
BACA SEBELUMNYA DI BAGIAN PERTAMA: “PENGALAMAN MEMBELI RUMAH DAN TINGGAL DI CITRA MAJA RAYA [2020-SEKARANG]“
BEBERAPA waktu terakhir terutama di awal 2022 ini, saya mengamati bahwa jumlah pengunjung dan pembaca artikel bagian pertama soal pengalaman membeli rumah dan tinggal di Citra Maja Raya (CMR) ini makin banyak. Tampaknya makin banyak orang yang penasaran dan sedang mempertimbangkan untuk membeli rumah di sini entah itu untuk investasi atau mau dihuni.
Saya juga memahami karena CMR digadang-gadang bakal jadi sebuah kota mandiri layaknya BSD atau Bintaro begitu. Konsepnya memang masih sebagai kota penyangga aktivitas manusia-manusia ibukota. Tapi menurut sata sendiri ke depan mestinya kota ini juga bisa menjadi sebuah pusat ekonomi yang mandiri, terpisah atau setidaknya bisa beroperasi tanpa harus melulu ke Jakarta.
Saya menulis bagian kedua secara terpisah di sini setelah sebelumnya memperbarui terus artikel pertama saya. Tapi lama-lama kok makin panjang dan terasa agak susah di-scroll. Haha. Saya sendiri kalau mau menulis update terbaru juga kerepotan mesti lama scroll ke bawah. Ya sudahlah saya putuskan membuat artikel lanjutannya di halaman terpisah supaya pembaca tidak capek scroll dan tetap bisa menikmati.
Kalau saya katakan di CMR ini kemarin sempat macet karena arus balik Lebaran 2022, itu memang suatu anomali. Arus lalin untuk hari seterusnya kembali lagi seperti semula. Cuma 1-2 kendaraan saja. Kemacetan jadi hal mustahil dijumpai.
Tapi soal trotoar dan tempat bersepeda dan jogging di sini saya lihat kok tidak ada lajur yang terdedikasi khusus untuk itu. Ini sangat amat disayangkan. Kalau sekarang sih memang masih bisa jogging ke mana-mana dengan nyaman tapi bayangkan 5-10 tahun mendatang saat populasi di sini melonjak (mungkin ya), jalan yang sepi dan halaman ruko yang lapang pasti sudah luber terisi kendaraan bermotor.
Seharusnya kalau menurut saya pengembang memikirkan bagaimana menampung para pemakai sepeda dan moda transportasi non-motor lainnya seperti otopet, segway yang mestinya diakomodasi karena lebih futuristik dan ringkas bagi mobilitas orang-orang urban di masa depan. Sepeda motor itu sudah mesti dianggap kuno lho. Ini supaya kita tidak terjebak permasalahan yang sama dengan Jakarta dan kota-kota besar di Asia Tenggara yang berjibaku dengan kemacetan.
Untuk jarak dari stasiun Maja yang tak begitu jauh tapi juga tak bisa dikatakan dekat dengan berjalan kaki, moda transportasi sekunder untuk mengangkut manusia dari stasiun ke rumah mereka mestinya harus yang lebih ringkas dan murah. Di stasiun Maja saja sekarang halaman parkir sepeda motor sudah lumayan penuh lho di siang hari. Belum lagi kalau ada pemilik mobil yang naik komuter, wah bisa penuh cuma untuk beberapa unit mobil saja.
Makanya dari kasus para penyuka sepatu roda di Jakarta beberapa hari lalu, kita yang di CMR ini mestinya harus mengantisipasi. Jangan sampai masalah Jakarta terulang lagi. Harus ada pelajaran yang bisa dipetik dari kacaunya Ibu Kota Negara yang makin tenggelam itu.
https://platform.twitter.com/widgets.jsLocal Loch Ness😂 pic.twitter.com/vFIkJS1nMi
— Akhlis (@akhliswrites) May 15, 2022
UPDATE 13 MEI 2022
Hari ini saya iseng jalan pagi dan ternyata bertemu dengan sebuah jalur baru. Di calon kota mandiri ini memang selalu ada kejutan sebab perkembangannya masih belum bisa ditebak sepenuhnya. Yang bisa diketahui cuma rencana tata ruang kota tapi pengejawantahannya bagaimana di lapangan kan belum tahu persis.
Ternyata dari klaster Benoa ada jalan tembusan ke arah selatan yang dulunya saya cuma bisa lewati dengan memutari klaster Sanur. Buldoser tampaknya dipakai untuk meratakan medan jalan.
Lalu dari situ saya terkesima dengan sebuah danau buatan yang sebelumnya saya tak pernah tahu ada di situ. Saya pernah sekali jalan kaki memutari sini, jauh sekali tapi kok tidak lihat ada danau ini.
Di tepi danau ini tampaknya akan dibangun klaster lain karena tanah tampak diratakan di sini dengan tujuan untuk dibangun tentunya.
Di sekitarnya masih banyak ladang dan pepohonan. Asri tapi tetap saja karena musim jelang kemarau begini, pukul 7 pagi saja matahari sudah teriknya minta ampun. Gosong tidak ditanggung.
UPDATE 15 MEI 2022
Kalau Anda punya unit rumah di CMR tapi belum sempat menempati atau ingin menyewakan setelah lama kosong, biasanya rumah harus dibersihkan. Nah, kalau Anda malas membersihkan sendiri karena sudah terlampau awut-awutan dan tumbuhan liar sudah tumbuh di halaman sampai jadi pohon tinggi besar melampaui atap rumah (ini benar terjadi), jangan khawatir karena ada jasa untuk membersihkan dan merawat rumah kosong Anda. Namanya zaman susah, semua yang mendatangkan duit pastilah dijalani orang. Sepanjang halal tak begitu masalah kan?
Ada beberapa pertimbangan dalam penentuan tarif pembersihan rumah kosong biasanya di CMR. Setelah diobservasi, biasanya penyedia layanan bersih-bersih rumah ini bakal mematok tarif.
Kalau layanan dasar seperti mengepel lantai kotor dan mencabuti rerumputan liar di halaman rumah sih masih termasuk standar. Tapi kalau sudah mengharuskan penebangan pohon liar sih harus dilihat sebesar apa ukuran pohonnya. Makin besar, tentunya makin mahal nanti jasanya.
Dengan kondisi CMR yang masih saja sepi begini, memang tak heran jika ada sebagian pemilik unit di sini yang gamang dan ingin menjual saja rumah mereka. Karena mungkin di sini cuma investasi dan sudah butuh duit. Tapi jika Anda masih belum begitu butuh duit, lebih baik sih ditunda saja menjualnya karena kalau Anda bersabar harga jualnya bakalan lebih tinggi dari harga belinya, begitu kata seorang makelar rumah di sini.
Untuk pemilik unit rumah di CMR Tahap 1, ada yang merasa lebih baik beli tanah kavling saja dan membangun sendiri unitnya. Hal itu bisa dilakukan di klaster Padma, dekat bundaran kantor pemerintahan desa Maja Baru, yang juga dekat gerbang CMR 2. Harganya sih dengar-dengar Rp2 juta per meter persegi. Kalau di sekitar Maja ini, kavling di luar CMR sih mungkin tak semahal itu. Ada selisih harganya tapi tentu nantinya ada bedanya kalau rumah Anda masuk kota mandiri CMR dan tidak. Suasana sekitarnya bakal beda. Percuma membangun rumah bagus dan megah tapi di sekitarnya awut-awutan dan manajemen sampahnya kurang baik. Saya tidak berlebihan, karena di Maja (di luar CMR) ini penanganan sampah masih memprihatinkan sekali. Warga masih seenaknya buang sampah di pinggir jalan dan tanah kosong. Karena pemerintah daerahnya belum peduli betul dengan penegakan hukum buang sampah sembarangan. Kalau Anda punya rumah bagus, apakah rela jika tanah di sekitar Anda jadi tempat menimbun sampah? Tentu tidak kan? Dalam lingkungan perumahan, hal ini dijamin tidak bakal menimpa kita. Semuanya lebih sedap dipandang karena ada manajemen kota yang mengaturnya. Kalau ada yang melanggar bakal ditegur dan dikenai sanksi.
Mereka yang tinggal di CMR biasanya adalah mereka yang juga sudah punya rumah atau dulunya tinggal dan bekerja di Alam Sutra, Bumi Serpong Damai (BSD), dan sekitarnya. Mereka pagi-pagi biasanya berangkat dengan kereta komuter line pagi-pagi. Kereta terpagi pukul 4 subuh. Mereka parkir sepeda motor di stasiun Maja dan pulang malamnya, cukup bayar Rp5.000.
Kalau ditanya apakah di CMR sudah ada Go-Jek atau Grab, saya katakan SUDAH. Please jangan dikira daerah ini setertinggal itu. Di sini memang sepi tapi cuma 2 jam kurang dari Jakarta lho. Ini bukan Papua. Dan keberadaan Go-Jek dan Grab juga masih sedikit memang karena di sini ada Trans Baduy, semacam layanan online ojek lokal dan abang-abang ojek panggilan di pangkalan-pangkalan masih banyak. Kalau belum ada layanan Go-Jek dan Grab mana mungkin juga Janji Jiwa buka gerainya di CMR ini? Buktinya mereka sudah buka satu gerai di dekat klaster Tevana.
Untuk masuk ke dalam CMR, Anda bisa memilih satu dari 3 pintu yang tersedia: pintu gerbang patung kuda CMR 1, CMR 2, jalan akses dekat klaster baru Agate dan Tampaksiring yang akan tembus ke Jasinga, Bogor.
PROSEDUR IZIN RENOVASI RUMAH DI CITRA MAJA RAYA
Renovasi di CMR sudah jadi hal jamak alias normal. Ya bagaimana lagi, wong pengembang cuma membangun setengah rumah saja sebetulnya. Dari luas tanah yang tersedia, yang dibiarkan kosong bisa setengahnya kalau dihitung cermat. Makanya tidak heran kalau harga rumah tapak di CMR bisa miring sekali. Beda dari Jakarta dan sekitarnya yang sudah berjuta-juta untuk per meter perseginya.
Kalau Anda punya rumah di CMR dan ingin memperluas bangunan unit Anda yang terasa sempit sekali, bisa mengajukan segera perizinan renovasi. Kalau Anda cuma mengerjakannya sendiri, semua ini harus diurus sendiri juga. Tapi kalau Anda punya dana ekstra buat renovasi, serahkan saja semuanya ke agen yang merenovasi karena seharusnya itu sudah jadi tanggungan mereka. Ini berdasarkan dari pengalaman saya merenovasi sih. Tapi patut diketahui ini agen yang profesional, bukan cuma tukang bangunan yang diserahi proyek renovasi rumah lho. Karena tidak mungkin kalau harus memberikan tanggung jawab itu ke tukang bangunan.
Cara mengajukan renovasi ialah mengumpulkan beberapa dokumen sebagai berikut:
- fotokopi KTP pemilik rumah
- fotokopi KTP tukang bangunan yang mengeksekusi renovasi
- fotokopi BAST alias Berita Acara Serah Terima
- fotokopi PPJB alias Perjanjian Pengikatan Jual Beli (halaman depan dan belakang saja)
- foto gambar kerja renovasi
- Melunasi Iuran Pemeliharaan Lingkungan (IPL) bulanan Anda
Nah begitu sudah terkumpul, bisa diserahkan langsung ke kantor Manajemen Kota CMR/IPL di gerbang Citra Maja Raya 1. Anda juga bisa menngirim file dokumen ini semua ke renovasi.citramaja@gmail.com. Tapi sekali lagi, jangan kaget lah kalau sudah kirim softcopy begini lalu masih diminta hardcopy juga. Anda tahu negeri ini kan? Di era Revolusi Industri 4.0, NFT dan Metaverse begini, tradisi fotokopi masih terus lestari.
Lalu jangan kaget juga kalau Anda diminta menyetor sejumlah duit ke pengembang sebagai jaminan untuk pengerjaan renovasi ini. Tujuannya menurut saya agar renovasi yang akan dilakukan tidak melanggar aturan yang diberikan pengembang. Karena kalau tidak diatur, saya juga pasti yakin kalau perumahan ini bakal sudah jadi kayak perkampungan biasa yang carut marut, kacau balau. Dan di sinilah aturan itu semestinya membuat lingkungan bisa menjadi relatif lebih rapi dan enak dipandang mata. Kalau tinggal di perumahan tapi lingkungannya tidak teratur sih lalu apa bedanya dengan tinggal di luar sana? Haha.
