Setelah amar putusan Mahkamah Konstitusi diumumkan Kamis lalu (21/8), bisa dipastikan Indonesia akan memiliki Jokowi – demikian sapaan akrab Joko Widodo - sebagai Presiden baru Oktober nanti. Karena itulah, segala sesuatu tentang presiden anyar ini menjadi makin menarik untuk dikulik. Salah satu topik yang hangat ialah bagaimana Jokowi mendapatkan kekayaannya selama ini. Menurut kabar, sebelum naik ke panggung politik pria Jawa itu telah memiliki sebuah bisnis furnitur. Usut punya usut, perusahaan itu namanya Rakabu. Namanya aneh, entah apa alasan Jokowi menamainya demikian. Filosofi apa yang ada di balik nama Rakabu, saya juga belum tahu (jika pembaca ada yang tahu, jangan ragu menjelaskan di kotak komentar di bawah).
Dari sebuah obrolan seorang teman di jejaring sosial, saya menemukan beberapa poin yang patut dibagikan ke banyak orang. Sebagai perhatian dan sangkalan (disclaimer), isi obrolan yang saya kutip ini hendaknya dianggap sebagai hipotesis yang harus diuji validitasnya lebih lanjut. Sehingga ini sama sekali bukan paparan faktual atau karya jurnalistik yang serius. Saya cuma ingin berbagi informasi untuk kemudian bisa dipakai sebagai pemicu diskusi lebih lanjut atau pencetus munculnya karya lain atau laporan yang lebih dapat dipercaya tentang masalah ini. Maka jangan heran jika banyak bias atau pernyataan yang kurang objektif. Singkat kata, saya hanya akan menjelaskan apa yang saya dengar. Soal validitas poin-poin yang ada di dalamnya, saya belum melakukan fact-checking atau cross-checking ke pihak yang bersangkutan.
Rakabu milik Jokowi ini dapat kita temui di sebuah pusat industri kecil di kota Solo (Surakarta), Jateng. Kata sumber berinisial W, Rakabu tepatnya berlokasi di daerah Kertosuro (atau Kartosuro?) yang berada dibdekat Universitas Muhammadiyah. Rakabu menurut W lebih tepat disebut sebagai pengepul yang melakukan ‘finishing touch’ pada produk furnitur yang datang. Menurut pengamatan, Solo memang bukan basis industri furnitur yang kuat, sehingga tidak heran produsen-produsennya tidak ada yang berskala besar dan mencetak laba fantastis. Kenyataan ini diperparah dengan menurunnya suplai, ujar sumber berinisial VK.”Ada 3 lokasi di Solo dan 2 gudang,”kata satu sumber berinisial IA tentang lokasi pabrik dan gudang Rakabu.
Sementara sumber LK malah mengatakan Rakabu sudah tidak mendapat order. “Terakhir kebakaran atau dibakar buat dapat asuransi,”tukasnya. Kabar-kabar miring tersebut membuat Jokowi menjadi rentan terhadap isu-isu yang menuduhnya mendulang aset dari jabatan walikota Solo.
Lebih lengkap lagi, sumber AP (yang tampaknya lebih tahu menahu kondisi terkini di lapangan) menceritakan bahwa seorang kliennya mengakui rekam jejak Rakabu yang bagus. Menurut AP yang mengaku pernah diajak ke ketiga toko Rakabu di Spanyol dan Portugis, kualitas barang produksi Rakabu tidak bisa dikatakan jelek. “Emang bagus,”tuturnya. Agennya juga diberikan fasilitas kantor dan mobil sementara. Saat dilakukan audit, pihak manajemen Rakabu bersikap terbuka dan menyambut baik. “Gak ngeyel,”tandas AP.
Masih kata AP, sebelum mendirikan Rakabu, Jokowi bekerja di Roda Jati (entah ini nama perusahaan atau daerah) selama dekade 1990-an. Posisi publik penting yang dipegang Jokowi sebelum naik ke jabatan walikota Solo ialah ketua Asmindo atau Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (silakan cek ke situs resminya di asmindo.org).
AP menerangkan Jokowi memiliki gedung pertemuan terbesar di kota Solo, yang membuatnya cukup mapan secara keuangan sehingga gaji walikota tak pernah diambil Jokowi. AP terus menjelaskan panjang lebar bahwa Rakabu sampai tahun lalu masih berkinerja bagus. Pabriknya diaudit dalam hal sumber kayu gelondongannya (yang harus diperoleh secara berkesinambungan demi kelestarian lingkungan). Rakabu pun mengantongi sertifikasi karenanya. Berarti supply chain-nya kuat, ujar AP lagi. “Alur produksinya dan administrasi serta record-nya bagus,”terangnya. Sejak Jokowi belum menjabat sebagai walikota Solo, suplai untuk Rakabu sudah relatif bagus. AP menduga karena Jokowi adalah alumni (ilmu atau jurusan? ) kehutananan sehingga paham betul mengenai networking timber resources.
Wallahualam…

Like this:
Like Loading...