Ulama Berpolitik? Pantaskah? Begini Jawaban Bapak Sosiologi Ibnu Khaldun

PERNAH denger ada kyai yang marah-marah di YouTube karena ada pihak yang mencibir ulama yang terjun ke politik. Katanya dengan nada keras dan penuh kemarahan: “Itu ajarannya Belanda. Dulu mereka ingin supaya ulama nggak ikut campur ke politik supaya bisa menindas rakyat dan rakyat nggak bisa diberdayakan ulama. Jadi kalau sekarang ada yang ngomong gitu, jangan mau! Itu pemikiran penjajah!!”

Tapi kalau denger pendapatnya Ibnu Khaldun soal ulama yang tidak seharusnya terjun politik juga memang ada benarnya.

Kenapa?

Karena dunia ulama itu dunia idealisme dan intelektualitas, fokusnya ke ide-ide besar dan umum. Politik itu dunia pragmatis, mikirnya untung rugi, kepentingan sesaat, printilan duniawi tok.

Intelektual yang sejati nggak akan suka dengan politik, kata Ibnu Khaldun. Jadi kalau ada mengaku intelektual tapi kok mengejar jabatan publik, ya patut disangsikan komitmen dan konsistensinya sebagai intelektual. Nggak usah nyebut nama, kita tahulah orang-orang yang dulunya dikenal ilmuwan, ulama, akademisi tapi begitu terjun ke politik ya gitu deh. Sama aja ending-nya dengan orang-orang yang tanpa gelar bertumpuk-tumpuk.

Jadi kalau ulama dan akademisi kayak dosen, guru, rektor masuk politik ya biasanya kacau balau kerjanya. Buktinya sudah ada di mana-mana di negara ini. LOL…

Menurut Ibnu Khaldun, yang seharusnya masuk dunia politik itu orang-orang awam yang bukan orang yang unggul dalam pemikiran intelektual. Mereka ini paham betul bagaimana berpikir secara teknis dan praktis. Bukan idealis sebagaimana ulama dan akademisi.

Jadi kalau ada pilkada atau pilpres, menuruti saran dari Ibnu Khaldun, kita lebih baik pilih calon yang dari kalangan awam, praktisi, bukan ulama dan cendekiawan.

Kalau menurutku, ya memang nggak jadi politikus juga ulama dan akademisi masih bisa kok berpartisipasi dalam mengarahkan pemerintah ke jalan yang benar. Ya misalnya dengan memberikan konsultasi, arahan dan nasihat pada pemerintah di saat-saat genting kayak sekarang, saat negara makin turun empatinya pada rakyat dan nggak berdaya dalam menghadapi kartel, oligark, dinasti dan kelompok-kelompok yang secara egois mengutamakan kepentingan dan keuntungan mereka sendiri daripada kesejahteraan rakyat.

Karena sekali udah kecebur politik dan mencicipi kekuasaan, udah susah melepaskan. Kecanduannya lebih parah dari pecandu narkoba. Maunya nambah masa jabatan teros! Nggak peduli awalnya kelihatan sealim dan se-humble apapun. (*/)

Published by

akhlis

Writer & yogi

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.