Ketentuannya kalau tak salah adalah membiarkan facade atau bagian muka rumah seperti semula saat dibangun pengembang dalam jangka beberapa tahun pertama. Dan jujur sudah ada beberapa pemilik rumah yang sengaja melanggar demi keinginan mereka sendiri. Mereka berpikir: “Lha wong rumah-rumah saya sendiri, sudah beli kok dilarang-larang mau renov kayak gimana?” Ada betulnya, tapi meski ini rumah Anda tapi Anda tinggal di perumahan yang tentu terikat dengan peraturan. Mohon ditaati, kalau tak mau ya angkat kaki. Sesimpel itu. Ada sebagian orang yang saya lihat belum siap dengan ini, cara berpikirnya seperti orang yang punya rumah di kampung ortunya sendiri, renovasi seenaknya. Tidak bisa begitu, Pulgoso! Jadi paham kalau Manajemen Kota bakal memberikan sanksi. Apa sanksinya? Saya belum tahu persis sih. Apakah bisa sampai dibongkar paksa? Kurang tahu juga.
Ada juga seorang tetangga yang berulah begini. Muka rumahnya dipermak habis. Sampai Manajemen Kota mampir dan menegur. Sampai sekarang pengerjaan renovasinya belum ada tanda-tanda dimulai lagi sejak berhenti libur Lebaran lalu. Apakah kena sanksi atau disuruh berhenti pihak Manajemen Kota? Saya kurang paham juga sih. Saya sendiri memantau kasus ini sebagai suatu preseden. Jika MK tegas, saya pikir tata ruang dan tata kota CMR bakal bagus seterusnya. Tapi kalau dari sini saja sudah lembek, wah bisa gawat nantinya. Ketidaktegasan pada satu oknum bisa merembet ke yang lain. Pasti yang lain merengek juga diizinkan merenovasi sesuai selera.
Berikut tata cara pengambilan uang jaminan izin renovasi:
1. Tukarkan Surat Ijin Renovasi dan Bukti Transfer dengan tanda terima ke Kantor Manajemen CMR
2. Tunggu 2-3 bulan
3. Setelah 2-3 bulan telepon/datang ke kasir Citra Raya (Citra Raya Tangerang ya, bukan Citra Maja Raya)
4. Kasir Citra Raya untuk pelayanan CMR bukan Senin DAN (bukan “sampai”) Kamis tanggal 1 s/d 25 setiap bulannya pukul 10.00 – 14.00 WIB.
Untuk langkah pertama dapat menyerahkan dokumen ke kantor Customer Care/MK dengan cc dokumen Pak Kennedy dan pembayaran bisa via virtual account yang nanti tertera di surat izinnya atau bisa ke kasir yang di kantor marketing. Untuk info selanjutnya, bisa hubungi Pak Kennedy (Manajemen Kota CMR) +62 813-9946-6477.
UPDATE 1 JUNI 2022
Ada kabar di media sosial Instagram @aboutcitramaja yang menyatakan bahwa terjadi peristiwa perampokan di warung tegal di seberang masjid Al Ikhlas CMR. Detailnya sebagai berikut.
https://platform.twitter.com/widgets.jsTkp perampokan pic.twitter.com/0Dyew8mcmj
— Akhlis (@akhliswrites) June 1, 2022
//www.instagram.com/embed.js
Kalau dari pengamatan saya sendiri sih tadi sekitar maghrib memang ada mobil patroli sekuriti CMR mangkal di depan warung tegal naas itu. Tapi begitu Isya, sudah tidak ada mobilnya dan cuma ada 2 orang petugas berjaga di sana. Entah apa maksudnya. Karena mustahil juga ya pelaku melakukan kejahatan dua kali berturut-turut di lokasi yang sama persis.
Yang patut disayangkan memang penerangan di CMR yang sekarang ini agak kurang sehingga mungkin dimanfaatkan pihak-pihak yang kurang baik niatnya. Tapi kalaupun itu alasannya, lokasi kejadian pencurian motor dan perampokan itu justru ada di area yang lumayan terang di bundaran CMR Tahap 1. Kalau yang kerap gelap itu justru di area CMR Tahap 2.
Apalagi ini terjadi setelah pihak manajemen menaikkan IPL yang dikeluhkan pihak penghuni karena katanya pengangkutan sampah saja tidak tiap hari.
Tapi terlepas dari semua kejadian kriminal ini, sebetulnya kondisi di CMR masih relatif aman kok.
Dan pagi tadi meski sehari sebelumnya hujan dan mendung seharian, cuacanya cerah dan bisa untuk jogging dengan nyaman.
//www.instagram.com/embed.js
UPDATE 6 JUNI 2022
Saya bertanya ke staf legal Citra Maja Raya dan mendapat kabar bahwa dokumen rumah saya sudah jadi dan siap dijemput. Saya pun hubungi petugas yang ditunjuk staf legal itu via WhatsApp dan mendapatkan undangan sebagai berikut:
Sehubungan dengan telah tersedianya dokumen legalitas atas tanah dan bangunan yang terletak di Perumahan Citra Maja Raya, melalui surat ini kami mengundang Bapak/Ibu untuk melakukan pengambilan legalitas berupa Sertipikat, Ajb dan Imb atas UNIT di maksud pada :
Hari : Senin-Jumat (tanggal merah libur)
jam : 09:00-16:30
Tempat : Ruko Legal Citra Maja Raya sebrang Management Office Citra Raya Cikupa (sebelah ruko OPPO)Adapun persyaratan yang harus di penuhi untuk melakukan pengambilan legalitas berupa Sertipikat, Ajb dan Imb sebagai berikut :
1.Membawa asli Ktp dan Fc Ktp
2.Membawa Surat Ket Lunas dan Fc Surat Ket Lunas (apabila sebelumnya proses KPR)Penjadwalan untuk melakukan pengambilan legalitas berupa Sertipikat, Ajb dan Imb bisa dikonfirmasi minimal h-2 sebelum legalitas diambil.
Terima kasih atas perhatiannya.
Saya sebenarnya keberatan kalau harus jauh ke Cikupa. Ini agak mengesalkan karena saya sudah bermukim di Maja sini. Tapi seakan pihak pengembang masih memuastkan kegiatan legal mereka di Cikupa. Bikin kesel memang. Dipikirnya mereka semua penghuni Citra Maja Raya ini masih di Jakarta apa bagaimana ya? Kalau saya masih di Jakarta sih Cikupa mungkin lebih dekat. Tapi mbok ya disediakan alternatif bagi mereka yang sudah menetap di Maja untuk mengambil di kantor marketing Citra Maja Raya. Ini kebijakan yang saya tidak habis-habisnya berpikir!
Begini lho kenapa itu mengesalkan, karena ke sana itu butuh waktu setidaknya sejam dari Maja dan jia ada yang ketinggalan, otomatis harus esok hari ke sana lagi karena bolak-baliknya itu sudah capek sekali.
Kalau kata petugas legal CMR, ini semua adalah bentuk Standard Operational Procedure (SOP). Tapi apakah harus menyusahkan seperti ini? Apakah memang lazim ya membeli rumah di satu area tapi urus dokumen di area lain yang jauh begitu? Kalau menurut pengalaman Anda bagaimana? Apakah memang ini hal yang bisa dimaklumi atau sebenarnya pengembangnya yang harus lebih akomodatif?
UPDATE 9 JUNI 2022
Dari undangan yang sudah saya terima tempo hari, saya pun ke lokasi yang dimaksud: ruko legal Citra Maja Raya di seberang Management Office Citra Raya Cikupa.
Di perjalanan, saya diberitahu oleh sopir saya bahwa memang kadang pemilik rumah harus ambil sertifikat kepemilkan di luar kantor perumahan yang dihuni karena perusahaan pengembang bekerjasama dalam hal legalitas tanah dan rumah dengan perusahaan lain. Dalam kasus saya perusahaan ini adalah PT Putra Asih Laksana (PAL). Perusahaan ini membayari pajak bumi dan bangunan saya dulu sebelum saya menerima sertifikat kepemilikan secara sah.
Tapi argumen itu ternyata kurang masuk akal karena saya lihat di kolom nama dan alamat wajib pajak, alamat PAL ini ada di Jl. Kopi Sangiang No 21 Rt 0 RW 0 Maja Baru, Lebak. Berarti deket banget dong dengan rumah saya tapi kenapa saya mesti ke Citra Raya Cikupa yang notabene puluhan kilometer?? Ini yang saya masih tidak paham. SOP macam apa yang dimaksud staf legal CMR itu?
Saya ditemui oleh seorang pria yang ternyata teman pak Fauzan yang mengundang saya via WhatsApp. Ia membawakan beberapa dokumen: SPPT PBB tahun 2022 dari Pemkab Lebak-Badan Pendapatan Daerah Lebak yang harus mulai saya bayar sendiri lewat bank atau kantor pos atau Tokopedia, Surat Setoran Pajak Daerah Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, Bukti Pembayaran Pajak/ Retribusi BPHTB Lebak dari Bank BJB yang sudah dilakukan oleh notaris yang kita tunjuk, Sertifikat (Tanda Bukti Hak).
Di sertifikat tertera pemegang hak semula adalah APL tadi yang dialihkan ke saya sebagai pemilik unit rumah tersebut. Lalu ada salinan Akta Jual Beli (AJB) dari notaris yang berkedudukan di Citeras, Maja. Dari alamat notaris ini juga sebenarnya dekat Maja. Jadi kenapa saya harus ke Cikupa? Haha.
Si staf legal ini menerangkan bahwa sertifikat ini sudah hak milik karena lunas. Ia menyebutkan detail-detail penting seperti nama lengkap, tanggal lahir, alamat rumah dan luas tanah, lalu menyuruh saya membaca dan memeriksa jika ada kesalahan yang tidak seharusnya ada.
Dan ternyata yang lucu ini nih: di undangan tertera pengambilan AJB, Sertifikat dan IMB. Nah di sini stafnya berkata: “Untuk IMB-nya lagi proses, pak. Belum bisa diambil.”
Lho, kalau begitu kenapa di undangan WhatsApp itu ada tulisan “IMB”??? Alasannya karena masih proses PBB.
“Paling nunggu beres dan nanti diinfoin….,” kata si staf legal.
Hahahaha…
Untung saya masih berkepala dingin. Kalau saya orangnya temperamental, mungkin sudah ada drama di sana.
Oke saya coba bertanya apakah bisa saya ambil di kantor manajemen atau pemasaran di CMR. Kalau saya harus jauh ke Cikupa lagi sementara saya sudah tinggal di CMR, saya sangat amat keberatan apalagi saya juga sudah mulai bekerja di kantor. Masak saya mesti ke sana lagi 2 jam pulang pergi di jalanan Maja-Cikupa yang jauh dari kata mulus dan menunggu lagi entah sampai kapan? Kalau memang belum ada IMB ya bilang saja lah jujur. Sangat disayangkan sih. Apa kurang teliti saat mengirim undangan itu atau bagaimana tapi saya kecewa sekali terus terang. Karena kalau memang IMB masih belum keluar kan masih bisa memberitahu saya dalam waktu beberapa hari sebelum saya mengambil jauh-jauh begitu. Makanya saya ngotot meminta ambil IMB di Citra Maja Raya saja.
Si staf ini berkata saya bisa janjian dengan petugas legal nanti (Fauzan) agar saya bisa ambil IMB saat yang bersangkutan mampir ke CMR untuk tandatangan akad pembelian rumah di sana. Nah, kenapa itu bisa?!
Lalu saya tandatangani semua salinan surat dan proses pengambilan sudah selesai meski belum tuntas dan lega karena IMB masih belum ada. Jadi catatan saja buat Anda yang mau ambil dokumen begini di Cikupa sana, bersabarlah. Banyak-banyak tanya kalau memag sudah keluar semua suratnya. Jangan seperti saya. Sudah dikabari bisa ambil 3 dokumen, eh yang ada cuma 2. Mending nunggu sampai semuanya ada saja baru diambil.
