“Dive!!”: Bakat dan Kerja Keras Sama Pentingnya

PERIBAHASA Thai mengatakan demikian: “Talenta itu terlahir. Bukan diciptakan.” Kita sendiri menemukan fakta di sekitar kita bahwa mereka yang sejak kecil sudah menunjukkan bakat tertentu bakal lebih ciamik saat dewasanya nanti. Bakat ini bisa muncul secara alami, bisa juga karena diturunkan secara genetis dari generasi sebelumnya ke generasi selanjutnya.

Namun, kadang juga kita tidak bisa menutup mata bahwa ada anomali dalam hidup. Yang paling sukses dan menonjol kadang bukan mereka yang orang tuanya hebat dari dulu atau karena semua faktor di lingkungan mereka mendukung agar mereka bisa melejit.

Kadang ada juga anak-anak yang cemerlang karena mereka bekerja paling keras dalam kelompok mereka. Mereka ini menyadari bahwa mereka tidak terlahir dalam keluarga berbakat tertentu atau tumbuh dalam lingkungan tertentu. Dan untuk memberi kompensasi atas itu, mereka pun melakukan apapun yang diperlukan agar bisa lebih maju dari yang lain bahkan yang anak emas dan unggulan sekalipun.

Film “Dive!!” (2008) yang dibuat berdasarkan novel karya Eto Mori yang berjudul sama ini memang film lama tapi kok saya merasa masih seru buat ditonton. Film ini cocok buat memberi semangat anak-anak dan remaja yang merasa mereka sedang bingung dengan dunia di sekitar mereka, bingung dengan identitas/ jatidiri dan masa depan. Mereka belum memiliki bayangan seperti apa diri mereka di masa depan. Bagi yang sudah ada visi sih enak, bisa langsung fokus tapi buat yang masih meraba-raba dan tak paham apa renjana (passion) mereka, dunia seperti sebuah tempat yang gelap atau bisa juga menjadi sebuah maze yang berliku-liku.

Dari kiri ke kanan: Yoichi Fujitani (diperankan Sosuke Ikematsu), Tomoki Sakai (Kento Hayashi) dan Shibuki Okitsu (Junpei Mizobata).

Tomoki Sakai ‘cuma’ seorang remaja yang menyukai loncat indah atau diving dan ia tak pernah berhenti bermimpi untuk menjadi atlet pro. Bersamanya berlatih di klub adalah seorang anak pelatih profesional Yoichi Fujitani. Lalu tak lama datang juga seorang pesaing baru yang berbakat namun kemampuannya masih mentah, Shibuki Okitsu.

Ketiga anak muda ini punya kelebihan dan kelemahan masing-masing. Tomoki bukan keturunan peloncat indah, orang tuanya tak seambisius dua rekannya. Namun, dia punya bakat yang terpendam: sebuah badan yang hiperfleksibel dan ‘mata berlian’, sebuah kemampuan membayangkan atau memvisualisasikan gerakan loncat indah yang kompleks dan merealisasikan imajinasi dalam benak mereka melalui tubuh. Ternyata ini harus dimiliki seorang peloncat indah jika ingin lebih berprestasi.

Sementara itu, Yoichi Fujitani punya kelebihan memiliki ortu yang mendukung ambisinya menjadi atlet unggulan di cabang olahraga ini, ayahnya adalah pelatih loncat indah juga di klubnya. Secara teknis, ia sudah jago. Ia fokus dan disiplin bahkan saat Tomoki Sakai masih abai dengan asupan makanan yang seenaknya, anak ini sudah sadar bahwa asupan kalori memengaruhi eksekusi gerakan saat meloncat.

Shibuki Okitsu lain lagi. Secara genetik dan lingkungan ia diuntungkan. Kakeknya seorang peloncat indah Olimpiade yang sayangnya gagal berlaga di era Perang Dunia II. Untuk menghabiskan sisa hidupnya, ia pun sering mengajak cucu laki-lakinya ini meloncat dari tebing pantai. Karena digembleng dari kecil dan tinggal di sekitar pantai inilah, bakat loncat indah Shibuki Okitsu makin terasah. Namun, ia benci masuk kolam renang karena tak suka kaporit. Ia menikmati saat terjun ke air laut saja.

Menariknya, di sini diceritakan perjuangan mereka untuk menjadi atlet loncat indah unggulan bagi Jepang untuk bisa membela negara di ajang Olimpiade. Alih-alih berkompetisi secara ganas dan menghalalkan segala cara, mereka malah bersahabat dan saling mendukung. Jadi konflik malah justru lebih banyak dari pergulatan internal mereka sendiri.

Menurut saya sih ini film yang bagus untuk mengajarkan sportivitas dalam olahraga. Karena anak-anak muda sekarang perlu digembleng dalam hal sportivitas yang seharusnya bisa dipelajari di luar permainan virtual alias online games.

Di sini kita jadi tahu begitu pentingnya memperkenalkan olahraga dan sportivitas di baliknya pada anak dan remaja agar mereka memiliki mental dan disiplin yang baik. Tidak manja, bermalas-malasan apalagi sering berlaku curang. (*/)

Published by

akhlis

Writer & yogi

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.