Sedot Debu, Lepas Stres

appliance carpet chores device
Hobi baru itu bernama menyedot debu. (Foto: Pexels.com)

Pernah suatu ketika penulis novel “Gone Girl” Gillian Flynn disindir oleh pembawa acara diskusi bukunya. Sebagai wanita yang dikenal begitu feminis, ia menulis karakter-karakter wanitanya sebagai seorang anti-heroine yang tangguh dan juga culas. Sama seperti karakter pria juga.

Ia disindir bahwa di saat senggangnya, agar writer’s block tak terus menyergap, ia melakukan aktivitas yang amat ‘domestik’ yakni menyedot debu dengan mesin vacuum cleaner.

Sebagai penulis, ia menampik ‘tuduhan’ itu dengan gaya melucu yang ‘gelap’. Ia mengaku lebih suka menyisir internet untuk mencari nama karakter yang pas di website-website. Untuk melepas penat ia juga lebih memilih berkaraoke dengan memutar video YouTube. Bahkan ia menyemangati dirinya dengan memutar lagu rap Eminem saat kepayahan menulis saat masa mengandung bayi.

Justru si pembawa acara pria itu yang akhirnya mengaku bahwa dirinya sendiri yang menikmati kegiatan menyedot debu sebagai pengisi waktu saat ide untuk melanjutkan menulis draft buku ‘mampet’. Menyedot debut ia namakan sebagai sebuah ‘target practice’, yang mengacu pada sebuah pelatihan sistematis dengan banyak repetisi untuk membidik sasaran dengan tembakan. Tujuannya bermacam-macam, bisa untuk mengasah keterampilan atau sekadar melampiaskan kepenatan. Penulis membutuhkan hal ini untuk bisa menyegarkan pikirannya kembali. Setelah otak diharuskan berpikir kreatif terus menerus saat menulis, ada baiknya otak diistirahatkan dengan mengerjakan tugas-tugas yang monoton dan repetitif. Nah, kontraintuitif kan? Tapi begitulah memang nyatanya.

Saya sendiri menemukan keasyikan itu beberapa waktu terakhir. Kebetulan saya membeli sebuah mesin penyedot debu. Pikir saya untuk nanti dipakai jika sudah memiliki rumah sendiri. Jadi, untuk sementara saya akan menggunakannya membersihkan kamar sewaan.

Ternyata enak dan praktis juga membersihkan kamar dengan mesin ini. Saya tinggal menyalakannya dan mengarahkan corongnya yang bisa diganti-ganti bentuknya itu ke permukaan lantai atau dinding atau langit-langit yang berdebu atau bersarang laba-laba. Lalu seketika, semuanya bersih. Tak perlu mengelap perlahan agar debu tak mengepul ke kasur atau benda lain yang bersih di kamar. Sangat memanjakan!

Dan kegiatan ini lumayan menguras keringat juga. Cukuplah menggerakkan tubuh di bulan puasa.

Tak peduli mesin penyedot debu ini dikatakan ilmuwan tidak efektif mengusir alergen kutu di sekitar kita, saya terus menikmatinya. Sebab saya toh juga bukan orang yang sering alergi ini itu.

Dan karena ini termasuk mesin penyedot debu model baru, saya tak perlu khawatir ia bisa melepaskan lebih banyak bakteri dan debu daripada menyedotnya. Sungguh, saya baru tahu bahwa mesin penyedot debu yang model lama dan dibanderol lebih murah justru mengeluarkan – bukannya menyedot – debu dan segala kutu itu. Alangkah mubazirnya membeli model lama seperti itu!

Kini saya baru bisa merasakan keasyikan seorang teman yang katanya kalau stres berat atau galau, ia memilih untuk menghabiskan waktu dan tenaganya untuk mencuci pakaian kotor atau menggosok lantai kamar mandi. Serius, semua itu merupakan kegiatan pelampiasan emosi negatif yang sangat amat produktif! (*/)

Published by

akhlis

Writer & yogi

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.