Tapi saya juga agak ragu kalau nanti saya minta ambil di CMR, apakah memang si staf legal mau? Jangan-jangan ditampik lagi: “Sudah SOP-nya, pak!” Hahaha. Capek deh!
Kalau ada manajemen CMR baca ini, please lah jangan menyusahkan pemilik rumah yang sudah rela pindah dari Jakarta dan memutuskan untuk meninggali rumah di kawasan yang masih sepi begini. Kalau tidak, proyek Anda itu bakal terkesan makin sepi! Hargailah warga CMR yang hendak mengurus dokumen atau izin renovasi dengan memindahkankan divisi legal Anda ke sini, ke CMR ini. Kami beli rumah di CMR, kenapa ambil dokumen di Cikupa?
UPDATE 21 JUNI 2022
Berita buruknya mutu kualitas udara Jakarta merebak lagi (sumber: indonesiaexpat.id). Banyak teman yang mengeluh terjebak macet di Jakarta. Jadi kemacetan seperti sebelum pandemi sudah kembali. Saya selalu mendapati berita buruknya mutu udara ini kalau musim kemarau mulai datang ke Jawa. Di Sumatra sendiri berita kabut asap sudah mulai muncul. Jadi ya begitu deh, mutu udara kita tak makin bagus.
Kondisi begini bakal terus terjadi tiap tahun karena dari pemerintah sendiri juga belum bisa menyebar aktivitas ekonomi kita agar tidak cuma di Jakarta. Pemindahan ibukota ke Kalimantan masih jauh dari harapan dalam upaya desentralisasi dan de-Jakartasentrisme ini.
Saya pernah dengar dari seorang teman bahwa memiliki pekerjaan di tengah ibukota memaksa orang untuk tinggal di dekat kantornya sehingga mereka mati-matian harus beli rumah dengan KPR yang entah lunas saat usia sudah kepala 6 atau 7. Ini semua karena terlalu banyak orang di tengah kota. Lahan sempit diperebutkan terlalu banyak orang. Harga naik tak terkendali. Mau sampai kapan?
Solusi satu-satunya ya menyebarlah kita yang masih mau hidup sehat dan waras. Saya berkata begitu karena hidup di kerumunan perkotaan yang menyesakkan seperti Jakarta sudah tak sehat secara fisik, psikologis, mental dan entahlah, segalanya.
Ini diperparah dengan tradisi WFO yang kembali lagi membuat macet jalanan ibukota. Padahal ya WFH sesekali juga bisa kok tetap produktif.
UPDATE 29 JUNI 2022
Tadi saya mendapat informasi bahwa manajemen kota CMR ingin mendata warga CMR pengguna layanan Komuter Line yang ada di tiap klaster. Tujuannya untuk mendata jumlah warga yang ada di sini dan jika memang cukup banyak ya akan dibuatkan sebuah stasiun sendiri di dalam lingkungan perumahan CMR ini.
Dari pengalaman saya sebagai pengguna KRL, jarak dari rumah saya ke stasiun Maja memang tak bisa dibilang dekat. Makan waktu setidaknya 10 menit untuk mencapai stasiun dengan naik sepeda motor. Saya pernah coba naik sepeda jenis city bike (bukan sepeda balap mahal seperti Bianci yang bisa melesat cepat ya) makan waktu 15 menitan. Dan kalau berangkat siang sedikit pastinya sudah bermandikan keringat lagi sih. Haha.
Di website resminya pengembang membanggakan kedekatan itu seperti ini:
“Citra Maja Raya memiliki lokasi strategis, hanya 500 meter dari Stasiun Kereta Rel Listrik (KRL) Maja yang sudah terhubung ke Jakarta Pusat dan telah dilengkapi fasilitas skala kota yang lengkap.”
Faktanya yang dekat dengan stasiun ya gerbang pintu CMR Tahap 1 itu, bukan rumah Anda masing-masing. Haha.
UPDATE 3 JULI 2022
Rasanya akhir-akhir ini patroli digalakkan di sekitar CMR. Saya lihat mobil patroli parkir seringnya di depan warteg yang pernah kerampokan. Dan di beberapa titik ada juga pos baru untuk petugas. Bentuknya mirip kurungan manusia karena ada jerujinya. Haha. Kecil sekali dan siapa sih yang betah duduk di situ lama-lama? Heran juga kok desainnya kurang memanusiakan orang yang akan memakainya.
Lalu yang heboh lagi adalah kabar dari klaster Ubud yang katanya ada sengketa antara warga dan manajemen kota (MK) CMR. Ini karena pihak warga dianggap membangun lapangan semen yang melanggar ketentuan. Pihak MK menganggap itu lahan pengembang dan tidak boleh digunakan seenaknya tanpa izin. Rupanya memang ada miskomunikasi antara warga dan MK. Sangat disayangkan memang.
Kalau dipikir-pikir ya memang ini menjengkelkan tapi memang seharusnya jika mau bangun apapun, kita harus ngobrol dulu dengan manajemen kota.
Di sisi lain, pihak pengembang juga perlu memperbaiki kinerjanya. Karena keluhan soal penerangan yang kurang merata agak meresahkan warga terutama yang tinggal di rumah yang jauh dari tetangga lain atau dari pos sekuriti sehingga jika ada hal-hal yang tak diinginkan terjadi (misal pencurian, perampokan) warga akan lebih sulit mengenali pelaku karena penerangan tidak maksimal di jalan-jalan klaster.
Dari pengalaman saya sendiri, ada satu lampu jalan di depan rumah yang sudah mati dari tahun lalu. Hingga hari ini saya mengetik ini, yang artinya sudah setahun lebih, tetap saja dibiarkan gelap seperti sebelumnya. Karena sudah capek mengeluh, ya sudahlah.
Kalau saya duga sih, pihak MK sedang mencoba menurunkan anggaran listrik penerangan jalan. Mungkin karena kenaikan TDL juga per 1 Juli ini ya. Sayangnya bisa mengakibatkan penurunan level keamanan di dalam perumahan.
Tentu ini bagi warga menjadi poin kritik sebab MK beberapa waktu lalu menaikkan tarif Iuran Pemeliharaan Lingkungan. Seharusnya ada peningkatan layanan tapi fakta berbicara lain.
UPDATE 12 JULI 2022
Hari ini ada pemberitahuan dari Manajemen Kota Citra Maja Raya soal aplikasi MyCiputra.
Yth Bapak/Ibu
Pemilik unit…..Terima kasih kami sampaikan kpd Bpk/Ibu atas kerjasama yg baik selama ini, utk meningkatkan mutu pelayanan kami, mulai 01 Agst 2022 Citra Maja Raya akan menggunakan aplikasi MY CIPUTRA sebagai sarana informasi terkait dgn tagihan, cara pembayaran, history pembayaran konsumen terhadap IPL&keluhan, serta informasi seputar Citra Maja Raya.
Kami menghimbau kpd pemilik unit utk melakukan registrasi di aplikasi MY CIPUTRA dari Play Store/App Store. Utk login diaplikasi MY CIPUTRA dpt menggunakan nomor Unique ID: 4034ANI01L.06/23
Tutorial login & penggunaan aplikasi MY CIPUTRA silahkan akses link video berikut :
https://www.youtube.com/watch?v=mZVGhnzrX8o&feature=youtu.beSetelah registrasi cek email anda utk membuat password, jgn lupa utk melihat spam box jika tdk ada email di inbox .
Info lebih lanjut dpt menghubungi di WA Center No 08111398885 (hanya chat) pd jam operasional 08.00 s/d 17.00 WIB hari Senin s/d Jumat.
Terimakasih,
Citra Maja Raya
Aplikasi ini bukan buatan baru-baru ini karena ternyata itu semua dipakai juga untuk proyek Ciputra lainnya. Bukan cuma Citra Maja Raya ini. Fungsinya apa? Ya cuma cek tagihan IPL. Kalau soal info CMR kok saya tidak menemukan info yang berfaedah, mending cek media sosial.
Keluhan-keluhan memang bisa dikirimkan via aplikasi ini tapi balik lagi ke pihak Manajemen Kotanya, apakah langsung ditangani atau cuma diakumulasi saja tanpa ada tindak lanjut nyata? Kalau aplikasi sekadar cuma cadar agar terlihat transparan, modern, dan sebagainya, ya saya tidak bakal terkesan. Yang penting itu tindak lanjutnya kok. Mau pakai aplikasi atau tidak mah bodo amat.
Di tengah warga berkembang ketidakpuasan akibat kenaikan Iuran Pemeliharaan Lingkungan (IPL) karena ini sejauh tulisan ini dibuat belum dijelaskan di website resmi atau media sosial CMR.
Saya juga baru tahu dari tetangga bahwa ada masalah-masalah yang berkembang di vendor security di klaster yang masuk Real Estate dan Rumah Sederhana. Menurut tetangga saya ini, MK tahu bahwa vendor security yang ditunjuk kelurahan menerima cuma Rp X (lebih sedikit) daripada jumlah seharusnya yang mereka terima. Selisihnya patut dipertanyakan: Masuk ke kantong siapa nih?
Demikian juga gaji tukang sapu di lingkungan CMR ini. Hitam di atas putih sih Rp X tapi yang benar-benar diterima oleh mereka menurut tetangga saya cuma sekian (lebih sedikit, tidak ada 50%-nya). Sisanya itu masuk ke kantong siapa? Itu pertanyaan besarnya.
Kalau ini benar terjadi di lapangan, maka bisa jadi ada masalah pengupahan di bawah standar yang tidak boleh terjadi. Gaji mereka ini di bawah UMR sehingga tidak manusiawi jika kita mengharap kita mereka bekerja dengan maksimal. Sekuriti pun akhirnya menambal kekurangan gaji ini dengan melakukan beragam cara supaya ‘dapur tetap ngepul’. Bisa dengan mengharuskan pemilihan pihak renovator rumah adalah rekanan mereka, atau memungut sejumlah uang pada kontraktor/ pemilik unit yang merenovasi rumah. Di sebuah klaster, pernah MK ditantang sekuritinya untuk memberi gaji sesuai UMR dan mereka tak merespon jelas. Apakah salah? Ya tidak juga karena mereka dizolimi dari ‘atas’ ini.
Ini memang baru dugaan tapi kita bisa cek dengan para sekuriti dan tukang sapu di lingkungan ini.
https://platform.twitter.com/widgets.jsLengkap banget pic.twitter.com/7WmqBfVNI1
— Akhlis (@akhliswrites) July 21, 2022
UPDATE 21 JULI 2022
Beberapa waktu lalu saya mencoba jadi anggota pusat kebugaran di Eco Club Citra Maja Raya sini. Sebelumnya saya juga pernah ke sini tapi belum terpikir untuk menjadi anggota.
Alasannya karena dari rumah saya, lokasi Eco Club ini agak jauh. Haha.
Tapi setelah dipikir-pikir, ini lebih baik daripada berolahraga di rumah.
Berolahraga di rumah cukup membosankan selama 2 tahun ini. Perlu variasi.
Dengan sudah meredanya pandemi (setidaknya vaksinasi sudah ada bahkan di Maja ini), rasanya keluar dan berolahraga di pusat kebugaran tak terlalu mengkhawatirkan.
Untuk jadi member cukup bayar Rp150.000 per bulan. Anda bisa sepuasnya pakai alat di sini untuk membentuk badan.
Untuk menggunakan kolam renang, Anda bisa bayar tiket masuk Rp20.000 per orang.
Dan itu belum harga sewa loker! Untuk menyimpan barang di loker, Anda mesti sewa Rp5000 lagi dan anehnya loker cuma bisa dibuka sekali setelah dikunci. Artinya Anda tidak bisa bolak-balik membuka menutupnya sesuak hati. Ada bagusnya karena Anda mesti konsentrasi menikmati sesi berenang daripada bolak-balik ke loker ambil makanan atau kamera.
Di kolam renang disediakan jasa life guard alias pool watch jika ada yang tenggelam. Tapi untuk orang dewasa rasanya kok tak bakal tenggelam, wong kedalamannya saja tidak ada 160 cm! Haha. Kayak main di kolam anak.
Kolam renang ini punya pemandangan yang indah karena di belakangnya langsung terlihat danau buatan yang luas, tempat orang-orang di sekitar kampung itu memancing.
