Selama merebaknya Coronavirus di Tiongkok, warga Tiongkok terutama di provinsi Hubei dicekam ketakutan dan stres. Ini karena mereka harus berdiam di dalam rumah mereka selama berbulan-bulan hingga pemerintah memperbolehkan warga keluar agar penyebaran virus tersebut bisa dikendalikan.
Warga di Tiongkok pun beralih ke dunia maya untuk tetap bisa melakukan komunikasi. Para siswa belajar di rumah; para pekerja bekerja di rumah; berbelanja juga dari rumah. Mereka juga diwajibkan memakai masker wajah dan juga harus mencuci tangan sesering mungkin agar memperkecil penyebaran virus yang bisa melalui droplet (tetesan cairan tubuh misalnya ludah atau sejenisnya dari penderita COVID-19).
Setelah wabah mulai terkendali, warga Tiongkok tidak serta merta bersukaria dan meninggalkan kebiasaan mereka untuk menjaga kebersihan. Mereka masih menerapkan jaga jarak fisik (physical distancing) dan mencuci tangan dengan sabun setidaknya selama 20 detik sesering mungkin apalagi setelah keluar dari rumah.
Meskipun kasus COVID di Wuhan sudah reda, bukan berarti kita di Indonesia juga boleh lega. Karena di wilayah kita sendiri kurvanya terus menanjak dan belum menunjukkan ada penurunan. Maka kita jangan sampai meremehkan cara-cara pencegahan ini karena memang meski membosankan tetapi jangan sampai terlewatkan dalam keseharian kita agar peluang tertular dan menularkan COVID-19 ke orang lain apalagi orang yang kita sayangi bisa ditekan.
Mereka terlatih sedemikian rupa untuk memakai masker dengan menuruti prosedur yang ketat. Tidak asal memakai. Ini karena sebagian orang secara sembarangan memakai masker dan cara mereka memakai masker yang kurang tepat malah bisa menjadi celah untuk tertular virus.
Kiat memakai masker:
- Pakailah masker yang sesuai dengan kondisi lingkungan sekitar Anda. Artinya, Anda harus memperhatikan lingkungan dan risiko penularan COVID-19 di tempat tersebut. Di tempat atau lingkungan yang memiliki tingkat risiko penularan yang sedang hingga rendah, pemakaian masker medis sekali pakai akan membantu mencegah penularan. Hanya saja, masalahnya di Indonesia akhir-akhir ini suplai masker medis ini sangat terbatas dan bahkan para tenaga medis saja kekurangan. Maka WHO (organisasi kesehatan dunia) menyarankan pemakaian masker bahan kain untuk warga awam yang tinggal di rumah, di luar lingkungan yang berisiko tinggi. Bagi mereka yang bekerja atau tinggal di lingkungan berisiko penularan tinggi (misalnya tempat-tempat publik seperti stasiun, bandara, dan sejenisnya), sudah tentu wajib mengenakan masker bedah sekali pakai atau bisa juga masker N95 dengan rapat dan mengikuti prosedur yang ditetapkan.
- Bahkan jika seseorang masih berstatus negatif atau tidak merasa menderita COVID-19 pun diwajibkan memakai masker. Apalagi bagi mereka yang sudah menyandang status orang yang dicurigai (suspect) menderita COVID, penderita COVID-19, dan mereka yang baru saja pulih dari COVID-19. Mereka bahkan seharusnya mengenakan masker pelindung yang tidak berkatup sehingga hidung dan mulut mereka sepenuhnya tertutup rapat seperti masker N95 atau seri di atasnya masker N95.
- Bahkan jika Anda bukan tenaga medis tetapi terlibat langsung dalam upaya penanganan dan pengendalian penyebaran COVID-19 di lapangan, pemakaian masker bedah sekali pakai atau masker N95 adalah wajib agar risiko tertular bisa diminimalkan. Bahkan jika ada mereka bisa memakai masker dengan filter partikel sekali pakai.
