
SELAMA 11 tahun belakangan ini, saya mencoba berdisiplin dalam pola hidup. Sebelumnya saya tak begitu memperhatikan soal pola tidur, olahraga dan pola makan.
Tahun 2009 saya pernah mencoba melakoni pola hidup bak kalong. Tidur siang, bangun senja. Begitu terus. Dan saya tak merasa ada yang salah dengan pola aktivitas begini sampai di suatu titik saya merasa badan terasa remuk muk mukkk. Sering pusing dan flu. Meriang sudah bukan hal aneh. Dan saya merasa seperti sangat lemah dan tak bersemangat dalam melakukan apapun meski saya merasa masih bersemangat menulis. Saat itu saya seperti ‘kesetanan’ untuk menulis blog di malam hari, seolah saya tak akan mendapatkan ide menulis di siang bolong.
Karena tak bisa bangun pagi, otomatis saya juga jarang berolahraga (kalau tak bisa dikatakan tak pernah). Karena saya jarang ke luar rumah, dan hanya fokus pada hal yang saya sukai: menulis did epan laptop seharian penuh.
Lalu perlahan saya sadar saya mulai harus mengubah pola hidup tersebut. Rasanya memang menyenangkan bisa kapan saja bisa bekerja tapi ternyata tak begitu menyenangkan jika tidak ada struktur sama sekali dalam beraktivitas. Kebebasan penuh itu ternyata merenggut kesehatan fisik dan mental saya sendiri.
Di Desember 2010 saya mulai menekuni yoga. Dari latihan seminggu sekali kemudian menjadi setiap hari. Dan sekarang saya bisa menularkan pengetahuan dan pengalaman saya ke orang lain. Jadi saya sangat tidak menyangka, saya yang dulunya pemalas kalau disuruh menggerakkan badan dan keluar rumah, sekarang malah sebaliknya. Bahkan sampai ditanyai orang lain mengenai cara hidup sehat.
~~~
Hari ini 10 Oktober diperingati sebagai hari kesehatan mental sedunia dan kebetulan tadi pagi juga mengajar sebuah kelas yoga yang bertema yoga untuk meningkatkan energi.
Sempat saya singgung juga dalam sesi tersebut bahwa saya menyarankan agar saat energi kita turun (dalam yoga disebut ‘tamasik’), kita seharusnya berlatih gerakan-gerakan dinamis, mengalir (vinyasa), lebih banyak fokus pada jenis asana arm balance, backbend, dan twisting yang tujuannya meningkatkan detak jantung, memacu adrenalin, dan menyegarkan tubuh dengan melancarkan seluruh sistem peredaran darah, mengaktifkan sistem limfatik yang berperan penting dalam imunitas, dan masih banyak lagi.
Saya menekankan bahwa olahraga, menggerakkan badan, adalah sebuah takdir bagi tubuh manusia. Ia adalah suatu kebutuhan dasar. Seperti makan dan minum serta mandi, begitu kata saya. Apakah saat kita makan kita akan berharap tak perlu lagi makan selama setahun ke depan karena malas? Apakah setelah mandi kita merasa sudah bersih sehingga tak perlu lagi mandi setahun ke depan? Nah, demikian juga saat kita menyikapi olahraga. Jika ditanya seberapa sering harus menggerakkan badan, ya saya jawab: setiap hari. Kan kita juga makan, minum dan mandi tiap hari.
Dan pernyataan saya ini bukannya tak ada dasarnya sama sekali. Sebuah penelitian dari Southern Methodist University yang dipublikasikan di tahun 2010 lalu menyatakan olahraga adalah ‘obat ajaib’ bagi banyak orang yang menderita depresi dan kecemasan parah. Dan karena olahraga itu bisa dilakukan secara mandiri dengan bermodalkan kemauan individu, seharusnya olahraga diresepkan lebih sering sebagai penanganan gangguan kesehatan mental. Dalam studi ini jumlah olahraga yang dijalani ialah 150 menit perminggu dengan intensitas moderat, tidak berat. Tapi jika Anda ingin melakukan aktivitas olahraga yang berat, bisa dilakukan 75 menit per minggu.
