Penulis bagi banyak orang adalah sosok manusia yang paling tidak membahayakan dalam aspek fisik. Mereka terbiasa duduk, diam, mengetik atau menggoreskan pena ke kertas selama berjam-jam dalam sehari, sehingga tidak terbiasa menggunakan otot-otot mereka bak sprinter, binaragawan, pesenam, perenang atau atlet profesional lainnya. Dan meskipun ada sebagian penulis yang berolahraga yang intens seperti Haruki Murakami yang suka berlari marathon dan John Irving yang menekuni olahraga gulat, tak banyak penulis yang dikenal agresif atau memiliki predikat sebagai makhluk yang membahayakan bagi keselamatan orang lain. Mungkin ada penulis yang membahayakan posisi atau nyawanya sendiri, misalnya wartawan investigasi atau penulis buku atau novel sekontroversial Ayat-ayat Setan milik Salman Rushdie, tetapi citra penulis sebagai makhluk yang bisa membunuh sangatlah tidak lazim.
Apalagi jika Anda menyaksikan wajah manis Jack Unterweger. Siapapun mungkin akan meragukan apakah pria yang populer di kalangan wanita ini bisa menyakiti hewan sekalipun. Wajahnya tidak bisa dikatakan jelek. Tubuhnya tergolong kecil dan kurus untuk orang Eropa, tingginya hanya 5 kaki 5 inci. Jadi jangan membayangkan Jack sebagai seorang yang tinggi besar.
Unterweger berasal dari negeri yang membanggakan diri dengan tingkat kriminalitas yang rendah dan kebudayaannya yang tinggi, Austria. Musik-musik klasik baroque lahir di negara yang tidak berpantai ini.
Kehidupan Unterweger yang lahir 16 Agustus tahun 1950 itu dari kecil sangat malang. Ia tumbuh sebagai anak yang dibuang oleh sang ibu. Ibunya, menurut pengakuan Unterweger sendiri, adalah seorang pekerja seks komersial. Ayahnya adalah salah satu tentara yang bertugas untuk Amerika Serikat di masa perang. Pria ini pelanggan sang ibu.
Selama 7 tahun, Jack kecil harus tinggal bersama sang kakek yang tinggal di sebuah gubuk reot. Kakeknya juga bukan pengaruh yang baik bagi kejiwaan sang cucu. Ia seringkali mengajak PSK masuk ke gubuknya di malam hari, dan tidak peduli apakah sang cucu melihatnya asyik masyuk bersama wanita yang ia sewa. Dikatakan bahwa di dalam gubuk itu hanya ada satu kamar, sehingga saat Jack tidur, ia bisa mendengar sang kakek sedang bermesraan dengan PSK.
Masa remaja menjadi makin sulit bagi Jack. Menjelang masa dewasa, ia menghadapi berbagai masalah hukum dan dijebloskan ke pusat
rehabilitasi anak dan remaja pelaku kenakalan. Ia berkelana di Swiss dan Jerman. Di periode ini, ia sudah berhadapan dengan tuduhan kriminal, dari perkosaan, penganiayaan, bahkan penyekapan.
Tahun 1974 menjadi saksi bagaimana Unterweger makin mengarah pada dunia kekerasan. Margaret yang dikenal Jack sebagai teman pacarnya menjadi korban pencurian dan pembunuhan keji Unterweger. Unterweger tidak hanya menjarah harta bendanya tetapi juga menyeretnya ke tempat sepi kemudian menyuruh korbannya menanggalkan pakaian dan memukuli atau menjerat lehernya hingga mati tercekik.
Di Salzburg, Unterweger kemudian diadili atas tuduhan itu dan terbukti bersalah. Ia menjalani hukuman pidana selama 15 tahun lamanya. Penjara membuatnya menjadi seseorang yang berbeda. Entah bagaimana, ia berubah dari seorang penjahat menjadi seseorang yang sangat lihai memanfaatkan kata dan kalimat menjadi senjata yang menamenginya dari stigma negatif masyarakat. Dikisahkan bahwa Unterweger mampu belajar sebagai sastrawan dan menghasilkan karya berupa buku dengan banyak membaca di perpustakaan di lembaga pemasyarakatan tempatnya menjalani hukuman pidana. Kemampuan sastrawinya makin berkembang.
Di kalangan birokrat dan masyarakat Austria sendiri 6 tahun sebelum keluarnya Unterweger terjadi sebuah perubahan, yakni munculnya keyakinan bahwa siapapun yang menjalani hukuman pidana atas kejahatan bisa direhabilitasi sehingga dapat kembali berperan positif di kehidupan masyarakat luas. Dan semua ini berkontribusi pada dilepasnya Unterweger ke dunia bebas. Menurut wartawan Gunther Nenning, langkah ini didasari atas keinginan untuk membantu mereka yang kurang beruntung karena sudah mengalami ketidakadilan sosial dalam
masyarakat, seperti Unterweger muda yang lahir dalam lingkungan yang penuh kekerasan dan seks bebas.