Sementara itu, di sebelah kiri kolam renang ada water boom khusus anak-anak yang bertuliskan “Atlantis Temple” yang sengaja meniru konsep Atlantis di Ancol, kepunyaan Ir. Ciputra juga.
Selain renang dan gym, Anda bisa melakukan badminton dalam sasana khusus. Jadi tempatnya dalam ruangan, sehingga jika hujan tak bakal berhenti.
Untuk aturan di Eco Club Anda bisa baca di twit saya di atas.
UPDATE 22 JULI 2022
Beberapa pekan lalu pernah beredar berita penculikan di Instagram. Sebuah akun bernama Nita menuliskan di story instagram begini:
“Barusan ada kejadian mau maghrib, korban bernama Andra anak pa Bahtiar sektor 2, korban dibawa oleh pelaku depan rumahnya, pelaku pura2 nanya alamat, korban di bawa ke ruko ubud, korban diikat tangan dan leher, untung ada orang lewat mau sholat maghrib ditolongin, pelaku melarikan diri, bawa sajam, kini korban ada di rumah, tolong agar menjadi perhatian, ciri pelaku tinggi kurus tapi pake kupluk motor vario ungu knalpot berisik, agar waspada, tks.”
Pusing memang kalau baca story seperti ini. Haha, karena ejaan dan tanda baca awut-awutan dan singkatan di mana-mana sehingga cukup menyita waktu juga untuk menyerap pesannya.
Dan ini beredar di grup whatsapp klaster Ubud sepertinya karena teman saya tinggal di sana dan meneruskan pesan ini pada saya.
Saya sendiri mencoba memverifikasi kebenaran kisah ini dan memang darin keterangan sekuriti juga ada kejadian itu tapi menimpa seorang anak di luar CMR. Bukan di lingkungan CMR ini.
Tapi itu hasil bertanya ke satu orang sekuriti saja sih. Belum begitu valid lah.
Kebetulan Rabu lalu juga memang terjadi mati listrik mendadak. Ternyata ada pohon tumbang di Rangkas dan efeknya sampai ke sebagian klaster di CMR ini. Ada klaster yang tidak terimbas. Tapi klaster saya kena imbas dan mati sampai saya pulang kerja.
Makanya saya terkejut saat masuk gerbang perumahan dan suasana hitam pekat sepanjang jalan. Ini membuat suasana rawan kejahatan.
Terus terang di saat malam memang ada saja anak-anak muda yang sengaja parkir di depan ruko atau duduk di depan ruko kosong untuk entah melakukan apa. Kalau keduanya berlawanan jenis, ya kita jadi berprasangka kan? Kalau sesama jenis, juga tetap saja membuat curiga.
Mobil patroli sayangnya setahu saya cuma beredar di tahap 1.
Omong-omong, tulisan di blog ini soal CMR makin banyak dibaca. Jika dibandingkan pembaca tahun 2021, di pertengahan tahun ini saja jumlah pembaca sudah jauh di atasnya.
Kalau saya boleh menduga, mungkin ini karena makin banyak peminatnya juga.
Tapi tentu, mereka butuh opini orang yang bukan dari pihak pengembang atau agen penjual karena opini mereka ya pasti tidak netral lah ya. Haha.
Kalau saya sih menulis ini karena ingin berbagi informasi saja.
Sepekan lalu juga ada seorang pembaca yang sengaja mengirimkan email ke saya dan berterima kasih karena saya sudah menuliskan semuanya.
Ini menunjukkan betapa masih minimnya informasi soal Citra Maja Raya ini di Internet. Ada yang suka menonton video YouTube tapi karena saya pikir akan lebih baik jika ditulis saja (dan karena saya juga lebih nyaman menulis) ya saya tulis saja di sini.
Kalau saya mesti membuat video YouTube, effort saya lebih besar dan jadinya malah capek karena habis energi saya untuk merekam dan menyunting konten supaya menarik. Haha. Tujuan saya malah jadi tidak tercapai.
Bagaimana dengan Anda sendiri? Adakah pertanyaan yang mengganjal soal Citra Maja Raya ini? Silakan berikan komentar di bawah atau email saya di akhlispurnomo(at)gmail(dot)com.
Saya akan coba jawab dengan semampu saya.
UPDATE 1 AGUSTUS 2022
Seorang pembaca blog ini bertanya via email soal manusiawi tidaknya menjalani rutinitas sehari-hari dengan naik kereta komuter line dari Maja ke Jakarta.
Kebetulan saya sendiri work from office cuma 3x seminggu ke daerah Bintaro. Tidak sejauh Jakarta.
Durasi komuter Maja-Jurangmangu 1 jam dan ditambah 10 menit naik motor ke rumah. Jadi bisa 3 jam habis di jalan total per hari.
Kalau menurut saya sih kapasitas komuternya masih lebih manusiawi dibandingkan jurusan Manggarai-Bogor.
Setahun saya kerja naik komuter nggak pernah kok sampai separah komuter jurusan Bogor di rush hours karena lokasi perumahan pengguna komuter di sepanjang jalur Rangkas ini lumayan merata ya. Di Serpong atau Cisauk sudah turun dan bisa duduk. Bahkan kalau beruntung bisa duduk lebih awal dari itu lho. Tapi untuk hari Jumat atau besoknya tanggal merah, biasanya lebih padat dan banyak yang mudik dan naik sampai Rangkasbitung sehingga peluang bisa duduk lebih kecil. Tapi masih manusiawi, tidak bakal berdiri ‘dipepes’.
Kalau tiap hari harus work from office, lain cerita mungkin saya nggak kuat juga sih. Bayangkan 3 jam habis di jalan dan mesti berjibaku dengan cuaca di luar yang belum tentu bersahabat. Kalau pulang dan lagi hujan itu yang sedih banget. Karena sudah capek dan mau tidur tapi harus berbasah-basah di jalan dengan kondisi jalan yang agak gelap dan berlumpur (ruas jalan di luar perumahan memang agak ngeri karena kadang ada konvoi truk-truk besar pengangkut pasir yang mungkin digunakan menguruk Pantai Indah Kapuk atau entah perumahan mana lagi).
Saya pernah kos di Jakarta lagi karena kerja di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan sana dan harus commute 5 hari seminggu ke Jakarta dan rasanya capek banget. Jam 5 pagi buta harus siap siap lalu pulang sih tidak begitu masalah. Tapi perginya itu sangat amat menguras energi karena mesti pagi buta dan saya jadi tidak bisa santai. Tidur agak telat pun bisa kesiangan dan kalau terlewat kereta pagi jam 05.15 berabe jadinya nanti. Di sini kebebasan saya terenggut dan saya kurang menikmati bangun pagi yang terburu-buru itu.
Tapi setelah saya nekat memutuskan meninggalkan pekerjaan di jantung Jakarta dan memilih pekerjaan yang jaraknya lebih ke rumah atau bahkan bisa dikerjakan di rumah (untungnya bidang pekerjaan saya bisa dilakukan di mana saja asal ada koneksi Internet), akhirnya saya mendapatkan pola kerja dan commute dekat yang lebih manusiawi dan bersahabat buat kesehatan badan ini dalam jangka panjang. Karena prinsip saya sekarang, buat apa kerja ngoyo dan uang banyak tapi badan mudah sakit? Jadinya malah uangnya buat berobat melulu.
Menurut saya, warga Maja yang sudah memutuskan menetap di sini mesti memikirkan bagaimana akhirnya nanti mereka sepenuhnya beraktivitas kerja di radius dekat rumah mereka. Kalau kita terus berpikir untuk mempertahankan pekerjaan yang mapan di Jakarta dan ogah melepas semua kenyamanan ibukota tempat semua fasilitas sudah ada, kita bakal susah sepenuhnya bisa pindah ke Maja sini.
Saya sendiri mencoba untuk membangun sebuah jejaring untuk mata pencaharian saya di sini dengan berkenalan dengan sebanyak mungkin warga di sini. Dengan demikian, mereka tahu kompetensi saya yang bisa membantu mereka lalu saya tak perlu ke Jakarta lagi untuk ‘menjual’ kompetensi’ saya. Mereka pun tak perlu jauh-jauh ke Jakarta atau Serpong, BSD cuma untuk mendapatkan jasa atau kompetensi itu. Dengan begitu, saya tidak capek di jalan dan saya bisa turut membangun perekonomian di Maja ini.
Memang untuk sekarang meski saya sudah bisa menjual kompetensi saya di sini, pemasukannya belum bisa untuk makan sehari-hari bahkan tapi saya yakin ke depan, bakal ada lebih banyak peluang yang terbuka lebar untuk membuat sebuah ceruk pekerjaan bagi diri kita sendiri di Citra Maja Raya ini seiring dengan makin banyaknya warga yang menetap di sini.
Dan jika Anda masih sangat bergantung dengan Jakarta, semua famili di Jakarta, semua sumber pemasukan di Jakarta, susunlah strategi untuk mengurangi ketergantungan tadi supaya tak tiap hari commute ke Jakarta. Sekali dua kali seminggu oke lah ke Jakarta, tapi jika itu tiap hari rasanya kok tidak perlu.
Buat saya, aktivitas commute itu yang mesti diperhitungkan biayanya bukan cuma soal transportasi sih tapi juga biaya psikologis dan kesehatan kita, karena makin panjang perjalanan, makin menumpuk stres dan beban psikologis ke diri kita. Telat dikit, stres. Ketinggalan kereta, stres. Ada yang ketinggalan di rumah, stres. Cuaca kurang bersahabat, stres. Belum lagi kalau kebelet buang air selama perjalanan commute dan kita ada jadwal meeting penting yang seharusnya tidak telat. Makin panjang perjalanan juga makin tinggi risiko terpapar polusi. Dan yang terpenting, kita bisa menggunakan waktu commute itu untuk hal-hal yang lebih produktif. Bayangkan waktu yang sudah dibuang untuk naik kendaraan dan di atas kendaraan itu kita tidak melakukan hal-hal produktif. Buat saya, 3 jam sehari itu bisa untuk mengerjakan sesuatu yang lebih berguna sebetulnya.
Tapi karena saya masih bisa menulis di blog ini saat di komuter, jadi bagi saya commute tak begitu membuang waktu produktif saya.
Rutinitas commute ini kalau dijalani 1-2 tahun mungkin masih enak tapi kalau sampai tua, sepertinya kok terlalu menyiksa diri.
Beberapa orang mungkin berkilah, buka usaha atau kerja di sini sepi dan nggak ‘menutup’. Ya memang, masuk akal wong namanya daerah baru dan masih berkembang dan sepi begini.
Tapi kalau kita tidak mulai bangun posisi dari sekarang, ya nantinya saat sudah mulai ramai, kita ketinggalan dari yang sudah mulai dari sekarang.
UPDATE 5 AGUSTUS 2022
Kalau mau jeli mengamati, makin banyak penghuni Citra Maja Raya akhir-akhir ini. Saya lihat saja di sekitar saya, makin banyak tetangga yang merenovasi rumah, baik itu untuk ditinggali atau nantinya dikontrakkan.
Ini tentu ada bagus dan tidaknya. Bagusnya jadi lebih ramai dan berkembang, ekonomi makin menggeliat. Kawasan ini makin menarik bagi warga Jakarta yang sudah capek berjibaku dengan banjir dan polusi.
Tapi di sisi lain juga makin kompleks masalah antarmanusianya. Konflik antarwarga makin berpotensi terjadi karena lingkungan makin ramai. Sebagian pemicunya bisa soal pembangunan tembok rumah atau pagar batas rumah yang melampaui batas resminya, hewan peliharaan warga sendiri yang dilepas, buang kotoran sembarangan, atau berulah, memutar musik atau karaoke malam-malam dengan hingar bingar padahal tetangga punya bayi atau akan berangkat kerja subuh esok paginya.
Lalu ada yang temperamental saat di grup WhatsApp, menyebar pesan hoaks tanpa merasa bersalah. Grup WhatsApp yang semula jadi ajang silaturahmi dan jual beli makin lama makin kurang enak. Padahal belum juga 2024, sudah begini jadinya.
Kompleksitas masalahnya mulai sama seperti orang Jakarta saja padahal jika kita di sini sama-sama berpikir dewasa, manusia mana yang tidak mau hidup damai dengan tetangga-tetangga?
Saya pikir rumah tidak cuma soal bangunan yang kita tempati tapi juga lingkungan manusia dan alam yang ada di sekitar kita. Jadi binalah hubungan yang baik antartetangga.
Jangan egois, jangan seenaknya sendiri, jangan memperlakukan tetangga sebagaimana Anda tidak ingin diperlakukan.
UPDATE 8 AGUSTUS 2022
Seorang pembaca mengirimkan pertanyaan soal prospek penyewaan rumah di CMR ini. Kebetulan ia ingin membeli rumah di klaster Agate yang lokasinya dekat dengan kantor pemerintah desa Maja Baru. Lokasi ini strategis karena konon juga bakalan ada pintu tol dengan akses ke CMR di sini.
Berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari seorang agen jual beli properti di CMR, per Agustus ini memang kondisi pasar properti di CMR masih lesu darah.
Sebagai gambaran, harga sewa rumah di sini untuk tipe rumah real estat cuma Rp7,5 juta per tahun. Bahkan ada yang mengobral Rp500.000 per bulan.
Alasannya karena suplainya sangat melimpah ruah sementara konsumennya yang berdaya beli kuat sangat terbatas jumlahnya.
Belum lagi kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih dari hantaman pandemi lalu dan ditambah resesi akibat perang Rusia-Ukraina yang belum juga usai.
Namun sekali lagi, untuk jangka panjang semoga ada tren positif karena ekonomi dunia pastinya bakal membaik. Resesi adalah bagian dari siklus ekonomi yang tidak terelakkan sehingga kita tinggal jalani dan bertahan saja agar tidak putus asa di tengah jalan.
UPDATE 12 AGUSTUS 2022
Pernah saya diceritai teman saya bahwa ada seorang pengguna TikTok yang sering mengunggah ceritanya commute dari Maja ke Jakarta. Kebetulan orang itu tinggal di Citra Maja Raya dan kerja di Shopee sebagai desainer.
Saya taksir waktu perjalanan dari rumah ke kantornya 2 jam. Ini karena saya juga pernah menjalani aktivitas commute dari Maja ke jantung Jakarta dan cuma kuat beberapa bulan saja. Karena setiap jam 5 pagi harus sudah melesat ke stasiun dan standby di dalam gerbong. Jam 5 lebih 15 kereta berangkat dan saya bisa bobo lagi di kursi.
Pengalaman ini membuat saya sangat mengapresiasi mereka yang harus berangkat kerja pagi buta. Bayangkan kalau hujan subuh-subuh. Aduh ga kebayang ribetnya sih. Mana ngantuk juga. Risiko mengendarai motor saat pagi buta dan masih mengantuk lalu terburu-buru supaya tidak terlambat naik kereta sangat menurunkan tingkat kenikmatan hidup sebetulnya. Tapi kalau tidak ada pilihan lagi ya mau bagaimana? Jalani saja.
Untungnya saya tidak harus berangkat jam 5 subuh lagi. Saya bisa kerja lebih siang dan kerja di rumah jika memang tidak perlu ngantor. Makanya saya masih bisa menikmati hidup meski tinggal jauh dari kantor. Jarak ideal rumah-kantor/ tempat kerja memang sebaiknya tidak lebih dari 30 menit. Kalau lebih dari itu tingkat stresnya makin tinggi.
Di postingan TikToknya ini, si mas Yaser bercerita perjalanan ke Bintaro dengan turun di stasiun Jurangmangu. Dan ada komentator yang berkata “tinggal di tempat terpencil berarti penurunan taraf hidup”.
Haha, ah ya nggak juga lah. Tergantung prioritas masing-masing orang kok. Kalau saya sendiri, pindah ke sini karena sudah bosen dengan kualitas udara, lingkungan di Jakarta yang polusinya tinggi, sesak, gersang. Di Maja sini setidaknya lebih segar udara paginya, bisa jogging pagi-pagi, tidak harus terkungkung tembok melulu di rumah. Bisa lihat cakrawala dan langit.
Sementara itu, memang harus diakui ada orang yang mengutamakan kemudahan transportasi, fasilitas hidup (entah itu sarana hiburan, dsb) yang memang belum ada di Maja sini. Silakan saja tinggal di kota besar asal jangan iri melihat orang yang tinggal di tempat terpencil seperti Maja ini tidak harus terlilit utang KPR berpuluh-puluh tahun. Haha.
https://www.tiktok.com/embed.js@pasutridesainer karna datang kepagian, kami nunggu mall buka dan lanjut makan di RAMEN YA! yay! bisa juga ya kemana mana jalan kaki, asal ada transportasi umum 😝 #fyp #krl #citramajaraya #bintaro #bxc #transportasiumum ♬ Beatbox – NCT DREAM
UPDATE 17 AGUSTUS 2022
Hari kemerdekaan RI ke-77 ini dirayakan dengan tenang dan damai di Citra Maja Raya. Hehe.
Sebenarnya ada juga kok di sini yang upacara, seperti pihak pemerintahan di kantor kecamatan mengadakan upacara bendera yang paskibranya dari SMAN 1 Maja. Ini saya duga sebab sejak 1 Agustus lalu segerombol anak-anak SMA berlatih di lapangan dekat bundaran EcoClub sana. Lalu meeka siangnya salat di Masjid Al Ikhlas. Saking seringnya sampai saya hapal.
Biasanya kalau hari libur begini ada sebagian pemilik unit yang menyempatkan berkunjung ke rumah mereka dan membersihkan isi rumah. Tapi entah kenapa ini masih sepi sih.
Untuk memeriahkan peringatan HUT RI ke-77, di klaster saya digelar sejumlah lomba dari sepeda hias, sepakbola pakai daster, makan kerupuk, dan lain-lain. Panjat pinang tidak diadakan karena dipandang kurang aman. Betul juga sih kalau jatuh dan terjerembab bisa berabe. Hadiah belum tentu dapat, malah uang habis buat terapi dan berobat. Makanya panitia cari jenis lomba yang relatif aman tapi masih menyenangkan dan menghibur warga.
Cuaca di Maja akhir-akhir ini lumayan ekstrim. Pagi dan siang teriknya menyengat lalu sore dan malam bisa hujan sederas-derasnya. Untungnya tidak disertai petir sebab petir di sini entah kenapa lebih tinggi desibelnya dari Jakarta atau daerah lain yang pernah saya datangi. Tadi malam saja saya kehujanan di jalan. Sangat deras dan jarak pandang terbatas. Ditambah lampu penerangan Citra Maja yang di beberapa ruas tidak menyala. Sangat berbahaya untuk keselamatan pengendara dan juga risiko tindak kriminal.
Beberapa teman mengeluhkan kurangnya penerangan ini juga. Terutama yang rumahnya di sudut-sudut klaster yang kurang terpantau sekuriti. Memang agak riskan. Perlu pasang CCTV atau semacamnya terutama setelah beberapa waktu lalu ada kabar pembobolan rumah di sebuah klaster real estate di CMR tahap 1. Klaster mana saya lupa tapi intinya sangat disayangkan apalagi IPL sudah naik (real estate bahkan sampai 300 ribuan per bulan) dan keamanan masih belum maksimal. Kalau pihak manajemen kota Citra Maja Raya membaca ini, tolonglah ditindaklanjuti.
Saat ini sedang berjalan proses perataan lahan klaster Agate di dekat kantor pemerintahan desa Maja baru. Dan karena tanah berceceran, begitu hujan datang, jalan jadi penuh lumpur. Bisa membahayakan pengendara motor karena licin.
Beberapa hari lalu ada tetangga hendak bayar IPL dan bertanya mengapa nomor rekening virtual yang biasanya tidak bisa dipakai transfer. Barulah dia tahu sekarang mesti bayar via aplikasi MyCiputra. Sebenarnya aplikasi ini tujuannya bagus. Memberi pelayanan secara digital jadi warga CMR tak perlu ke loket untuk bayar IPL tapi saya pikir kalau cuma sekadar bayar-bayar dan komplain ya kurang sih. Semestinya ada berita soal sosialisasi aturan terbaru dari Manajemen Kota atau rencana penyelesaian pembangunan fasilitas X atau Y. Karena hingga saat ini saja gedung bioskop CGV yang sudah ada papan penunjuknya malah belum ada juga. Sebagian berasumsi gedung CGV itu adalah kantor marketing CMR saat ini yang bakal jadi bioskop jika jumlah warga CMR sudah lumayan banyak.
Baru saja menerima sebuah email dari seorang pembaca tulisan ini juga dan saya berterima kasih sudah ada yang membaca.
Dari sini saya yakin bahwa kawasan CMR ini membutuhkan sebuah media kawasan agar informasi bermanfaat lebih dapat diakses siapa saja. Tapi idealnya media ini independen dan netral, artinya bukan dikuasai atau didanai pengembang Ciputra atau rekanannya sehingga bisa lebih berimbang dan akurat.
Saya amati kemunculan beberapa akun media sosial di Instagram yang ingin muncul sebagai media kawasan misalnya Seputar Maja, All About Maja, dan sebagainya. Tapi belum ada website beritanya padahal syarat bisa dikatakan sebagai sebuah media yang mapan dan sah di era digital sekarang adalah punya website. Bukan cuma media sosial. Kalau cuma akun medsos ya apa bedanya dengan akun Lambe Turah atau jurnalisme asal comot yang pakai konten dan copy yang bombastis demi cuan semata? Dan punya akun medsos saja sangat riskan karena bisa diretas atau ditutup pihak media sosial secara semena-mena.
UPDATE 18 AGUSTUS 2022
Mendengar ada kabar kasus pembobolan di citra maja raya lagi. Kali ini di ruko di dekat lapangan bendera dekat bundaran ecoclub. Jam 5 pagi diperkirakan terjadi pembobolannya.
Ada lagi kasus kecelakaan anak di klaster pecatu. Usia 13 tahun dan sekolah di dekat klaster sana. Katanya kecelakaan tunggal di belokan klaster Cendana situ, ngebut, jatuh, rahang patah, mengalami pendarahan dalam dan muntah darah lalu meninggal di perjalanan ke rumah sakit.
Dari sini memang saya bisa katakan masih banyak pengendara motor di sini yang abai dengan keselamatannya sendiri. Tidak mengenakan helm yang berstandar SNI. Cuma bertelanjang kepala ke sana kemari. Padahal terik matahari Maja terbilang menyengat juga. Di sini pepohonan sudah dibabat jadi yang adem cuma kebun-kebun warga saja.
Jalanan yang masih sepi juga memang merangsang pengendara untuk mengebut seenaknya. Dan di sini warganya tak suka memakai helm. Haha. Sebuah kebiasaan buruk.
Ditambah dengan pengawasan dan disiplin orang tua yang kurang (malah mengajari dan membolehkan anak di bawah umur tanpa KTP dan tentunya SIM, yang fisik dan mentalnya belum stabil benar untuk mengendarai motor), jalanan lurus dan sepi di sini sudah mirip sirkuit buat remaja dan anak muda yang ingin sok jadi pembalap F1. Sayangnya mereka tidak paham para pembalap F1 sudah bugar dan stabil badan dan mentalnya sehingga lebih terkendali saat mengebut. Remaja dan anak muda ini meniru tanpa menimbang risiko. Ya akhirnya beginilah akibatnya.
Pengurusan IMB ternyata bisa diurus sendiri tapi ribet ke kantor pemerintah Lebak dan menunggu dan ada biaya tambahan. Masih murah kata serorang tetangga. Asal rumah sudah lunas sih manajemen kota bakal tunduk aja. Makanya ada beberapa warga yang merombak wajah hunian yang tentu melanggar ketentuan tapi ya dibiarkan karena mereka mengurus IMB sendiri ke yang berwenang.
Sebenarnya ada bagusnya kalau bebas begitu tapi lama-lama jadi bisa memicu kecemburuan sosial di antara warga klaster. Seakan-akan uang bisa membatalkan kebijakan dan aturan, dan itu memang benar. Jadi bukan lagi “seakan-akan”. Hahaha!
Ini seperti anak orang kaya masuk ke sekolah yang mengharuskan setiap anak berseragam sama tapi sekelompok anak elit menolak dan punya kebebasan berpakaian lebih wah, glamor, mewah, atau bahkan seronok dan tidak pantas. Dan pihak sekolah seakan tidak berdaya dan guru tak bisa menegur karena ortu anak elit ini sudah bayar SPP, uang pangkal dan uang gedung lebih tinggi. 😆
Maksud saya, jika memang Anda ingin membangun sebuah bangunan rumah dengan desain dan bentuk suka-suka, ya ambil kavling di klaster Padma sono aja lah. Ngapain beli rumah yang sudah jadi di klaster non-kavling? Begitu logika saya.
UPDATE 4 SEPTEMBER 2022
Klaster Tampaksiring sedang dalam proses pembangunan dan banyak tanah urukan dari lahan lain di CMR ini diangkut ke sana. Akibatnya jalanan sering berdebu di siang hari saat truk-truk besar pengangkut tanah merah ini melintas. Di sore hari dan malam saat hujan turun, semua ini menjemla menjadi sirkuit licin dengan lumpur dan pasir halus. Jadi cukup meresahkan juga sih sebenarnya untuk pengendara motor. Mobil sih tak begitu masalah.
Baru-baru ini di ruko Navina juga akan dibuka sebuah bakery yang menempati 3 lot ruko sampai temboknya mesti dijebol dan semuanya direnovasi ulang. Pastinya bakal besar banget sih ini toko roti. Entah apakah nanti konsepnya seperti Holland Bakery begitu atau gimana, saya kurang tahu persis sih.Tapi ini bagus sebab menandakan ada yang tertarik berbisnis di sini.
Dan kemarin ada undangan dari Kantor Balai Desa terkait pemilihan kepala desa Maja Baru karena posisi klaster saya tepat di wilayah Maja Baru. Patut diketahui, Citra Maja Raya ini menduduki beberapa wilayah desa di kecamatan Maja. Ada yang Maja Baru, ada yang Curugbadak, Sangiang, Pasirkembang.
Jadi dipastikan bakal ada pilkades serentak di wilayah CMR ini dan mereka warga CMR yang sudah punya KTP Maja bisa memilih. Saya sendiri salah satunya.
UPDATE 10 SEPTEMBER 2022
Cuaca di Maja sini makin ekstrim saja memang. Kalau pagi buta, kabut turun sampai rasanya dingin banget. Ternyata suhu bisa sampai menyentuh 20-an derajat celcius.
Pagi ini saya keluar rumah sekitar pukul 6 dan kaget karena ada kabut turun cukup rendah di antara rumah-rumah. Jadi ini memang cuacanya cukup dingin.
Tapi begitu agak siang jam 7-10 suhu makin hangat. Bahkan saya sempat bersepeda mengitari rute yang biasa saya tempuh sampa lumayan bekeringat.
Lalu suhu siangnya bisa melejit ke 30 derajat lebih dan membuat gerah. Sinar matahari terik sekali.
Dan tiba-tiba mendung datang dan sorenya biasanya hujan deras turun.
Begitulah pola cuaca di sini sekarang.
Rabu kemarin saya mendapatkan pesan via Whatsapp dari nomor resmi Citra Maja Raya dan isinya begini:
Kepada Yth, bpk/ibu Pemilik Unit ***** Blok **** (Perumahan Citra Maja Raya)
Dengan ini kami menginformasikan bahwa untuk pembayaran PBB 2022 atas Unit Bpk/Ibu dengan NOP **** sudah dapat dibayarkan melalui Bank BJB terdekat atau melalui aplikasi Tokopedia paling lambat 30 September 2022.
Adapun untuk pengambilan SPPT PBB dapat menghubungi tim legal dinomor (021) 5966-3243
Terima kasih
Nah saya pun langsung mencoba membayar via Tokopedia. Dan ternyata memang mudah dan tak buang waktu.
Tinggal ke website tokopedia atau aplikasinya (kalau saya sih pilih website karena lebih enak di layar laptop, bukan ponsel yang sempit).
Cari saja layanan pembayaran PBB di kotak pencarian, akan keluar “Bayar PBB” dan Anda tinggal pilih PBB wilayah mana. Karena CMR masuk wilayah Lebak, ya Anda mesti pilih Kab. Lebak.
Masukkan nomor objek pajak (NOP) Anda yang sudah diberikan pihak legal dan akan keluar jumlah pajaknya. Tinggal Anda melunasi dengan metode pembayaran digital. Kalau saya via GoPay karena jumlah pajaknya murah sih cuma Rp74 ribuan. Ya sudah daripada lupa, langsung dilunasi sajalah.
Sebagai bukti setor pajak, Anda akan menerima email pemberitahuan dan total biayanya Rp79 ribuan. Itu karena ada biaya admin Tokopedia Rp5.000. Ya lumayanlah daripada antre atau bayar manual via Bank BJB.
Saya mengapresiasi kemudahan ini karena lebih transparan, hemat tenaga dan waktu dan risiko korupsi lebih bisa ditekan.
UPDATE 11 SEPTEMBER 2022
Hari ini saya menemani seorang teman yang ingin membeli rumah di Citra Maja Raya. Ia tertarik membeli rumah di sini karena harganya masih murah sekali dibandingkan Jakarta dan sekitarnya. Ia sendiri lajang jadi tinggal di sini terasa lebih tenang.
Karena kantor marketing jauh, saya antar dia ke seorang kenalan baik yang membuka jasa penjualan ruko dan rumah. Kenalan saya ini membuka jasa perantara untuk membantu para pemilik unit yang ingin menyewakan atau menjual unitnya ke khalayak ramai yang berminat.
Ia bahkan diantar ke beberapa unit yang sedang dalam proses penawaran ke calon pembeli. Ada yang di klaster Cendana, pemiliknya sedang butuh duit karena si suami sedang sakit gagal ginjal. Unit dengan dua kamar tidur hanya ditawarkan Rp180 jutaan. Saking butuh uangnya cepet.
Lalu ada lagi unit di Canggu yang harganya di luar budget teman saya karena si pemilik merasa unitnya dekat sekolah dan rumah itu juga sudah direnovasi bahkan dipagar teralis semua segala. Pokoknya aman deh. Tapi ternyata teman saya kurang sreg dengan suasana terkungkung macam begitu.
Satu lagi di Tevana yang kontur tanahnya turun naik. Sepertinya pas di pinggir sungai. Jadi agak-agak cemas juga sih kalau tanahnya bergerak atau bergeser.
Di tur singkat ini saya bisa lihat memang oversuplai perumahan ini masih terjadi. Unit-unit rumah ini masih menunggu pemilik. Dan kalaupun sudah ada pemilik, mereka masih menunggu agar pemilknya mau menghuni. Banyak yang masih di daerah asal rumah mereka dan rumah di sini sebagai investasi saja.
Teman saya ini sendiri ingin menghuni rumah yang nantinya dibeli sehingga ia sebetulnya berhak atas keringanan pajak. Kan ada subsidi pemerintah bagi para pembeli rumah pertama.
UPDATE 6 OKTOBER 2022
Selasa tanggal 3 Oktober lalu ada peristiwa yang meresahkan yakni masuknya geng motor bersenjata tajam ke wilayah Maja sini. Masih di luar kompleks Citra Maja Raya sih tapi dekat stasiun Maja yang notabene pusat peradaban Maja. Haha.
Sebuah video beredar di grup whatsapp klaster saya. Isinya menunjukkan adanya sekelompok anak muda yang mengacung-acungkan celurit yang panjangnya tak lazim. Pokoknya panjang sekali sampai seperti cemeti.
Lalu besoknya ada berita soal insiden ini di detik.com. Judulnya tidak menyebut Maja. Begini bunyinya: “Viral Geng Motor Acungkan Sajam di Jalanan Lebak, Ini Kata Polisi“.
Kejadian ini terjadi di pertigaan Pasar dan Stasiun Maja yang juga dekat dengan kantor Koramil Maja.
Di lingkungan Citra Maja Raya sih mereka tidak sampai masuk dan berbuat yang macam-macam juga. Jadi tidak usah cemas. Cuma memang sangat tidak disarankan keluar atau pulang sangat larut malam karena logika umum lah: malam hari sangat rawan dengan hal-hal berbau kriminalitas.
UPDATE 8 OKTOBER 2022
Di grup whatsapp klaster saya beredar sebuah salinan surat perintah Polres Lebak yang wilayahnya mencakup Citra Maja Raya ini untuk melakukan penyekatan terkait potensi serangan geng motor yang tempo hari pernah merambah ke jalanan Maja ini.
Menurut edaran, anak-anak geng motor ini mencari seseorang yang tinggal di perumahan Bambu Kuning yang lokasinya memang dekat dengan Citra Maja Raya.
Warga diingatkan untuk tidak keluar malam hari apalagi sampai lewat tengah malam di jalanan Maja karena anak-anak geng motor ini bisa saja membabibuta mengacungkan senjata tajam berupa clurit panjang itu ke siapa saja yang lewat.
Menurut saya fenomena kekerasan anak muda ini merupakan sebuah bentuk kegagalan sistemik dan komunal masyarakat dan negara kita. Plus adanya situasi resesi ekonomi begini. Pendidikan rendah, lapangan kerja menyusut, angka pengangguran naik, dan tentu angka kriminalitas juga melejit.
Kecemasan atas kemunculan geng motor dengan senjata tajam ini juga sebetulnya ditambah dengan cuaca buruk seminggu belakangan. Jakarta dan Tangerang setahu saya babak belur dihajar curah hujan tinggi dan banyak yang merasa sudah lelah dan ingin menyerah untuk tinggal dan mencari nafkah di Jakarta.
Dan menurut saya kekeraskepalaan para pembuat kebijakan pemerintahan dan swasta untuk menggiatkan kembali WFO atau kerja di kantor tiap hari untuk setiap karyawan adalah KONYOL.
Kenapa? Ya karena kita sudah paham kalau Jakarta itu sudah super jenuh dengan populasi manusia. Dan seakan kita sudah lupa betapa birunya langit Jakarta saat lockdown 2020 diberlakukan dan saat kebijakan WFH diterapkan. Ternyata mereka yang sifat pekerjaannya digital tetap bisa produktif kok.
Makanya saya sangat mendukung perusahaan yang memahami kebutuhan karyawannya yang bisa bekerja dengan sistem hibrida atau kadang kerja di kantor, kadang di rumah. Jadi fleksibel. Tidak kaku, 5 hari mesti di kantor. Helo! Ini tuh sudah abad 21.
Dan seakan pemerintah dan perusahaan-perusahaan tidak mau menyebar titik-titik aktivitas ekonomi agar tidak terus terkumpul di Jakarta. Konsentrasi aktivitas ekonomi di satu tempat membuat harga properti di situ menjadi tidak masuk akal. Padahal uang yang terkumpul di situ bisa disebar ke tempat-tempat lain yang membutuhkan suntikan duit untuk menggairahkan perekonomian mereka.
Upaya menyebar aktivitas ekonomi agar tidak terus berkonsentrasi di Ibu Kota itu penting karena DKI sudah tidak bisa menampung aktivitas jutaan orang seperti sekarang. Permukaan air tanah Jakarta sudah menurun dan air laut masuk perlahan ke cadangan air tawar di dalam tanah.
Berapa kali kemacetan super parah pasca hujan lagi yang bisa membuat kita sadar sih?
Dan saya juga paham bahwa ada sebagian profesional yang memilih gaji lebih rendah asal bisa bekerja dari rumah atau dari mana saja. Kegiatan commute itu sangat melelahkan secara fisik, mental dan psikologis bagi pekerja yang sangat perlu menaikkan kondisi kesehatan mental mereka.
UPDATE 10 OKTOBER 2022
Hari ini saya bekerja dari rumah setelah pihak HRD menyatakan mereka membolehkan karyawan bekerja di rumah sebab peringata cuaca ekstrim dari BMKG sudah diterbitkan di media sosial. Jadi sudah valid dan memang nyata kalau ancaman perubahan iklim ini sungguh berdampak besar.
Bahkan kemarin sore ada update di media sosial bahwa di area Tangerang juga terkena serangan hujan angin sampai stasiun Rawa Buntu terkena hujan angin, stasiun Serpong mengalami kerusakan di atapnya, hujan es di Parungpanjang. Haha. Ini semua adalah jalur yang saya lewati saat pergi dan pulang ke Citra Maja Raya tercinta.
