ChatGPT Bukan Ancaman bagi Lapangan Kerja Pekerja Kata Asalkan…

Kecerdasan Buatan ChatGPT bisa menulis sebaik manusia, katanya. Tapi apakah bisa menggusur para jurnalis dan penulis manusia? Tunggu dulu!

SEPEKAN lalu saya membaca sebuah unggahan milik editor in-chief media Singapura di LinkedIn.

Di unggahannya, Terence Lee sang editor menyatakan kekagumannya terhadap ChatGPT, sebuah piranti lunak berbasis Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence).

Lee meminta ChatGPT mengubah sebuah rilis pers menjadi artikel berita pendek. Bersamaan dengan itu, dihasilkan juga beberapa pilihan judul bagi artikel tersebut.

“Meskipun percobaan pertama tak begitu bagus tapi ChatGPT memahami umpan balik saya dan mengubah artikel tadi menjadi sebuah tulisan yang hampir layak tayang. Dan itu cuma sekali penggunaan. OpenAI sungguh menakjubkan,” tuturnya.

Di unggahannya, Lee juga memuat beberapa tangkapan layar soal proses tersebut.

Pertama, ia mengetikkan sebuah arahan penulisan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan ChatGPT sebaik-baiknya: menulis artikel 200 kata mengenai topik yang ditentukan Lee.

Kemudian Lee menyalin rekat rilis pers yang dijadikan acuan. Di sinilah materi asal yang bisa diolah ChatGPT.

Kemudian ChatGPT menghasilkan satu paragraf panjang. Tentu kurang enak dibaca. Lee kemudian memerintahkan: “Bagi menjadi beberapa paragraf pendek”.

ChatGPT kemudian mematuhinya dan berhasil menghasilkan tulisan dengan 5 alinea pendek. Lee memberikan sedikit revisi di sini. Ia tak mau ada kata “saya” dan ChatGPT mengeksekusinya. Ia hapus semua kata “saya” dan “ku” agar artikel lebih formal dan profesional.

Kemudian ia memerintahkan ChatGPT menghasilkan 5 opsi judul yang menarik untuk calon artikel. Seketika ChatGPT memberikannya.

Lee memilih opsi pertama dan menyuruh ChatGPT memasukkan satu frasa agar lebih akurat dan memendekkan judul itu agar lebih ringkas. ChatGPT melakukannya dengan efisien.

PERLUKAH PANIK?

ChatGPT seperti sederet inovasi teknologi yang baru muncul pasti memunculkan resistensi/ perlawanan.

Ingat dahulu saat internet muncul, mereka yang bekerja di surat kabar menganggapnya sebagai ancaman. Ada betulnya, tapi itu kalau mereka tak mau beradaptasi kan?

Begitu juga saat email muncul, para pekerja kantor pos pasti menganggapnya sebagai ancaman yang harus dilawan dan dilenyapkan.

Begitu juga yang sekarang terjadi pada ChatGPT. Ia mengguncang banyak industri: dari media, SEO, hingga jurnalistik.

MENGENAI CHATGPT

ChatGPT ialah sebuah chatbot berbasis Kecerdasan Buatan yang baru-baru ini menghebohkan internet.

Dalam waktu 5 hari saja, ChatGPT meraih 1 juta pengguna aktif yang penasaran dengan kekuatannya mengolah kata.

Muncul banyak prediksi dengan kemunculan ChatGPT ini. Ada yang meramalkan tergusurnya lapangan kerja pekerja kata. Ada yang meramalkan otomatisasi bakal melanda seluruh industri di dunia. Ada lagi yang meramalkan kemunculan inovasi terbesar setelah kemunculan iPhone di awal abad 21.

Kita saat ini sedang di fase pertama. Dalam 10 tahun mendatang, banyak industri akan diguncang oleh kehadiran Kecerdasan Buatan (AI) termasuk ChatGPT ini. Demikian ungkap entrepreneur teknologi Joe Speiser dalam utas Twitternya di akun @jspeiser tanggal 14 Desember 2022 lalu.

Menurut Speiser, AI bakal melejitkan kreativitas, alih-alih menghambatnya. Argumennya adalah karena kreativitas adalah soal menghubungkan ide-ide yang tak berkaitan erat. AI bisa dipakai untuk melakukan riset, menulis lirik lagu dan menghasilkan naskah film. Wow!

