan ini sangat membahayakan. Tapi apa boleh buat? Saya harus memberanikan diri. Lain halnya di lingkungan stasiun Tebet. Sudah ada jalan bawah tanah yang membuat penumpang kereta bisa melintas tanpa peduli ada kereta akan lewat atau tidak. Lalu wewenang untuk mengurus perlintasan yang aman ini dimiliki siapa? Pemkotkah atau siapa? Itulah yang tidak jelas sehingga kami sebagai masyarakat pengguna fasilitas umum tidak bisa memberikan kritikan. Dan yang berwenang juga tampak lamban dalam menanganinya. Jangan sampai menunggu ada korban jiwa baru dibangun.

Sistem transportasi umum kita juga belum terintegrasi secara baik. Ambil contoh, di area Jakarta saja. Tidak perlu jauh-jauh. Saat saya naik bus TJ dari Kampung Melayu dan harus turun di stasiun Tebet saya harus naik bus lain ke tujuan saya di Kuningan dan membayar lagi. Lho, katanya sudah terintegrasi jadi ke manapun cukup bayar Rp3500? Percuma saya menyindir pejabat yang dulu pernah menjanjikan seperti itu karena kenyataannya saya memang harus membayar terus tiap kali turun di sana.

Integrasi ini juga jauh dari kesempurnaan. Buktinya coba Anda salah turun halte bus TJ. Kasus saya, saya yang tidak tahu harus naik bus arah ke Ragunan dan ingin transit di Kuningan Timur setelah naik di halte Jamsostek malah sampai di halte Tegal Parang dan tidak bisa kembali ke halte yang searah dengan tujuan saya. Saya ingin kembali ke Mampang Prapatan tapi ternyata dua halte di Tegal Parang yang terletak di dua arah berbeda itu terpisah. Gate masuknya berbeda. Jika ingin ke arah lain haruslah keluar dari halte satunya. Sial sekali buat saya harus bayar dua kali. Hal yang sama mungkin bisa ditemukan di halte-halte bus TJ yang didirikan di sekitar jalan tol yang tidak bisa dilewati dua arah. Dan soal jalan satu arah ini memang membuat efisiensi turun. Karena Anda pikirkan saja, yang harusnya bisa dicapai dengan waktu yang lebih pendek, akibat ada aturan jalan searah jadi harus memutar lebih jauh. Jalan kaki segan, terjebak macet apalagi. Dilema memang, tapi pilihan harus dijatuhkan.

rawa_buntu_train_station
Suasana Stasiun Rawa Buntu di Tangerang Selatan. Anda bisa lihat sendiri masih ada orang yang melintas meski tahu ada kereta mendekat. [Sumber foto: Pribadi
Kejam sekali untuk membandingkan kenyamanan berpindah tempat dengan transportasi umum di Jakarta dan kota besar dunia lainnya seperti Seoul. Dengan usia Indonesia dan Korsel yang hampir sebaya [Indonesia lebih tua bahkan], Jakarta dan Seoul tampak seperti bumi dan langit. Yang satu sistem transportasinya tertatih-tatih mengimbangi laju pertumbuhan ekonomi dan penduduknya; yang berikutnya sudah direncanakan jauh-jauh hari sehingga bisa lebih tertata dan menyeimbangi perkembangan jutaan manusia yang hidup di dalamnya.

2393554_image_1
Kapasitas bus dalam kota Seoul lebih besar dan sudah lama menggunakan sistem pembayaran elektrik. Tidak ada transaksi tunai. [Sumber foto: Seoul Public Transportation Site]
Subway Seoul dan Komuter Line Jakarta bisa kita bandingkan. Anda lihat subway di sana lebih rapat jalinannya. Ibarat otak, sel-selnya sudah sangat terkoordinasi dengan baik sehingga mobilitas begitu mudah. Setiap area di sana tercakup oleh lintasan kereta api sehingga bagi orang yang tak memiliki kendaraan pribadi, pastinya ini sangat membantu. Dan hanya sedikit orang saja yang ‘terpaksa’ mempunyai kendaraan pribadi.

2539333_image_1
Peta jalur kereta di Seoul, Korsel. [Sumber foto: Seoul Metro]
Jakarta bisa dikatakan sangat primitif dibanding Seoul. Karena komuter beroperasi di permukaan tanah sehingga keamanannya lebih rendah. Di terowongan bawah tanah tentu insiden tertabrak lebih rendah peluangnya untuk terjadi. Sementara itu, rel komuter line di Jakarta banyak yang melewati kantong-kantong permukiman warga sehingga lajunya juga tak bisa maksimal, pemandangannya semrawut, dan kalau cuaca hujan lebat dan berangin, ada risiko sinyal mati dan operasi terhambat. Saya pernah menjadi korban kereta komuter yang terhambat komunikasi akibat sinyal putus setelah hujan angin. Sangat tidak mengenakkan sekali! Berdiri selama berjam-jam tanpa kepastian dan terombang-ambing karena penumpang juga makin beringas dan tidak tertib, berpindah dari gerbong satu ke yang lain karena begitu ingin sampai lebih cepat. Syukurlah sekarang insiden semacam itu tidak dijumpai lagi. Belum lagi risiko longsor jika hujan deras.

Peta Rute KRL A4 09-02-2017 ( Dengan Jarak )
Peta komuter line atau kereta penghubung area-area dalam dan sekitar ibukota. [Sumber foto: KRL Commuter Line]
Dengan ledakan penduduk dan ekonomi yang makin berkembang pesat, tidak ada pilihan lain bagi kita selain memperbaiki semua transportasi umum ini secepatnya. Dan momentum Asian Games 2018 ini rasanya tepat untuk menggenjot perbaikan-perbaikan tersebut dengan lebih cepat karena bangsa ini memang tidak bisa terus bekerja lambat sementara di luar sana dunia sudah melesat jauh meninggalkan kita.

Published by

akhlis

Writer & yogi

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.