Dengan keahlian menulisnya, pasca dilepas dari hotel prodeo ia menghasilkan puisi, naskah drama, bahkan buku anak-anak dan buku autobiografinya sendiri yang cukup menarik perhatian dunia sastra setempat.
Karya-karyanya itu meyakinkan masyarakat bahwa Unterweger bukanlah sosok yang sangat keji sebagaimana yang mereka sangka. Ia bisa sangat lembut dan memahami perasaan yang halus sekalipun dan mengungkapkannya dalam kalimat-kalimat indah.
Unterweger bahkan kemudian secara perlahan masuk lingkaran budayawan dan sastrawan elit Austria. Dia juga menjadi simbol kesuksesan program rehabilitasi residivis di Austria. Semua berkat kharismanya dalam menggunakan kata-kata. Sebagian berpendapat Unterweger menjadi contoh kasus bagaimana sastra memiliki pengaruh kuat dalam “menyembuhkan dan menebus dosa” dalam jiwa seseorang.
Salah satu bukunya berjudul “Fegefeur” (Purgatory/ Penyucian) diterbitkan tahun 1983. Kisah dalam buku ini mengenai masa sang penulis menjalani hukuman pidana. Sutradara Willi Hengstler tertarik membuat filmnya dan film itu dirilis tahun 1989.
Namun, bukan berarti Unterweger lupa caranya menjadi pembunuh. Ia menganggap bahwa menjadi seorang penulis akan membantunya keluar dari penjara lebih cepat dan diterima di masyarakat, bahkan menjadikannya sebagai pesohor. Dan yang penting, ia dihormati dan hidup makmur.
Pada tanggal 23 Mei 1990 Unterweger dibebaskan secara bersyarat setelah 15 tahun mendekam di penjara. Jumlah hukuman 15 tahun itu adalah masa hukuman minimal yang harus dijalani dalam hukuman seumur hidupnya.
Unterweger yang baru lepas dari hukuman itu langsung mencuat menjadi selebriti. Ia diundang dalam acara diskusi televisi nasional yang disaksikan secara luas mengenai reformasi hukum pidana di Austria. Melalui acara itulah, publik makin diyakinkan dengan tingkat intelektualitas dan kharisma Unterweger sebagai sosok panutan dan pujaan. Pria itu tampil bersih dalam setelan jas putih, berbicara dan berdebat dengan cerdas dengan para jurnalis dan sosok intelektual secara langsung di media.
Meski sudah terkenal dan menjadi penulis yang disegani masyarakat serta memiliki basis fans tersendiri, ia tidak berniat untuk menjadi warga baik-baik. Ia kembali ‘kambuh’, dan kali ini cakupannya meluas. Di Los Angeles, Amerika Serikat, Unterweger juga melakukan tindakan yang sama. Begitu juga di kota Praha, Chekoslowakia. Korban-korbannya kesemuanya adalah wanita muda, sebagian pekerja seks komersial, seperti sang ibu, yang ia benci karena sudah menelantarkannya begitu saja di dunia yang kejam ini.
Singkat cerita, Unterweger berhasil diringkus aparat setelah dituduh menghabisi 11 korban perempuan: 7 di Austria, 3 di AS, 1 di
Cekoslowakia. Para penggemar Unterweger masih memberikan dukungannya dengan hadir di pengadilan.
Publik makin lama makin mengetahui bahwa Unterweger adalah pribadi yang manipulatif dan mampu menggunakan kata-kata dan mimik muka serta menggunakan kedekatannya dengan lingkaran elit intelektual. Para pendukung Unterweger mulai meragukannya.
Unterweger memberikan pembelaan yang sangat meyakinkan dan menggugah emosi bagi banyak orang yang menyaksikannya. Namun, berkat juri yang menggunakan bukti-bukti yang kuat, Unterweger tak dapat lolos kali ini. Ia terbukti dengan meyakinkan sudah bersalah dalam 9 kasus pembunuhan tersebut. Dan ia juga dituduh menjadi pelaku dalam 2 kasus lainnya.
Ia mengancam akan bunuh diri begitu gugatan bandingnya ditolak dan dijebloskan ke penjara. Pria itu yakin dengan kemungkinan untuk bebas dari semua tuduhan. Rupanya ia telah berjanji dengan dirinya sendiri untuk tak akan pernah lagi menginjakkan kaki dalam penjara.
Unterweger tidak memberikan gertakan sambal. Ia benar-benar melakukan apa yang ia katakan. Dengan berbekal sebuah tali dalam pakaiannya, ia menggantung diri di selnya.

Like this:
Like Loading...