Yang patut dipahami ialah bahkan menulis dengan AI pun perlu proses. ia menggarisbawahi bahwa proses menulis dengan bantuan AI bisa berlangsung dalam hitungan hari hingga tahun.

“AI tidak menggantikan kreativitas tapi cuma membuatnya lebih cepat,” tegas Speiser. Itu karena AI bisa mengerjakan banyak tugas sekaligus. Beban pekerjaan yang kalau dikerjakan otak manusia bakal tak sanggup.

Lebih lanjut ia bahkan mengatakan AI bisa membantu para pekerja teknologi di bidang coding, pekerja konten, pemasaran, dan SEO. 

——————

Kembali ke unggahan Lee tadi, saya pun tergelitik untuk bertanya pada Lee: “Bagaimana para reporter dan editor bisa bertahan dan tetap relevan?” Mengingat ChatGPT bisa bekerja dengan kemampuan dan keterampilan yang pekerja kata miliki.

Lee mengatakan kita para pekerja kata dan pewarta sesungguhnya tidak perlu begitu antipati pada ChatGPT atau Kecerdasan Buatan apapun yang nanti muncul dengan alasan berikut ini.

JURNALISME TIDAK CUMA MENULIS

Kata Lee, sebagian besar pekerjaan pewarta melibatkan banyak hal dan menulis hanyalah secuil pekerjaan mereka.

Mendapatkan ide berita yang menarik (scoop) misalnya tak bisa dilakukan Kecerdasan Buatan sebagus apapun dia bisa bekerja. Hal ini cuma bisa dilakukan manusia yang punya otak yang bekerja dengan kejelian dan insting berita yang terasah.

PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN MANUSIA TAK TERGANTIKAN

Pakar SEO Andrew Holland menanggapi bahwa meski memang bakal ada guncangan di dunia pekerja kata, tak bisa disangkal bahwa ada “tacit knowledge” milik manusia yang tidak bisa digantikan oleh Kecerdasan Buatan ini.

Apa sih yang dimaksud dengan “tacit knowledge” ini?

Maksudnya adalah pengetahuan dan pengalaman yang kita serap selama kita menjalani kehidupan sebagai manusia.

Inilah yang membedakan kita manusia dan mesin: pengalaman hidup. Mesin secerdas apapun masih belum bisa memilikinya. Entah nanti di masa depan.

KEPERCAYAAN

Kita niscaya akan tiba pada satu periode saat banyak tulisan dan konten dihasilkan dengan AI ini. Setidaknya ini akan terjadi sampai satu dekade mendatang.

Tapi sebagai manusia pekerja kata, kita tidak perlu menangis sebab di sini kita masih bisa menggunakan senjata pamungkas: kepercayaan, ungkap Speiser.

Ya, saat semua teks dibuat oleh robot, teks yang dibuat oleh manusia bakal langka dan lebih dipercaya. Masyarakat akan mencari-cari konten yang dibuat oleh sesama manusia karena pada hakikatnya konten ya dibuat oleh manusia untuk manusia demi menyampaikan sebuah pesan yang bermuatan emosi atau pemikiran.

PELUANG DARI KECERDASAN BUATAN

Masih menurut Speizer, bagi Anda yang merasa bahwa AI bakal menggusur lapangan kerja, Anda harus menyesuaikan diri dengan kondisi industri terkini.

Bagaimana caranya?

Speizer menjelaskan sekilas bahwa dalam setidaknya 10 tahun mendatang, kita bisa tetap relevan jika kita bergabung dengan tim-tim yang menciptakan AI.

Jika Anda suka mengajar, Anda juga bisa belajar menggunakan AI dan menerapkannya di industri atau bidang Anda lalu mengajarkannya pada orang lain yang pasti membutuhkan agar tetap ada di barisan terdepan angkatan kerjanya.

Cara ketiga bisa tetap punya pekerjaan di era AI ialah dengan menggabungkan AI ke dalam sistem-sistem bisnis kita. Jangan malah menolak AI! Bunuh diri itu namanya. (*/) 



Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: