Supaya Tak Kedinginan di Perkantoran Jakarta [Bukan Advertorial/ Lomba Blog]

408111_sub3SEBAGAI seorang ectomorph sejati (baca: kurus abadi), saya merasa tidak pernah bermasalah dengan suhu ruangan tempat saya bekerja sebagai pengajar meskipun ruangan tersebut dipasangi pendingin udara (AC). Itu karena sebelumnya pola kerja saya masih penuh gerak. Saya banyak berdiri dan berjalan dari satu ruangan ke ruangan lain dalam sehari. Jadi, setidaknya tubuh tidak mendingin karena suhu rendah dan kurang gerak.

Namun, begitu saya bekerja sebagai penulis di Jakarta, selalu saja saya merasa kurang enak badan karena pola kerja yang sedentari, alias duduk diam saja sepanjang 8 jam sehari. Itu minimal ya. Kalau lembur, malah bisa melebihi porsi 8 jam. Dan jumlah itu belum memasukkan waktu saya duduk di saat istirahat dan naik kendaraan umum. Intinya, memang sangat susah untuk bisa tetap aktif bergerak dengan pekerjaan sebagai penulis yang mengharuskan saya duduk di kursi secara terus-menerus. Awalnya saya tentu membayangkan bisa bekerja dengan lebih sehat dengan memasang meja kerja berdiri tetapi pilihan semacam itu belum lazim di Jakarta. Bahkan segila-gilanya working space atau kantor startup di Indonesia, setahu saya belum ada yang menawarkan itu. Tetapi kalau memang ada, saya juga ingin tahu sampai seberapa jauh para pekerja korporat dan startup di Indonesia mau mengakomodasi pergeseran gaya kerja agar lebih sehat.

Kembali ke masalah gangguan kesehatan akibat suhu rendah di perkantoran Jakarta, saya akibatnya kerap mengalami masalah begitu bekerja di gedung-gedung perkantoran ibukota. Meriang dan linu di sendi, begitu penjelasan singkat dan mudahnya untuk menerangkan apa yang saya rasakan sehabis keluar dari ‘kulkas raksasa’ (sebutan untuk pencakar langit dengan AC yang menusuk tiada ampun).

Awalnya saya pikir saya saja yang mengalami. Saya duga cuma saya yang ‘ndeso’ karena tidak kuat menghadapi AC yang terkendali secara sentral di banyak gedung di Jakarta. Saya tak normal dan karena itu saya malu untuk mengakui saya kedinginan saban masuk ke mall atau kantor. Karena saya melihat banyak orang lain di sekitar saya yang berbusana normal (dengan ketebalan wajar), saya beranikan untuk hanya memakai kaos dalam yang lebih tebal. Namun, ada kalanya kaos dalam tebal tak mempan dalam menghalau hawa dingin tersebut. Dan tangan saya terpapar hawa dingin dan tak sanggup berlama-lama mengetik dengan tingkat akurasi yang stabil. Akhirnya saya buang gengsi dan memakai jaket atau pakaian penghangat lain sepanjang bekerja. Apalagi begitu saya menemukan sejumlah rekan kerja yang merasakan keluhan yang sama soal temperatur ruangan.

Karena putus asa dan lelah mengalami keluhan yang sama berulang kali saban hari kerja (dan juga saat naik kendaraan umum seperti bus Trans Jakarta), saya putuskan mencari pakaian yang lebih efektif menangkal hawa dingin AC. Ini solusi yang paling masuk akal bagi saya karena di tempat kerja yang suhunya dingin secara artifisial.

Saya suka dengan produk Uniqlo HEATTECH karena tipis tapi efeknya lumayan menghangatkan tubuh di ruangan dingin. Begitu beli, saya langsung coba dan memang fit di badan [karena ukuran tubuh kecil jadi beli saja yang ukuran anak-anak paling besar] dan nyaman bak kulit kedua. Efek menghangatkannya terasa apalagi saat saya duduk di luar ruangan bersuhu normal (cuaca mendung). Badan saya terasa hangat sekali, tak terasa ada angin memasuki pori-pori tubuh, sehingga efektif menahan panas tubuh agar tak lepas begitu saja. Jadi, kalau dipakai di luar ruangan saat cuacanya hangat di Jakarta pastinya akan terasa sesak dan sumpek dan gerah. Tapi kalaupun tak dilepas dan berkeringat, keringatnya akan lekas kering sebab bahannya bersifat cepat kering. Cocoklah buat saya daripada harus lepas dan pakai jaket berulangkali.

Sebagai informasi, saya menulis pengalaman ini dan memilih produk Uniqlo karena kebetulan tinggal dekat di sebuah gerai Uniqlo sehingga sangat masuk akal jika saya lebih memilih produk ini untuk menghangatkan diri.

Urusan harga, pakaian ini memang lumayan mahal sih. Untuk kaos panjang, harganya dipatok 200.000 kurang 1.000. Sementara itu, leggingnya malah lebih murah 70.000. Pilihan warnanya kalau tak mau repot mencuci, pilih saja warna gelap seperti hitam atau biru. Ada juga warna merah dan putih tapi saya kurang sukai. Ingat, ini ukuran XL untuk anak (unisex). Saya duga harganya yang ukuran dewasa lebih mahal tapi ternyata tidak juga. Harganya sama!

Kalau kamu juga pekerja di gedung perkantoran Jakarta dan sering mengeluh kedinginan, bagaimana caramu mengatasinya? Bagikan ceritamu juga dong di kolom komentar di bawah.



Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: