Industri Kepenulisan di Tengah Pandemi

Ada tiga jenis perusahaan/ bisnis di kala pandemi ini. Pertama, perusahaan yang bisa dilakukan dengan bekerja di rumah. Misalnya, perusahaan yang berbasis digital seperti e-commerce. Kedua, perusahaan yang sebagian bisnisnya bisa dilakukan dengan bekerja di rumah dan sebagian lagi tidak bisa dikerjakan dari rumah. Sementara itu, ketiga ialah perusahaan yang sepenuhnya tidak bisa dilakukan dari rumah karena harus turun ke lapangan.

Masuk golongan yang manakah perusahaan tempat Anda bekerja?

Saya sangat beruntung bekerja di sebuah lembaga yang dengan lincah berpindah ke moda digital begitu pandemi ini benar-benar mencengkeram Jakarta, dan umumnya Indonesia. Ditambah dengan aspek pekerjaan saya yang tidak diharuskan turun ke lapangan, saya pun bisa tetap berkarya di dalam rumah. Kalaupun saya harus melakukan interaksi, saya bisa mengakalinya dengan alat-alat digital yang ada sehingga saya sebenarnya sangat terbantu dengan teknologi informasi dan Internet yang sudah sedemikian canggihnya saat ini. ‘Dapur’ saya tetap ‘ngebul’.

Pekerjaan saya sebagai penulis konten (content writer) atau penulis teks iklan (copywriter) beruntungnya bisa dilakukan di rumah. Dan saya pikir begitu juga dengan profesi-profesi lainnya yang basis keterampilannya adalah bahasa dan kemampuan merangkai dan menyusun kata-kata. Buktinya, teman-teman saya yang bekerja sebagai penerjemah buku, novel, dan sejenisnya masih belum mengunggah keluhan mereka soal surutnya industri mereka.

Namun, bagi para penulis yang harus turun ke lapangan untuk bisa mewawancarai narasumber atau berkeliling ke berbagai tempat seperti penulis perjalanan (travel writer), penulis artikel majalah, dan sebagainya, ternyata pandemi COVID-19 ini sangat signifikan dampaknya bagi ekonomi mereka.

Buktinya, salah seorang teman saya yang kebetulan mengais rezeki dengan menulis di waktu luang untuk sebuah majalah mengaku penyaluran kompensasi finansial ke pundi-pundinya menjadi terhambat karena pandemi ini mencekik Indonesia.

“Wawancara dibatalkan karena narasumber wawancara hanya mau diwawancara secara langsung, tatap muka. Maka dari itu, aku jadi pusing,” keluh teman saya itu. Maklum, ia butuh suntikan dana segera demi membiayai pengeluaran pendidikan anaknya.

Mendengar keluhannya itu, dalam hati saya muncul kegeraman sebetulnya. Mengapa di zaman secanggih sekarang, wawancara saja harus bertatap muka? Bukankah ada berbagai macam alat yang memungkinkan agar wawancara tetap terlaksana tanpa harus melihat batang hidung lawan bicara? Saya sungguh tidak habis pikir dengan kekolotan sebagian orang yang beranggapan bahwa berinteraksi secara daring kurang afdol.

Kekolotan itu mirip sebuah ketololan. Karena bukankah di abad lalu saja orang sudah melakukan wawancara dengan menggunakan telepon??! Lalu buat apakah ponsel cerdas semahal itu kalau tidak dipakai untuk berinteraksi demi menjaga jarak di tengah berkecamuknya pandemi seperti sekarang??!

Mungkin saya terlalu emosi untuk mengutuk tanpa memahami konteks tapi benarkah memang tidak bisa berbicara lewat telepon untuk menjawab pertanyaan wawancara?

Bagi para penulis fiksi,mungkin pandemi ini tidak banyak berpengaruh negatif pada mata pencaharian mereka. Mereka masih bisa memproduksi karya mereka di rumah. Duduk, mengetik, mengirim naskah via surel, pokoknya asal jaringan internet lancar, semua masih normal. Bahkan situasi genting dalam kesehatan publik seperti sekarang bisa memicu inspirasi untuk terus berkarya. Orang-orang makin butuh cerita untuk dikonsumsi demi membunuh waktu dalam masa isolasi fisik ini.

Maka dari itu, saya masih optimis dengan masa depan profesi kepenulisan di seluruh dunia. Umat manusia masih membutuhkan cerita. Apalagi di masa-masa seperti sekarang saat mereka membutuhkan harapan dan pengetahuan agar tetap bisa terus melaju dan menemukan alasan untuk tetap bertahan hidup di tengah absurditas hidup. (*/)

Published by

akhlis

Writer & yogi

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.