Pengalaman Menjajal Pilates Pertama Kali di House of Pilates Bintaro

PILATES sekilas mirip dengan yoga yang sudah saya tekuni sejak 2010. Tapi sebenarnya ada perbedaan yang mendasar di antara kedua jenis olah tubuh ini.

Yoga, meskipun banyak orang modern mencap sebagai “olah raga”, mengandung aspek non-fisik juga. Yang populer saat ini memang latihan fisik (postur-postur yoga) dan beragam teknik olah napasnya. Tapi banyak elemen yoga yang lain yang masuk ke ranah mental, psikologi, metafisik hingga dimensi spiritual. Jadi kompleks sekali.

Sementara itu, pilates lebih dominan sebagai sebuah jenis olah tubuh yang bersifat rehabilitatif, eksklusif, dan urban. Napas memang diajarkan di sini tapi aspek spiritual nihil karena memang sejarah pilates juga tidak mengandung itu.

Ditilik dari sejarah, yoga memang sudah jauh lebih dulu ada daripada pilates. Bahkan Joseph Pilates sebagai pendiri pilates bisa dikatakan ‘terinspirasi’ oleh postur-postur fisik yoga.

Soal citra atau image, entah kenapa keduanya lekat dengan citra “mahal”. Ini benar. Sering saya temui komentar di media sosial yang menyatakan bahwa yoga itu mahal.

Dan saya pikir pilates bahkan lebih mahal dari yoga sebab memerlukan adanya alat-alat khusus yang diimpor dari luar negeri misalnya Cadillac, Reformer, dan sebagainya.

Untuk satu sesi kelas trial di House of Pilates Bintaro yang saya sambangi, tarifnya Rp500.000. Kelas ini berlangsung ‘cuma’ sejam (60 menit).

Kelas ini berada di Kebayoran Arcade, Bintaro. Karena ini area ruko dekat permukiman eksklusif, bisa dimaklumi jika suasananya agak ramai meski tidak bakal sesemrawut tengah Jakarta.

Suasana studio bersih, elegan, dan asri. Di lantai satu ada 2 Reformer, 1 Cadillac, dan beberapa alat lainnya yang belum saya coba di kelas trial ini.

Satu perbedaan antara yoga dan pilates ialah cara napas. Di kelas pilates, saat mengencangkan otot justru kita diharuskan membuang napas, sementara saat merilekskan otot kita mengambil napas. Ini agak membingungkan karena saya terbiasa dalam latihan yoga untu melakukan sebaliknya. Mungkin karena sejak awal saya diajari untuk merilekskan otot saat buang napas.

Kemudian perbedaan lainnya ialah soal presisi gerakan. Semua gerakan pilates cenderung lebih lamban dan menggunakan kontrol penuh atas otot dan sendi. Jadi tidak bisa asal bergerak. Dengan demikian, kesadaran (awareness) terhadap seluruh bagian tubuh harus dijaga selama bergerak. Terlena sedikit saja, kita bakal diperingatkan sang trainer.

Perbedaan lainnya ialah karena banyak gerakan pilates yang menggunakan props atau alat bantu, jadi lebih banyak kekuatan dan koordinasi otot yang dipakai daripada yoga.

Menurut saya, pilates cocok untuk Anda yang ingin menyelaraskan postur tubuh. Bagi mereka yang sudah sering berolahraga lainnya sseperti lari atau angkat beban, pilates bisa menyeimbangkan kedua sisi badan. Bisa dirasakan perubahannya jika Anda memiliki bahu atau pinggul yang tinggi sebelah, skoliosis (tulang belakang yang membengkok secara abnormal), atau kondisi-kondisi postural dan anatomis yang kurang lazim dan perlu diperbaiki secara aman dan efektif.

Cedera-cedera juga biasanya dapat dicegah jika kita bisa meningkatkan awareness saat beraktivitas maupun olahraga apapun.

Bagi Anda yang sudah terbiasa yoga, transisi ke pilates mungkin terasa natural. Tak banyak perbedaan dalam hal gerakan kok. Setidaknya demikian yang saya alami di kelas. (*/)



Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: