LINE Successfully Steals the Hearts of AADC Fans

WhatsApp, WeChat, BlackBerry Messenger and Kakao Talk should beware of LINE! As we’ve witnessed social media feeds for the last 2 days, LINE has literally stolen the millenials’ heart in Indonesia. They’re people who are not as old and tech-challenged as the baby boomers, but definitely not as young and penniless as those teenagers who must seek parents’ approval before purchasing stuff they like. The age bracket is absolutely ‘fat’ and profitable. These people – who back then in 2002 (when “Ada Apa dengan Cinta” was premiered) were teenagers – are now able to make money themselves and their socioeconomic level can be improving a lot after graduation. Making money is what they do every day. So they’re productive as hell, and don’t forget, the consumption rate of these age brackets (mid 20’s-30’s) can never be this high. They are enjoying their life and why should stop consuming if they have plenty of money to spend? Splurging is exactly what these young adults are doing.

So far, LINE has been doing quite well. They tried an offline campaign at malls, which I’ve never heard of. They sold merchandises that look particularly funny, but pricey. A giant doll of Cony head could cost us Rp5 million and the medium one Rp280,000. Insane! Who would’ve spent their hard-earned money for this stuff? A few teenagers may have done it, but I’m not sure Millenials like me would have. It’s too silly for us to hug, even for our new-born babies (yes, some Millenials are young parents also), the dolls are way to big to cuddle.

LINE claimed to possess 14 million registered users in the country as of August last year (2013) but after the successful marketing campaign involving “Ada Apa dengan Cinta?” casts, there should be some exponential growth occuring right now.

So LINE may be proud enough to tell the marketers out there that brand marketing success is achievable without having to obey the established marketing rules like ones we usually stumble upon huge business sites like Forbes or Fortune. Those already turn obsolete. Now, brands don’t even have to create their own characters (if you read the Forbes article in the previous link)! LINE showed us you – whatever brands on earth – can find existing likeable, and widely favorited characters out there to help your brands gain more fame and exposure, and most importantly, generate some extra sales and more profits eventually.

The mini drama proves to be effective to make its audience to crave, want more and push them to adopt the app. How so? Because Cinta and Rangga – their teenagehood idols are also using it on their touchscreen smartphone. The app looks way cooler when your favorite characters also use it. And LINE doesn’t tell the whole story. Definitely the audience wants more to come. Some even demand a whole new sequel, which could turn a huge huge huge success.

In the meantime, we’ll watch how it goes. Good job, LINE!

Di Balik Kemiskinan Pacarmu (Telaah Sastra Alay)

“Di blik kmiskinan pcarmu. Seorng ank laki2 dg uang jajan seada’a. D beri ortu’a agar bsa mkn kntin atw ongkos. Kalian mrasa dy akn menggunakn smua uang jajan’a? Dy slalu menabung utkmu, utk mengajakmu prgi jln2 d weekend, mngkin hnya skedar ntn. Lalu ktika itu kau jwb: duh sory kykny gk bsa prgi sma kmu hri ini.. Maaf Kmu udh sukses mnghancurkn prasaan’a. Mngkn mreka tk nangis krna mreka tu laki! Mreka slalu mnyimpan prasaan’a sndiri. Ktika dwasa, pra wnita cntik hnya akn prgi sma cwok yg pny mobil. Ktika kau mau d ajk prgi dg cwok sderhana pke mtor, kau menjwab: duh rmbut gw rsk ni, pnas jg, laen kli aj deh. Mngkn kau tk sdar mngatakan’a. Tpi prcayalh hti mreka tu skit, pdhal mreka udh mti2an nabung buat bli mtor, tpi anda mlah gtu. So, cbalh hargai prasaan n usaha cwok:-) jgn cma cwek aja yg mnta d hargain.”

Berikut adalah versi esai tersebut setelah saya sunting agar lebih menaati kaidah EYD dan tata bahasa Indonesia.
“Seorang anak laki-laki dengan uang jajan seadanya. Diberi orang tuanya agar bisa makan di kantin atau ongkos. Kalian merasa dia akan menggunakan semua uang jajannya? Dia selalu menabung untukmu, untuk mengajakmu pergi jalan-jalan di weekend, mungkin hanya sekedar nonton.

Lalu ketika itu kau jawab: “Duh sorry, kayaknya gak bisa pergi sama kamu hari ini..” Maaf kamu sudah sukses menghancurkan perasaannya.

Mungkin mereka tak menangis karena mereka itu laki-laki! Mereka selalu menyimpan perasaannya sendiri.

Ketika dewasa, para wanita cantik hanya akan pergi sama cowok yang punya mobil. Ketika kau mau diajak pergi dengan cowok sederhana naik motor, kau menjawab: “Duh rambut gue rusak nih, panas juga, lain kali aja deh.”

Mungkin kau tak sadar mengatakannya tetapi percayalah hati mereka itu sakit, padahal mereka sudah mati-matian menabung buat beli motor, tapi Anda malah begitu. Jadi cobalah hargai perasaan dan usaha cowok. Jangan cuma cewek saja yang minta dihargai.”

Ini BUKAN kalimat gubahan saya. Saya hanya memuat dari sebuah pesan pendek yang dikirimkan anak ibu kos pada saya, yang saya tidak tahu motif sebenarnya. Mungkin karena salah kirim, terang bu kos saat saya selidiki.

Kalau saya boleh menganalisis, tulisan dalam bentuk esai persuasif ini tergolong panjang untuk kaum alay‎. Tercatat 146 kata (bukan karakter) ada di corpus di atas. Padahal mereka, kaum alay, adalah generasi yang lebih akrab dengan komunikasi pendek. Penuangan gagasan dan emosi kaum alay biasanya juga melibatkan pemilihan kombinasi karakter yang sesuai selera mereka untuk menyingkat. Dalam corpus di atas, karakter ‘ (apostrof) dipakai untuk mengganti “nya”, karakter spasi dipakai untuk menyingkat “i” dalam kata pasif. Sejumlah vokal yang dianggap bisa dihilangkan tanpa menyulitkan proses membaca pun dilakukan sang penulis. Diftong “ia” disatukan menjadi “y”, dan “au” diganti “w”.

Jelas tujuan penulisannya adalah persuasi yang ditujukan pada kaum Hawa terutama gadis-gadis alay‎ yang terlalu menuntut kesempurnaan duniawi sang kekasih, yang diduga keras juga alay.

Alay sendiri identik dengan anak-anak muda usia sekolah yang gemar menulis pendek sebagai salah satu cara berkomunikasi tertulis mereka. Aplikasi-aplikasi chat online selain SMS kerap dipakai oleh para alay, dari BlackBerry Messenger, WhatsApp, WeChat, KakaoTalk, dan sebagainya. Sebagian besar emosi yang tidak tersampaikan dengan lebih ‎ringkas bisa diekspresikan dengan menggunakan emoticon atau emoji.

(image credit: Facebook)