Menuju Ekapada Koundinyasana II Tanpa Cedera

Pose ini terlihat mustahil bagi mereka yang belum pernah mencoba tetapi dengan persiapan yang memadai, hamstring Anda tidak akan terlukai.

Asana di atas bernama Ekapada Koundinyasana II, yang termasuk dalam jenis arm balance (pose yang menggunakan kedua lengan sebagai tumpuan). Kuncinya seperti yang Anda bisa saksikan di ilustrasi ialah kelenturan otot hamstring (yang ada di sekitar belakang paha) terutama kaki yang berada di depan dan tentu fondasi utama: lengan dan bahu (core bagian atas).

Bagi Anda yang tertarik mencoba pose satu ini tetapi merasa gentar, santai saja. Lakukan persiapannya secara bertahap dengan sabar agar cedera bisa terhindar. Kelak jika Anda sudah terbiasa, melakukan tanpa pemanasan yang selama sebelumnya mungkin tidak lagi diperlukan. Tetapi ingat, hanya bagi yang sudah terbiasa.

Apa saja yang harus dilakukan untuk menuju ekapada koundinyasana 2?

Ada yang mengeluh,”Sudah sun salutation berkali-kali sebagai pemanasan, tapi belum bisa juga!” sun salutation bagi saya adalah pemanasan secara umum tetapi kurang spesifik untuk bagian-bagian tertentu. Sun salutation kurang fokus mempersiapkan bagian-bagian yang akan dikerahkan saat melakukan ekapada koundinyasana 2 nanti.

Sebetulnya inti pemanasan menuju ekapada koundinyasana adalah menyiapkan hamstring dan pinggul kita agar lebih terbuka serta memperkuat tumpuan tangan. Pertama-tama, lakukan beberapa set sun salutation sesuai selera. Saat berada dalam posisi anjaneyasana (mirip lunge di posisi rendah – kaki dibentangkan ke depan dan belakang hampir split tetapi kaki depan masih ditekuk 90 derajat), bertahanlah agak lama. Nikmati peregangan di sepanjang kaki dan fleksor pinggul. Anjaneyasana akan membuat kaki belakang Anda di ekapada koundinyasana 2 akan lebih lurus. Lakukan anjaneyasana untuk kedua kaki agar seimbang.

Kemudian pemanasan selanjutnya ialah ardha hanumanasana (versi separuh/ mudah dari split). Dari anjaneyasana, sekarang ganti tekuk kaki belakang dan luruskan kaki depan. Kurang menantang? Silakan luruskan kedua kaki perlahan sambil jaga pinggul agar tetap mengarah ke depan, tidak miring ke samping. Cari titik maksimal rentangan kaki Anda. Masih kaku? Gunakan blok atau alat bantu lain sebagai pegangan di tangan dan membantu naik dan turun saat menuju dan keluar dari hanumanasana atau full split. Jangan buru-buru berhenti, tahan split itu dalam beberapa kali napas dalam dan tenang serta teratur. Boleh menundukkan badan atas ke kaki depan. ‎Jangan lupa ulangi untuk sisi satunya.

Dari hanumanasana, perlahan turunkan kedua telapak tangan ke lantai, angkat kedua kaki dari lantai dan mengalir ke downward-facing dog. Kali ini, coba lakukan three-legged dog, yaitu gerakan downward-facing dog dengan mengangkat salah satu kaki ke atas lalu ke arah samping yang berlawanan (jika kaki kanan yang diangkat artinya kaki dibuka ke samping kiri) dan membuka pinggul ke samping‎ sebisanya. Ingat tujuannya ialah membuka pinggul agar siap nanti.

Untuk kekuatan fondasi, kuatkan kedua lengan dan bahu.‎ Fokuskan pandangan ke satu titik di depan. Agar fondasi terlatih, lakukan banyak-banyak chatturanga dandasana (push-up) dengan posisi yang benar. Kenapa? Karena dalam ekapada koundinyasana 2, posisi lengan mirip dengan chatturanga. Otot core tubuh yang kuat dengan chatturanga akan membuat ekapada koundinyasana 2 Anda akan lebih solid.

Setelah itu, lakukan downward-facing dog dengan menggunakan dua blok sebagai penahan untuk kaki belakang Anda. Lalu lipat satu kaki dan tempatkan lutut tepat di lengan atas bagian belakang (makin dekat ketiak, makin bagus, meski agak sulit bagi yang berperut tidak kecil). Dalam posisi ini, bertahanlah atau jika sudah siap, doronglah tubuh agak ke depan sedikit dan kuatkan tumpuan tangan. Jika sudah merasa kokoh, lepaskan kaki belakang yang masih berada di blok penahan. Dan selanjutnya, cobalah merentangkan kaki depan yang dilipat itu sampai selurus mungkin. Merasakan sakit atau kurang lurus? Tetaplah berlatih dan ulangi lagi pemanasan sebelumnya.

Jangan lupa agar kedua kaki dan badan lebih lurus, bernapas lebih dalam dan aktifkan telapak kaki (tidak hanya lemas begitu saja). Anda bisa mengaktifkan telapak kaki dengan pointing seperti di gambar, atau flointing (telapak kaki seperti memakai sepatu hak tinggi), atau flexing (telapak kaki rata bak menjejak tanah).

Selamat mencoba!

Rahasia Handstand Dylan Werner

“Gimana supaya bisa handstand ya? Aku mau kayak dia!”

