MUHAMMAD ALI sang petinju legendaris itu pernah berkata: “Float like a butterfly, sting like a bee. You can’t hit what don’t see.“
Di sini ia sepertinya berpesan soal bagaimana seorang petinju mesti bertarung, yakni dengan mencontoh ringannya gaya terbang kupu-kupu tapi saat menyerang bisa seganas dan secepat seekor lebah. Saking cepatnya lebah menyerang, biasanya orang kelabakan karena tak bisa dilihat oleh mata.
Lalu ada juga hadis yang menyinggung soal gaya hidup lebah. Serangga penghasil madu ini dipuji sebagai makhluk yang bersih dan menghasilkan manfaat besar bagi lingungan sekelilingnya. Ia tidak menebar bibit penyakit seperti serangga kecil lainnya macam nyamuk atau lalat. Memang ada yang berargumen manfaat adanya nyamuk dan lalat adalah untuk mempercepat proses penyerbukan bunga-bunga tapi sebenarnya kupu dan lebah bisa melakukannya juga tanpa harus menyebar penyakit dan malapetaka layaknya nyamuk dan lalat.
Dalam agama juga ada pembahasan lebah ini. Dalam Al Qur’an bahkan ada satu surat berjudul binatang tersebut. Itu menegaskan keistimewaan lebah di mata Sang Pencipta.
Satu hadis yang membahas soal mulianya lebah adalah:
“Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih, dan tidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya)” (HR Ahmad, al-Hakim, dan al-Bazzar).