Alhamdulillah saya masih bisa bekerja di rumah karena sudah ada WiFi di rumah juga. Dan alhamdulillah juga koneksinya lumayan memuaskan sejauh ini saya berlangganan. Sebab di kantor saya di Tangsel sana, langganan IndiHome tidak memuaskan, sering putus koneksinya. Membuat pekerjaan tak lancar. Di sini dengan paket paling murah saya masih bisa bekerja dengan aman dan nyaman di rumah.
Dan ancaman cuaca ekstrim ini masih ditambah dengan ancaman geng motor yang merambah ke sini. Rasanya lengkap sudah cobaan.
UPDATE 19 OKTOBER 2022
Pagi tadi saya mendapat berita soal kecelakaan yang dialami seorang tetangga yang tergelincir dan lecet akibat jalan yang licin dan berpasir di sekitar area pembangunan klaster Tampaksiring dan Agate yang berlokasi di sekitar bundaran gerbang CMR 2.
Memang sudah sejak proses pembangunan klaster tadi dimulai, jalanan berdebu di sepanjang jalur Citra Maja Raya 3 yang sedang dikembangkan dan dua klaster baru di CMR 2 tadi. Saat cuaca panas, jalan jadi berdebu parah. Saat cuaca hujan, ya jadinya licin dan berlumpur. Makanya saya sekarang jadi malas naik motor ke stasiun saat pergi pulang kerja sebab kalau malam mesti mengendarai motor dalam kondisi badan mengantuk, rasanya saya bakal bikin celaka diri sendiri. Mending ngojek saja lah.
Saya pun langsung melayangkan keluhan alias komplain via nomor hotline WhatsApp CMR EState. Karena di aplikasi MyCiputra, section “KomplainKu” juga tidak memungkinkan untuk mengirimkan keluhan warga. Jadi saya bertanya, untuk apa ada fitur itu di aplikasi MyCiputra. Haha.
Lalu jelang pilkades di desa Maja Baru, karena klaster saya masuk wilayah tersebut, saya juga ikut berhak mencoblos.
Berikut pengumuman dari paguyuban klaster saya terkait ini:
“PENGUMUMAN
Hal: Surat Keterangan Domisili
- Untuk bapak atau Ibu yang belum punya KTP Maja namun sudah punya SK domisili lebih dari 6 bulan, harap datang ke kantor Desa untuk verifikasi dan mendaftar pemilihan Kades.
Batas waktu s/d Rabu, 26 Oktober 2022 dengan bertemu bu Novi. - Untuk yang sudah mempunyai KTP Maja Baru, namun belum 6 bulan juga perlu verifikasi untuk ikut mencoblos di Pilkades.
- Untuk penghuni baru atau yang belum memiliki SK Domisili, diharuskan memiliki SK Domisili Maja jika sudah menetap di klaster Kintamani untuk payung hukum atau legalitas untuk melindungi diri sendiri secara hukum. Untuk saat ini harap langsung datang ke kantor Desa langsung bertemu bu Novi membawa fotokopi KK, jam kerja 08.00 – 13.00. Mumpung saat ini biaya membuat SK Domisili ringan karena ada Pilkades yaitu 10.ribu rupiah.
Khususnya untuk yang sudah menetap lebih dari 6 bulan, dan belum memiliki SK Domisili harap langsung ke kantor Desa. (Pintu masuk 2 sebelah kanan TK, sebelah kiri Gedung Serba Guna dekat Bundaran Tampak Siring)
Note: dibawah juga saya share nomor WA bu Novi (Sekdes Maja Baru), sekali lagi untuk yang sudah domisili lebih dari 6 bulan dan belum memiliki SK Domisili diminta menghubungi beliau untuk membuat SK Domisili.
Dari koordinator Paguyuban hanya mendorong semua warga Kintamani yang memiliki hak pilih menggunakan-nya, supaya ke depannya memudahkan warga Kintamani membentuk RT Dan RW dengan memilih Kepala Desa yang bisa menjadi harapan baru warga Kintamani. Meski 100% penghuni Kintamani adalah pendatang, namun secara administratif tetap membutuhkan layanan dari kantor Desa.”
Saya sendiri sudah mengantongi KTP sini jadi tinggal datang dan tak perlu mengurus SK domisili.
Dengan maraknya berita resesi, sepertinya ada dampaknya ke penjualan rumah di sini. Di klaster saya bahkan ada yang berniat mengobral rumahnya dengan menjual di harga Rp100 juta saja padahal harga beli terendah di sini tahun 2020 Rp160 juta. Apakah segitu butuh duitnya? Saya tak tahu persis.
(*/)
UPDATE 25 OKTOBER 2022
Sabtu lalu ada acara interaktif yang menarik di kafe Sudut Tangga yang dihadiri beberapa warga CMR. Temanya soal perencanaan keuangan di masa resesi.
Digagas oleh Lusia Priandarini dan Amelia, acara Maja Ngariung yang bakal digelar tiap bulan sekali ini katanya ingin menghadirkan pembicara dari warga CMR untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan soal banyak hal dengan sesama warga.
Di sini ternyata baru banyak saya ketahui bahwa ada juga sebagian warga CMR yang pindah ke sini sebab terpaksa. Entah karena kena PHK, karena keuangan mepet di masa pandemi, dan sebagainya.
Saya sendiri ke Maja untuk melepaskan diri dari kungkungan Jakarta selama pandemi. Di kota tersebut, kepadatan dan lockdown yang menyesakkan membuat kesehatan mental dan fisik hancur.
Di Maja, dengan kebebasan bergerak di luar rumah, pandemi terasa jauh dan mitos belaka memang. Setidaknya saya masih bisa menikmati ketenangan, kesegaran udara dan kehangatan sinar matahari tiap hari. Tak seperti di Jakarta yang membuat saya tak bisa melihat langit dan menikmati udara pagi dan melihat langit dengan sebebas-bebasnya.
UPDATE 8 NOVEMBER 2022
Apakah resesi sudah sampai di Maja? Bisa jadi.
Dari yang saya dengar, seorang teman yang menawarkan jasa renovasi, bisnis mereka mulai sepi.
Tampaknya gegara berita resesi, orang-orang pemilik unit di Citra Maja Raya menahan diri untuk tidak belanja demi merenovasi rumah.
Meski begitu saya juga melihat ada yang membuka bisnis di sini. Sebuah toko roti bernama Panen Roti dibuka di ruko Navina.
Di sektor teknologi, PHK besar-besaran juga mulai melanda tak cuma di Indonesia tapi juga luar negeri padahal di masa puncak pandemi 2020 sektor ini termasuk yang lumayan naik dan stabil. Justru mereka yang kerja di sektor teknologi ini yang bisa menikmati bekerja di rumah yang jadi sebuah kemewahan.
Sekarang pandemi belum usai dan sudah ditambahi resesi pula. Haha bertubi-tubi rasanya memang.
PPKM level 1 kembali diterapkan karena angka kasus covid naik, demikian pernyataan Kemendagri. Begitu saya baca di detik.com setengah jam lalu.
Tapi meski demikian, fenomena ramainya konser dan antrean panjang iPhone 14 seakan menampik resesi di sini.
Masak iya orang kelaparan dan ekonomi susah mampu beli tiket konser boybands Korea, band Barat, dan beli ponsel pintar gres??? Apa itu masuk di akal??
Tapi begitulah kesenjangan di negara ini. Sangat timpang dan memprihatinkan.
UPDATE 13 NOVEMBER 2022
Hari ini ada pemilihan kepala desa dan kami warga Citra Maja Raya yang masuk ke wilayah desa Maja Baru yang terdaftar dalam daftar pemilih dipersilakan memilih.
Seorang teman merasa kaget karena masih ada money politics. Saya tertawa saja, “Kamu ke mana aja?” Maklumlah dia tumbuh besar di Jakarta yang mungkin untuk urusan seperti ini lebih ketat. Di daerah termasuk Maja ini warga biasa ya mencoblos calon yang kasih uang ke mereka.
Saya sendiri sudah tidak kaget karena hal semacam itu juga terjadi kok di tempat asal saya. Bukan DKI Jakarta pastinya.
Begitulah fakta menyedihkan pemilihan kades di sini. Kalau perlu perbaikan, tidak bisa dari satu pihak tapi sistem dan budayanya mesti dirombak total. Dan ketegasan pemimpin yang atas.
Saya sendiri sudah punya KTP Maja dan dengan begitu otomatis berhak memilih.
Saya baru sadar daerah perkampungan penduduk di sini itu sangat menyedihkan jalan-jalannya.
Perjalanan saya ke TPS sungguh berliku dan sudah mirip offroad route buat pebalap. Kalau hujan, tak terbayang sengsaranya yang lewat di situ.
UPDATE 8 DESEMBER 2022
Pastinya Anda yang ingin pindah ke Maja ini bertanya-tanya juga apakah daerah ini relatif bebas banjir dan gempa bumi.
Setelah gempa mengguncang Cianjur tanggal 21 November lalu, memang rasanya kita jadi cemas soal risiko gempa di rumah yang kita tinggali. Maklum, gempa ini tidak bisa diramal kapan bakal mengguncang. Lain dari tsunami yang bisa diprediksi, gempa tidak. Manusia cuma bisa pasrah dan berusaha bertahan.
Citra Maja Raya sendiri pernah juga dirambah gempa. Tapi untungnya tidak sampai parah sebagaimana di wilayah pesisir selatan sana. Biasanya daerah Bayah – yang masih masuk kabupaten Lebak – memang kerap terpampang sebagai episenter gempa.
Begitu juga saat tadi ada gempa di Sukabumi, wilayah Maja sini adem ayem. Bahkan saya sendiri tidak merasa. Berita gempa pun merajai media televisi. ya itu karena orang Jakarta merasakannya. Mereka memang sensitif dengan guncangan sehalus apapun sebab banyak yang menghuni gedung tinggi. Tapi entah kenapa Jakarta seakan tahan gempa. Belum pernah ada kejadian gempa bisa memporakporandakan ibu kota lama tersebut.
Soal bencana banjir, Maja juga relatif aman kok. Akhir-akhir ini curah hujan yang menggila tidak sanggup menggenangi wilayah CMR. Setidaknya di wilayah klaster saya di CMR tahap 2 sini. Di klaster saya ini ketinggian tanahnya memang cukup untuk menyelamatkan rumah dari genangan.
Bahkan dibanding rumah-rumah di barisan seberang, baris punya saya termasuk lebih tinggi. Carport saya saja miring karena saking tingginya. Sementara itu, carport tetangga lebih landai.
Baru-baru ini beredar berita di sini yang isinya soal sebagian tanah Citra Maja Raya yang terancam disita. Sebagian warga klaster saya sontak cemas tapi setelah dibaca, ternyata tidak ada wilayah CMR Tahap 2 yang terancam disita.
Dikatakan oleh reporter dalam berita tersebut bahwa bagian tanah yang terancam disita tadi berada di wilayah desa Curug Badak dan Pasir Kembang. Sementara itu, wilayah klaster saya di desa Maja Baru jadi relatif amanlah.
Ternyata ancaman penyitaan tadi akibat kekalahan Maria Sofiah dan PT Harvest Time (yang saya duga pihak rekanan Ciputra Group dalam proyek Citra Maja Raya ini) dalam proses kasasi di Mahkamah Agung terkait kepemilikan tanah seluas 5.819.378 meter persegi dengan PT Equator Majapura Raya.
Rincian bidang tanah yang berisiko disita pengadilan adalah sebagai berikut:
1. Wilayah yang masuk ke Desa Curug Badak
- Blok Binong
- Blok Cewak
- Blok Ranca Letik
- Blok Cirukam
- Blok Pangasinan
- Blok Makam Gede
- Blok Seusepan
- Blok Cipining
- Blok Dukuh Hangit
- Blok Kebon Kopi
- Blok Ranca Cabe
- Blok Ranca Berem
- Blok Sumur Batu
- Blok Pasir Cipining
- Blok Cadas Konali
- Blok Leuwipanjang
- Blok Curug Nini
- Blok Cipondok
2. WIlayah yang masuk ke Desa Pasir Kembang
- Blok Rajab
- Blok Cipahet
- Blok Ranca Wiru
- Blok Ranca Palem
- Blok Tajur
- Haur Dapung
Saya pikir penyitaan ini bakal terselesaikan dengan baik sebab masak iya bangunan yang sudah ada semuanya bakal dirobohkan?