Begitu pikiran banyak orang saat baru masuk ke kelas yoga setelah melihat foto yogi hebat di jejaring sosial atau majalah yoga yang menampilkan model dengan pose menantang satu ini. Sah-sah saja. Saya dulu juga demikian. Begitu bersemangatnya hingga seolah handstand adalah pose yang menjadi tujuan akhir berlatih.

Apakah sesukar itu melakukan pose ini? Bagi saya, iya. Handstand sangat menantang karena saya bukan orang yang memiliki anatomi alami yang mendukung ‎untuk melakukannya. Pergelangan saya relatif kecil dan lemah. Saya memang bisa bakasana dengan tangan lurus tetapi itu bukan karena tangan saya kuat tetapi karena saya memiliki tubuh bawah yang kecil sehingga bisa “digulung” ke atas dengan mudah.

Selain itu, saya juga sadar kekuatan core saya masih kurang sekali karena saya memiliki kecenderungan untuk backbend kapan pun saya bisa. Padahal core sangat penting dalam melakukan handstand.

Hari ini saya menghadiri workshop Dylan Werner di Bengkel Crossfit dan saya menemukan kiat ‘rahasia’ dari Dylan tentang bagaimana bisa membuat handstand lebih kokoh. Ia menemukan kiat ini setelah mengamati bagaimana para pesenam melakukan handstand dan berjalan dengan kedua tangan.

Tak diragukan ‎lagi peran penting core terutama bahu di sini, tetapi banyak yang tidak memberikan penekanan yang lebih mendetil pada cara memposisikan jari jemari tangan! Dylan menjelaskan bahwa para pesenam menggunakan jari-jari bagian depan mereka sebagai rem sehingga tubuh tidak terjatuh ke depan dalam handstand. Kita bisa mengangkat sedikit jari-jari kita (kecuali ibu jari) sehingga tidak semua bagian bawah jari menempel ke lantai. Inilah yang dimaksud rem itu. Kalau menempelkan semua jari ke lantai, mekanisme rem itu tidak tercipta sehingga sensasi pondasi yang kokoh berkurang karena berat badan terkonsentrasi di pergelangan tangan dan bagian telapak tangan (bola-bola tangan: sendi-sendi pertemuan jari dan telapak tangan).

Sebuah mekanisme alami yang terlupakan, seperti halnya jari-jari kaki yang menahan berat kita saat tubuh condong ke depan. Jadi sekuat apapun core, kalau tidak disertai pijakan yang kuat di Bumi, tetap saja akan roboh juga.

Siap berlatih handstand lagi dengan rahasia tadi?

Dice Iida-Klein Shares His Journey to Yoga

Image

This yogi is well known for two things: his fabulous arm balancing poses on the mat with Briohny Smyth and his stunning looks even a straight man will honestly admire. As superficial as it may seem, Dice (thank God he is not cubic in form) shows a new approach to yoga by introducing some transitions and sequences that mostly involve inversion and arm balancing asanas, called “Brice Yoga Method”. Along with her wife, he arranged some inversions and arm balancing poses into a sequence not every yogi and yogini can follow smoothly. Seriously, it’s designed mostly for advanced learners who know well their bodies and safety aspect of doing challenging asanas. So if you as new comers want to try, no one can prevent you from trying but try at your own risk. Believe me, you’ll be physically challenged by the entire exercise. I can say this after last December took his short class. And I, who happens to be a lover of inversions and arm balancing, felt his transitions and sequences are too challenging I want to only sit on my mat, seeing what others can do.

“My name is Dice Iida-Klein and I love yoga, simply put,”says the yogi to Hipwidth when interviewed in Sunny Venice Beach, California. From his build, I knew Dice did some ports before plunging into the yoga routine. He admitted he’s been physically active since his childhood. “Baseball, hockey, basketball… Play them all pretty competitively. Through high school, a varsity tennis player, and a wrestler and a cross country runner. And at college, I lifted a lot of weights and got pretty stocky and big but I’ve always changed sports, and kind of I think because I can’t stick with one thing too long,”he adds. And apparently weightlifting credited for these muscular torso and arms and shoulders, which play significant role in arm balances. So does that mean in order for a yogi to do a better handstand or other arm balancing poses, he has got to hit the gym first to lift weight with those gym rats? Perhaps…

His first encounter with yoga in August 2007, he recounts, involved abundant sweat. It was Sarah Ivanhoe’s class in Santa Monica. “I had my butt handed to me,”Dice recalls. He never sweated so much before,”I’ve never been so sore the next day!” He never worked so hard physically that his mind mentally so absolutely pure. “So calm and relaxed and able to assess things better than normal…I think that’s what pulled me in. As much as I love the physical side of yoga, the physical side is what really gives me mental stability.”

What does yoga mean to Dice? According to the 29-year old yogi, everyone is entitled to his or her own opinion of what yoga means to each of them. It should be different because we’re allowed to define yoga ourselves.”For me, it sounds like a way of selfish things but it’s a very self introspective, self-studying thing, it helps me become a better person so I can be better for other people around me and the world around me. Sometimes selfish comes up with the negative connotation but I think yoga starts off selfish but it turns into something that is very selfless.”

For a yoga guru who travels around the world, Dice has his own rule of home practice. He says he practices alone spans at least 30 minutes to 2 hours a day. And of course, it involves “tons of arm balances”, which he confesses would really love to do.