Olahraga dan COVID-19

adult athlete body exercise
Olahraga seperti apa yang bisa dilakukan saat pandemi seperti sekarang? (Photo by Keiji Yoshiki on Pexels.com)

Mendengar Izak Latu, dosen Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, menceritakan pengalamannya dirawat setelah terkena COVID-19 hingga sembuh cukup bisa menginspirasi kita semua mengenai pentingnya berolahraga di masa-masa seperti sekarang.

Semasa masih sehat dan belum terkena COVID-19, Izak gemar berenang. Ia yakin berenang membuat paru-paru, organ vital yang menjadi sasaran virus baru ini, menjadi lebih kuat. “[Kebiasaan berenang] itu membuat pekerjaan dokter luar biasa (mudah -pen),” ujarnya. Kebiasannya berenang, maksud Izak, membuat paru-parunya lebih kuat sehingga ia tidak sampai drop ke kondisi yang sangat kritis. Nadinya juga menjadi lebih stabil.

Semasa dirawat di ruang isolasi rumah sakit, ia tidak bisa berjalan ke mana-mana. “Saya hanya menggerak-gerakkan kaki,” ucapnya. Ia meniru gerakan mendayung bak orang berenang.

Begitu dinyatakan sembuh, Izak kemudian melanjutkan kebiasaan berolahraga itu dengan berjalan kaki dengan rutin di bawah sinar matahari. Ia juga menggerakkan tangan dan lengan dan melatih pernapasan. Menurutnya, olahraga dan latihan napas ini membuat paru-paru yang sudah terkena COVID-19 itu bisa kembali bekerja seperti sediakala.

Olahraga Tingkatkan Kekebalan Tubuh

Sudah bukan rahasia lagi bahwa olahraga secara rutin memang bisa meningkatkan kekebalan tubuh seseorang. Sains juga membuktikannya tanpa ragu. Sebuah studi yang dilakukan peneliti di University of Bath dan dirilis hasilnya pada Maret 2020 lalu menyatakan bahwa ditemukan adanya dampak positif dari kebiasaan berolahraga secara teratur bagi semua orang yang menginginkan kekebalan tubuh mereka tetap prima di masa pandemi agar Coronavirus tidak mudah masuk dan membuat kondisi tubuh hingga drop bahkan sampai mengalami kematian.

Meskipun kita tidak bisa berolahraga di pusat kebugaran atau studio atau tempat-tempat umum sebebas dahulu, tetap saja olahraga sangat dianjurkan tetap dilakukan. Selama 4 dekade telah dilakukan penelitian terhadap dampak olahraga terhadap kekebalan tubuh.

Olahraga Seperti Apa?

Olahraga yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh kita tidak perlu yang berintensitas berat. Cukup dengan melakukan olahraga berintensitas sedang saja kita sudah bisa mendapatkan manfaat peningkatan imunitas tersebut.

Bentuk dan jenis olahraga yang dimaksud misalnya berjalan kaki, berlari, bersepeda, dan olahraga aerobik lainnya. Durasi totalnya seminggu ialah 150 menit. Itu artinya Anda bisa melakukannya selama 30 menit sehari dalam 5 hari seminggu (istirahat di akhir pekan).

Anda yang terbiasa berolahraga di pusat kebugaran atau tempat lain mungkin beralasan bahwa olahraga di rumah dan sendirian kurang ‘afdol’. Alat-alat pun tidak selengkap jika Anda berlatih di gym-gym besar. Namun, para pakar menyarankan bahwa Anda tetap melakukan olahraga sebisa Anda karena ini lebih baik daripada sama sekali tidak berolahraga selama masa pandemi yang belum diketahui secara pasti kapan akan berakhir.

Lalu bagaimana jika Anda sudah terbiasa berolahraga dengan intensitas berat karena memang bekerja penuh waktu sebagai atlet profesional atau memang sebelumnya sudah berkebiasaan olahraga yang berat? Apakah olahraga intensitas berat justru memberatkan tubuh dan menurunkan kekebalan?

Memang ada sebagian kalangan yang berargumen bahwa olahraga berintensitas berat bisa menekan sistem kekebalan tubuh yang memicu adanya rentang waktu yang lebih lebar untuk terjadinya infeksi selama masa pemulihan pasca olahraga berat tersebut.

Namun, studi yang dilakukan di tahun 2018 membuktikan bahwa dugaan tersebut ‘lemah’ sebab tidak ada bukti yang cukup kuat. Peneliti menyatakan dalam jangka pendek olahraga bisa membantu sistem kekebalan tubuh menemukan dan menghadapi patogen. Dalam jangka panjang, olahraga secara rutin memperlambat perubahan-perubahan seperti penuaan yang terjadi pada sistem kekebalan tubuh sehingga bisa mengurangi risiko infeksi.

Faktor-faktor Risiko Infeksi

Jadi, Anda jangan takut untuk berolahraga sedikit lebih berat dan sering daripada biasanya (asal masih dalam batas kewajaran). Karena penelitian justru menemukan bahwa olahraga bukan faktor yang membuat risiko terinfeksi lebih tinggi. Faktor-faktor tersebut ialah asupan makanan yang kurang bergizi, stres atau tekanan psikologis, tidur yang kurang cukup secara kuantitas dan kualitas, perjalanan jauh, dan paparan terhadap pathogen di acara-acara olahraga berskala massal. Bukan olahraga yang dilakukan secara mandiri di rumah.

Olahraga sebagai Pencegahan COVID-19

Dalam konteks pandemi seperti sekarang, olahraga justru bermanfaat asalkan tidak dilakukan secara massal, bersama banyak orang di tempat dan waktu yang bersamaan. Kita jangan sampai meremehkan pentingnya menjaga kebugaran, gaya hidup aktif dan kesehatanselama masa pandemi ini. Olahraga mandiri di rumah tetap disarankan.

Jika berolahraga di luar rumah pun harus diingat anjuran jaga jarak (physical distancing) yang sudah diberikan pihak berwenang. Misalnya, tidak berdekatan dengan orang lain minimal 1-2 meter, mencuci tangan lebih sering dengan sabun atau cairan alkohol pembasmi bakteri saat berkegiatan olahraga, dan menggunakan masker muka.

Dan sekali lagi, meski olahraga bisa menjadi penyelamat, jika tidak diiringi dengan perbaikan pola hidup agar menjadi lebih sehat secara holistik, Anda tetap saja akan ‘kebobolan’. Maksud saya adalah percuma sudah berolahraga jika kita masih kurang tidur, atau makan secara sembarangan (kurang sehat dan seimbang), atau tidak menjaga kebersihan selama berkegiatan. Jadi, pendekatan yang holistik masih diperlukan. Tidak bisa setengah-setengah. (*/)

Published by

akhlis

Writer & yogi

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.