Tatkala Mark Surman selaku Executive Director Mozilla Foundation dan Sunil Abraham selaku Vuce President untuk Leadership Program Mozilla Foundation tempo hari berkunjung ke Mozilla Community Space Jakarta, kami diajak untuk berpikir bagaimana kondisi internet sekarang ini.
Apakah internet jauh lebih baik, atau sama saja, atau lebih buruk dari yang kita tahu di masa lalu?
Untuk itu, kami diajak untuk terlibat dalam memikirkan keberpihakan kami pada isu-isu penting semacam beredarnya hoax, pemblokiran konten yang dicap pornografi, dan sebagainya.
Dari diskusi tersebut, kita tahu bahwa semua isu itu sangat rumit. Selalu ada wilayah abu-abu yang membuat kita berpikir keras atau bahkan di tengah jalan berpaling ke arah yang berlawanan. Seperti saat Surman ditanya apakah ia memihak produsen berita hoax yang menguntungkan atau bersama dengan para jurnalis sejati di jalan sunyi untuk membela kebenaran namun tak punya banyak uang. Dalam kuis ini, Surman memilih yang pertama lalu saat dipancing bagaimana jika hoax itu memicu peperangan, Surman beralih ke jurnalisme yang mengutamakan idealisme, tanpa hoax dan clickbait.
Hal ini menunjukkan bahwa semua permasalahan yang kita hadapi sekarang di internet begitu pelik. Dan karena itulah, solusinya juga tidak sesederhana benci atau suka. Selalu ada alasan dan syarat. Saya mendukung itu asal bla bla bla. Saya memihak ini karena bla bla bla. Kita memiliki pembenaran masing-masing dan kadang menggoda lawan untuk berpikir dan menggunakan logika yang sama.
Kini kita tahu bahwa masing-masing orang bisa mengartikan kemajuan dan kemunduran internet dalam berbagai sudut pandang yang subjektif. Karenanya, diperlukan parameter yang lebih objektif. Mozilla menawarkan sejumlah tolok ukur untuk menentukan kesehatan internet. Semua poin itu ada di laporan Internet Health yang mereka susun. Elemen-elemennya antara lain transparansi, keamanan, privasi, inklusi, dan sebagainya.
Di Indonesia sendiri, internet mengalami kemajuan sekaligus kemunduran dari beragam sisi. Pemblokiran situs dan layanan yang dianggap semena-mena, misalnya Vimeo, Reddit, membuat kita berpikir bahwa kebebasan berinternet masih rendah. Kita masih didikte pemerintah. Pemblokiran konten yang menjurus ke pornografi juga dianggap satu pihak sebagai kemajuan tetapi di pihak lain, hal itu dianggap sebagai upaya sia-sia.
Tetapi yang patut disyukuri ialah tarif data yang makin murah, ketersediaan gawai terjangkau juga makin baik. Semua orang asal punya uang dan tinggal di area yang tercakup sinyal seluler, bisa menikmati internet. Bahkan bagi suku-suku di pedalaman nusantara sekalipun.