Ilmuwan mengatakan olahraga meningkatkan mood, menekan stres, memperbaiki tingkat energi dan motivasi dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Dan yang terpenting: tidak ada motivasi dalam berolahraga bukanlah penghalang tapi seharusnya menjadi pendorong untuk berolahraga. Dengan kata lain, karena bad mood itulah Anda justru harus berolahraga agar kembali bersemangat. Bukan sebaliknya, menunggu mood membaik baru berolahraga. Konyol itu namanya!
Sebuah penelitian yang hasilnya dipublikasikan di The Lancet tahun 2018 lalu menegaskan mereka yang berolahraga memiliki kesehatan mental yang buruk 1,5 hari lebih pendek daripada yang tidak. Jadi memang olahraga tak menjamin Anda bebas 100% bebas gangguan dan kondisi mental tapi setidaknya bisa memperbaiki ketahanan kesehatan mental Anda dan mendorong pemulihan lebih cepat.
Tapi apakah Anda harus berolahraga sesering mungkin supaya kesehatan mental terjaga? Ternyata tidak juga lho. Ilmuwna mengatakan manfaat terbesar olahraga bagi kesehatan mental sudah bisa didapatkan dengan berolahraga 45 menit dengan frekuensi 3-5 kali seminggu. Jadi tidak harus 7 hari terus menerus.
Para ilmuwan sendiri belum bisa menjelaskan secara gamblang alasan mengapa kesehatan mental dan olahraga memiliki kaitan erat satu sama lain. Bisa jadi, ilmuwan menduga, bahwa kebiasaan ‘mager’ dan malas olahraga adalah salah satu gejala kesehatan mental yang buruk dan kebiasaan berolahraga dna gaya hidup aktif adalah salah satu tanda atau faktor yang berkontribusi pada ketahanan seseorang secara mental.
Penelitian lainnya yang dilakukan University of Otago dan hasilnya disebarkan pada publik tahun 2020 menyatakan ada 3 pilar kesehatan mental: tidur yang cukup, olahraga, makan buah dan sayuran segar.
Tidur yang cukup di sini adalah yang tidak kurang dari 8 jam tapi juga tidak sampai lebih dari 12 jam sehari. Lebih atau kurang bisa berakibat negatif pada kesehatan mental. Tapi yang tak kalah penting bagi kesehatan mental ialah mutu tidur kita. Percuma jam tidur sudah pas tapi belum bisa nyenyak.
Penelitian mengungkap depresi paling ringan ditemukan pada mereka yang tidur 9,7 jam sehari. Dan kesehatan terasa prima pada mereka yang tidur 8 jam per malam.
Bagaimana dengan porsi makan buah dan sayur? Menurut penelitian, 4,8 sajian sayur dan buah segar per hari memberikan kita kesehatan mental yang prima. Makan buah kurang dari 2 porsi sehari atau sampai berlebihan sampai 8 porsi sehari bisa membuat kesehatan menurun. Jadi memang harus pas.
Dengan demikian, sebetulnya menjaga kesehatan mental itu murah meriah kok. Cuma memang yang mahal itu cuma dua: motivasi dan konsistensi kita sendiri.
Dan dari sini kita juga idealnya tidak lagi ‘termakan’ janji manis pihak-pihak yang mengatakan ada pil atau obat ajaib X, atau Y, atau Z produksi pabrik untuk bisa hidup sehat. Bukan berarti semua multivitamin itu tak ada gunanya tapi jika tidak dibarengi dengan perbaikan pola hidup menuju ke arah yang lebih sehat yakni dengan meningkatkan konsumsi buah dan sayur, menata pola tidur dan berolahraga dengan porsi cukup maka akan sia-sia saja juga. (*/)
Leave a Reply