UPDATE 18 DESEMBER 2022
Jelang akhir tahun, Maja muncul dalam pemberitaan nasional terkait dengan ditolaknya izin mengadakan perayaan Natal di lingkungan perumahan Citra Maja Raya.
Dikutip dari Kompas.com, bupati Lebak ibu Iti menyatakan menolak permohonan dari komunitas Kristiani di Maja sebab ada kesepakatan dalam Forum Kerukunan Antar Umat Beragama yang seolah tidak memperbolehkan dibukanya gereja di Maja. Kesepakatan mana tidak dijelaskan secara detail dan ini yang membuat publik bertanya-tanya dan memicu rasa ketidakadilan dalam beribadah.
Yang lebih memicu kegeraman lagi adalah tidak diizinkannya juga perayaan Natal di Maja. Saat komunitas Kristiani mengajukan izin untuk merayakan di Ecoclub Citra Maja Raya, eh bupati masih menolak.
Sontak komentar bernada miring dari mereka yang mengklaim diri sebagai Pancasilais dan pluralis pun menyeruak di media sosial. Bahkan akun Instagram sang bupati juga kena serbu tapi langsung dimatikan komentarnya. Haha. Pusing memang kalau sudah dihajar netizen 62. Ngeri! Dikasih berita negatif dikit langsung seperti ikan piranha mencium bau darah. Piranha kecil memang tapi kalau yang datang dan menggigiti banyak ya akhirnya ikan paus juga bisa mati pelan-pelan.
Namun, sore tadi dapat kabar terbaru dari akun Instagram Maja Ngariung bahwa masalah sudah terpecahkan karena perayaan di Ecoclub akhirnya diperbolehkan dengan kawalan dari polisi setempat. Dan memang saya tadi saksikan ada beberapa polisi datang sempat salat di masjid. Ini jarang terjadi. Polisi Lebak tak pernah terlihat di masjid Al Ikhlas ini.
Soal izin pendirian gereja yang belum ada, komunitas Kristiani saya lihat sudah ada yang menyewa ruko untuk tempat beribadah mereka. Entah itu komunitas yang mana saya kurang tahu tapi letak ruko tadi ada di sekitar Masjid Al Ikhlas situ juga. Seberangnya malah.
Sebelumnya mereka berlokasi di ruko lainnya yang kemudian disulap jadi toko atau tempat usaha.
Sebenarnya praktik mengubah tempat usaha jadi tempat ibadah begitu memang sudah lazim ditemui di Ibu Kota. Saya lihat di Mall Ambassador Jakarta Selatan sana juga ada gereja di lantai paling atasnya. Ya mau gimana lagi wong pendirian gereja dipersulit.
Ada-ada saja memang Indonesia akhir-akhir ini. Jelang 2024, saya jamin bakal makin santer isu-isu pembenturan agama seperti ini. Waspada saja.
Sementara itu, cuaca ekstrim melanda banyak wilayah di Alam Sutera dan Jakarta. Syukurnya di Maja paling hujan masih normal. Tidak banjir, Genangan pun tidak ada. Cuma, panasnya itu memang luar biasa. Pohon peneduh jalan juga masih mungil-mungil jadi di jalan seperti dipanggang saja.
UPDATE 20 DESEMBER 2022
Membaca berita soal tragisnya para pembeli apartemen di Meikarta, saya jadi sangat bersyukur dengan pilihan saya untuk membeli rumah di Citra Maja Raya ini. Sungguh.
Bayangkan Anda sudah mencicil bertahun-tahun, eh huniannya belum ada juga. Dijanjikan serah terima, lewat dua tahun belum ada kejelasan. Sementara itu, pekerjaan tidak ada dan ekonomi lesu di kala pandemi dan resesi begini. Ah, sangat melelahkan secara psikologis dan mental! Mau menang sekalipun, rasanya energi sudah habis untuk mengurusnya. Merasa diperlakukan tidak adil dan menuntut keadilan adalah sebuah proses yang menyedot banyak energi. Apalagi jika penguasa atau pihak berwajib tidak bisa berbuat apa-apa. Lihat saja pemerintah juga tidak bertindak menengahi. Berkomentar sedikit saja pun tidak. Mengerikan memang. Seolah tinggal di rimba saja. Tidak merasa terlindungi.
Proses memiliki rumah di sini relatif mulus sebetulnya. Setidaknya dalam kasus saya.
UPDATE 9 JANUARI 2023
Merayakan tahun baru di CMR tidak terlalu sepi juga. Kalau saya bisa katakan, lumayan meriah lho.
Tanggal 1 Januari lalu, saya sengaja merayakan di klaster saya. Ternyata banyak tetangga yang berkumpul dalam rangka undangan paguyuban klaster.
Jadi bagi yang tidak ada acara atau punya budget liburan, bisa kok di Citra Maja aja dan merayakannya di sini.
Lewat tengah malam bahkan ada kembang api menghiasi angkasa.
Meski memang sejurus setelahnya cuaca kembali memusuhi. Hujan turun dan kami seperti dipaksa bubar.
Saya juga langsung pulang rumah dan tidur. Pokoknya lebih nyaman dan aman daripada mesti menyusahkan diri merayakan di tengah keramaian Bundaran Hotel Indonesia yang sangat sesak. Di TikTok saya saksikan ada seseorang yang berkeluh kesah begitu. Haha. Dasar anak muda perantau yang haus pengalaman kekinian ibukota. Mereka ini seolah menganggap tahun baruan di kos atau rumah itu kurang meriah dan menyedihkan. Dan di keramaian mereka seolah lebih bangga dan wah. Padahal malah justru lebih menyusahkan diri sendiri karena habis itu malah susah pulang dan hujan turun pula karena cuaca masih buruk di awal Januari lalu.
Di klaster saya sendiri mulai ada pembagian RT dan RW pasca Pilkades akhir tahun lalu. Dan paguyuban klaster saya sudah membagi-bagi tim pemilihan ketua RW dan RT.
RT dan RW ini penting agar status kependudukan warga klaster saya tidak menggantung. Dan saya sendiri juga berpikir demikian. Jika belum punya ketua RT dan RW itu rasanya masih seperti kelompok rumah saja. Belum ada persatuan yang resmi. Paguyuban sendiri cuma sebatas keakraban antartetangga. Untuk urusan administrasi kependudukan ya tidak bertaji dan bergigi. Jadi susah kalau mau mengurus KTP atau Kartu Keluarga.
Dan makin hari makin banyak orang-orang yang saya dengar pindah atau memilih memiliki rumah di Citra Maja sini.
Seorang teman mengatakan malah ada rumah Andreas Harsono, seorang jurnalis senior , di klaster tetangga saya. Wah…
UPDATE 5 FEBRUARI 2023
Saat melintas di jalur protokol Citra Maja Raya tadi, saya sempat membaca beberapa baliho yang sudah tidak lagi menampakkan promo akhir tahun beli rumah.
Kini developer Ciputra rupanya mau unjuk gigi dengan menjanjikan bakal dibukanya bioskop CGV yang sudah lama dijanjikan.
Bioskop ini memang sudah sejak lama ditagih oleh warga. Saya sempat lihat postingan sebuah akun Instagram yang membahas soal perkembangan kawasan Citra Maja Raya ini yang mempermasalahkan janji tersebut. Mereka menyindir developer yang sudah lama memamerkan signage CGV di gerbang masuk CMR 1 tapi pada saat masuk, bioskop belum ditemukan. Hahaha.
Ya saya juga masih maklum kok, kan buat bisnis bioskop itu mahal ya. Nggak bisa asal buka. Apalagi kemarin kan kita kena pandemi. Kadang juga orang nggak mau mengerti susahnya orang berbisnis. Heran juga.
Selain CGV, di baliho alias billboard itu dijanjikan pula bakal buka “Citra Rasa”, semacam tempat makan baru di dekat CGV itu sepertinya.
Saya paham developer berusaha memenuhi kebutuhan warga. Karena tidak bisa ditampik, adanya tempat makan yang lengkap dan hiburan yang memadai adalah yang membuat warga betah. Kalau sudah ada, ngapain mesti ke Bintaro atau Jakarta lagi?
Selain itu, patut diapresiasi juga respon developer soal pembangunan tempat ibadah di kawasan ini. Ciputra memang dikenal sebagai perusahaan keluarga di bisnis properti yang peduli soal ketersediaan sarana beribadah bahkan untuk muslim meski keluarga Ciputra dan para petinggi Grup Ciputra memang jarang sekali yang muslim.
Kenapa saya bisa berkata begitu? Ya karena saya melihat sendiri saat saya dulu bekerja di kantor pusat Ciputra Group juga memang ada kok musholla untuk karyawan salat. Jadi urusan ibadah itu benar-benar diperhatikan. Karena kalau orang dihalang-halangi beribadah itu bikin konflik nantinya. Kurang bagus untuk ketenteraman lingkungan kerja dan hunian dalam jangka panjang.
Dan soal berbisnis di sini memang masih belum sangat profitable ya. Itu harus diakui. Saya sendiri menemukan beberapa bisnis dan tempat makan yang struggling dan kemudian memutuskan tutup atau dialihkan ke orang lain.
Misalnya sebuah kedai makan bernama IKO ONO di dekat Eco Club sana. Saya sering makan di sana hingga akhir tahun 2022. Eh tapi tiba-tiba tutup dan pemiliknya memutuskan buka bisnis kuliner di Tangerang saja. Saya simpulkan mereka belum melihat Maja sebagai area bisnis yang mengundang cuan.
Lalu ada lagi Panen Roti dan Daging yang ada di ruko Navina yang mulai buka tahun lalu tapi akhir tahun tutup dan hingga Januari kok masih tutup juga. Eh ternyata mereka memutuskan tutup dan ruko dialihkan ke orang lain. Ruko itu kini diisi penyewa lain yang juga berbisnis roti dan ayam goreng. Sangat disayangkan sebab roti mereka dulu lumayan enak dan murah. Yang sekarang masih kalah kalau menurut selera saya sih. Entah orang lain.
Salahnya orang di sini berbisnis adalah mereka terlalu meremehkan daya beli orang sini. Begini ya, kalau saya sih jika memang mutu produknya bagus ya nggak usah nggak percaya diri. Agak sedikit mahal nggak masalah asal pembeli puas. Sayangnya, banyak yang menurunkan harga dan berimbas pada mutu produk.
Tapi meski ada yang bertumbangan, ada yang bertahan dan malah buka untuk pertama kalinya. Yang bertahan misalnya Janji Jiwa. Kopi Kenangan sudah tumbang dan diganti Mood Cafe. Lalu ada Martabak Pecenongan yang buka baru beberapa minggu ini.
Untuk sarana olahraga juga sudah lumayan lengkap. Selain Eco Club yang menyediakan badminton, renang (meski kolamnya cuma sedangkal 1,5 m), pusat kebugaran yang masih terbatas jumlah alatnya, ada juga banyak lahan buat orang jogging. Kalau mau lari marathon mengelilingi CMR juga bisa lho. Hahaha. Asal nggak siang bolong karena panasnya gila. Pepohonan peneduh jalan masih mungil mungil masalahnya.
Ada juga studio senam Nasya yang dibuka pihak lain (bukan dikelola developer) tapi mereka memilih memindahkan lokasi ke depan Kantor Polisi Maja dan tidak lagi berada di dalam kawasan CMR. Kurang ramai dan kewajiban harga sewanya ruko di CMR sepertinya membebani. Bayangkan saja, memang murah sih cuma sekitar Rp13-15 jutaan setahun tapi mesti minimal sewa 2 tahun dan itu dibayar di muka! Hahaha. Demanding sekali, swear sih. Tapi mungkin itu ketentuan khusus dari pemilik rukonya saja sih. Ruko yang lain belum tentu sama begitu. (*/)
BACA SELANJUTNYA: “PENGALAMAN TINGGAL DI CITRA MAJA RAYA SAAT MUSIM HUJAN”
Leave a Reply