Salah satu musik klasik kesukaan saya yang saya kerap putar saat menulis ialah Piano Concerto No. 1 Op. 23 gubahan komposer Rusia Pyotr Ilyich Tchaikovsky yang videonya ada di atas. Concerto ini dianggap salah satu karyanya yang paling banyak dikenal di antara piano concerti lainnya di kalangan penggemar musik klasik.
Karya musik yang dibuat Tchaikovsky dari November 1874 sampai Februari 2875 ini tidak sekali jadi. Ia direvisi lagi pada musim panas 1879 dan Desember 1888. Mirip naskah yang bisa terus disempurnakan.
Saya terutama sekali suka dengan bagian pembukanya yang penuh semangat dan tidak diulang lagi di bagian manapun di concerto tersebut. Dan jika terus menerus mendengarnya, kita akan bisa menemukan adanya perencanaan dan perhitungan yang matang dalam proses penggubahan dan revisinya. Makanya, karya-karya musik klasik terasa berbeda dari karya-karya musik populer kontemporer yang dihasilkan secara instan. Yang menarik, Tchaikovsky juga berhasil menggabungkan struktur karya yang cermat ini dengan elemen musik khas akar rumput Rusia.
Yang saya ingin bahas di sini ialah bagaimana seorang penulis harus mencontoh kegigihan komposer ini juga saat berkarya meskipun dikritik guru/ panutan/ idola kita sendiri.
Kisah di balik Piano Concerto ini sangat menggugah karena saat itu usia Tchaikovsky baru 25 tahun. Tchaikovsky muda yang baru saja lulus dari Saint Petersburg Conservatory direkrut oleh Nikolai Rubenstein, seorang pianis besar di zamannya. Rubenstein ini mendorong Tchaikovsky untuk terus berkarya dan mementaskan karyanya di depan publik.
Tchaikovsky begitu berharap bahwa Piano Concerto ini akan dimainkan oleh Rubenstein. Ia menemuinya tiga hari setelah merampungkan penggubahan dan tak dinyana, Rubenstein malah menolak dalam sikap diam yang menurut Tchaikovsky menjengkelkan. Penolakan Rubenstein ini patut dipahami karena karya Tchaikovsky ini bertentangan dengan pakem-pakem musik yang ia pelajari dan anut.
Tak menyerah, Tchaikovsky menemui pianis Jerman bernama Hans von Bulow untuk memperkenalkan karyanya ini ke masyarakat. Dan Bulow menerima tawaran itu.
Ini karya perdana Tchaikovsky yang ditampilkan secara publik di Boston, AS, pada tanggal 25 Oktober 1875 sehingga jika audiens memang tidak menyukainya, harga diri Tchaikovsky sebagai komposer akan tambah terpuruk lagi. Namun, setelah ditampilkan, justru publik sangat menyukai versi asli/ pertama dari Piano Concerto ini. Audiens bahkan meminta Bulow mengulang bagian finale.
Meskipun meraup sukses, Tchaikovsky kemudian mulai ‘luluh’. Ia dengan terbuka menerima saran pianis Edward Dannreuther pada tahun 1876 dan pianis Rusia Alexander Siloti beberapa tahun setelahnya untuk mengubah Piano Concerto itu agar lebih ‘halus’.
Jika saja Tchaikovsky sudah menyerah dan ‘patah arang’ karena penolakan dari Rubenstein, bisa jadi tidak akan sebesar dirinya di akhir hidupnya yang tragis. (*/)
Leave a Reply