MENDENGAR seorang teman berkata tak harus mudik pas Idulfitri ini karena jauh hari sebelumnya sudah mudik, rasanya kok iri juga ya. Kenapa orang Indonesia banyak yang terjebak pada definisi mudik di momen Lebaran saja?
Rasanya terkungkung sekali oleh tradisi yang dibuat sendiri, setahun sekali pas Idulfitri mesti balik ke kampung halaman. Padahal ada 300 hari lain yang bisa dipilih lho. Itu jumlah yang banyak sekali. Tapi kenapa harus itu? Kenapa harus saat itu?
Kalau saya nanti menjadi tetua atau patriark nanti, saya pastikan tidak ada yang merasa terikat dengan tradisi konyol ini.
Mau mudik atau tidak saat Idulfitri tidak masalah. Asal jangan merasa terpaksa atau tersiksa.
Seakan dengan bermacet-macetan dosa otomatis tertebus. Ya nggak juga sih.
Bayangkan jika penduduk terus bertambah dan tradisi ini terus seketat sekarang, bahwa mudik itu wajib. Nggak bisa ditinggalkan. Dan yang tidak mudik ya durhaka atau memutus silaturahmi. Chill!
Seberapa banyak jalan tol dibangun, bus diproduksi, kereta dirakit, bandara dibuat, kapal feri diapungkan, rasanya kok tidak bakal bisa mengimbangi kenaikan arus mudik per tahun.
Semua demi keafdolan sebuah tradisi turun temurun.
Tradisi yang sebenarnya bisa direvisi. Jika kita mau mengubah pola pikir. (*/)