Sudah memakai masker? Jangan bergembira dulu. Pastikan pemakaiannya memenuhi standar dan prosedur yang direkomendasikan oleh kalangan medis. Kenapa penting? Karena jika kita abai dengan prosedur pemakaian masker yang standar ini, efek perlindungannya bisa malah turun atau bahkan nihil alias tidak ada.
Prosedur memakai masker adalah sebagai berikut:
- Sebelum mengenakan masker, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama setidaknya 20 detik agar kulit tangan benar-benar bersih dan steril dahulu.
- Pastikan dengan baik bagian muka dan belakang serta atas dan bawah agar perlindungan masker bisa optimal. Kekeliruan memakai tentu akan berdampak pada efek proteksinya pada kesehatan kita.
- Pastikan kita mengenakan bagian berwarna hijau muda atau biru di luar. Sementara bagian masker yang berwarna putih menghadap muka kita. Bukan sebaliknya.
- Pastikan masker menutupi hidung dan mulut. Jadi jika ada orang yang mengenakan masker tetapi cuma menutupi mulut, artinya cara memakainya kurang benar dan perlu diingatkan agar tidak terjadi di kemudian hari.
Selama proses memakai masker, jangan menyentuh bagian luar dan dalam masker Anda! Apalagi sampai jatuh atau terkena benda-benda lain yang tidak dapat dipastikan steril atau tidak. - Bagi mereka yang berada di lingkungan berisiko sedang sampai rendah, jangan mengenakan satu masker yang sama selama lebih dari 8 jam sehari. Begitu sudah 8 jam, lepas dan gantilah dengan yang baru. Untuk mereka yang berada di lingkungan berisiko tinggi, kenakan masker bedah sekali pakai maksimal 4 jam. Jika sudah 4 jam, lepas dan gantilah yang baru.
- Saat mau melepas masker, tarik kedua tali di sampingnya. Bukan mencopot dengan memegang bagian muka!
Yang patut dicamkan adalah bagi mereka yang paranoid ada yang sampai memakai masker 2 atau 3 buah sekaligus dengan harapan akan meningkatkan perlindungan. Hal itu tidak perlu sama sekali karena tingkat perlindungannya sama saja. Yang terjadi malah Anda bisa susah bernapas. Jadi, kenakan satu saja masker yang baru dan bersih (bukan masker second atau refurbish atau bekas pakai!).
Tiongkok juga menerapkan sejumlah langkah untuk mencegah penyebaran COVID-19 di lingkungan kantor. Berikut adalah langkah-langkahnya:
- Memakai masker bedah sekali pakai dengan benar. Jika tidak ada masker bedah sekali pakai, kenakan masker kain dengan prosedur yang benar di atas.
- Cucilah tangan dengan sabun selama setidaknya 20 detik sesering mungkin.
- Hindari menyentuh wajah dengan tangan yang masih belum dicuci dengan sabun.
Jika bisa tidak menggunakan lift, silakan. Jalan saja lewat tangga, karena dengan tangga akan bisa leluasa menjaga jarak. Sementara itu, dengan naik lift, kita lebih susah menjaga jarak fisik. Namun, jika memang terpaksa, hadapkan muka ke dinding lift. Bukan ke depan pintu lift sebagaimana yang kita bisa lakukan sebelum wabah ini merebak. - Utamakan penggunaan ventilasi alami (baca: kipas, lubang angin, dan jendela). Sebisa mungkin hindari penggunaan pendingin udara karena penggunaan AC mensyaratkan udara yang disekat. Padahal penyekatan itu malah lebih mempertinggi penularan virus di lingkungan kantor.
- Jika memungkinkan, hindari berinteraksi secara tatap muka dan tetap menjaga jarak sekitar 1 meter dari orang lain di kantor.
- Menghindari acara-acara sosial yang berpotensi menciptakan kerumunan sehingga jaga jarak susah dilakukan.
- Jaga dan pantau kesehatan kita sendiri. Dengan mendeteksi dini, kita bisa melakukan karantina diri lebih awal sebelum menulari orang lain dan juga menjalani perawatan lebih dini agar peluang pulih lebih baik.