
GELOMBANG ketiga diprediksi akan terjadi Desember ini karena ya pas banget lah dengan musim liburan akhir tahun. Dari sejarah juga memang pandemi itu bisa pasang surut sampai benar-benar lenyap. Jadi, gelombang ketiga ini memungkinkan terjadi ya apalagi masih ada yang ogah divaksin. Haha. Zaman udah secanggih ini tapi sisi dungu umat manusia tetaplah melekat.
Di sisi lain, karena pemerintah sudah trauma disalahkan, mereka lalu ancang-ancang memberlakukan penghapusan cuti bersama Nataru alias Natal dan Tahun Baru (singkatan apalagi sih ini? Dasar orang Indonesia males ngetik panjang).
Saya baca di banyak media, ada satu varian baru Coronavirus yang muncul dan terdeteksi (hanya Tuhan yang tahu berapa banyak sebenarnya sekarang varian mutasi Coronavirus). Konon ia 5 kali lebih menular katanya daripada virus asalnya di Wuhan. Varian Delta yang kemarin itu kalah. Top deh! Gemoy nggak sih!
Namanya Omicron.
Ditemukan pertama kali di Botswana dan Afsel, varian anyar ini cukup menggemparkan karena itu bisa berarti bakal naik lagi kurva yang sudah melandai.
Dan bagaimana karakter sebenarnya si varian Omicron? Sayangnya belum ada yang paham 100% karena ya butuh waktu aja untuk bisa meneliti perilaku Omicron ini.
Yang patut diwaspadai ialah jika varian Omicron ini bisa tahan kekebalan yang sudah dibentuk oleh vaksin-vaksin yang sudah disuntikkan ke jutaan orang. Itu artinya ada kemungkinan gelombang ketiga akan terjadi dan vaksin sia-sia. Tapi itu baru skenario terburuk saja. Tentu kita berharap vaksin yang ada masih bisa membendung si Omicron. Tapi tidak ada yang bisa menjamin juga sepenuhnya.
Namun, Omicron tetaplah Coronavirus jadi vaksin yang sudah kita terima dalam tubuh pasti memberikan efek perlindungan. Hanya saja, persentase efektivitas vaksin yang kita terima seberapa? Itu yang belum tahu. Plus, vaksin juga bisa menurun efek proteksinya seiring berjalannya waktu. Makanya kita butuh vaksin booster.
Terus banyak orang bertanya: “Gimana dong caranya membendung penyebaran Omicron ini?”
Ya mau varian apapun itu, tetap terapkan 3M dengan ketat sih. Tidak ada alasan untuk kendor. Karena kalau kendor yang bayar ‘ongkos’ kita juga sendiri.
Di Afsel sendiri kenaikan kasus terjadi karena selain muncul varian baru ini juga karena tingkat vaksinasi masih 29% dari populasi total dan ada acara yang bersifat kerumunan yang memicunya. Jadi kalau kita mau berkata konser offline bakal bisa digelar sebentar lagi, tunggu dulu lah. Daripada menyesal.
Meski katanya WHO Omicron ini cuma menimbulkan gejala yang lebih ringan tapi mereka lebih cenderung ditemui di anak-anak muda yang kekebalan tubuhnya masih relatif prima dibanding kelompok lansia.
Tapi yah mau varian apapun itu kalau di Indonesia sih life must go on. (*/)
Leave a Reply