Cara Mencintai Pekerjaan yang Tak Kau Cintai

DRAMA seri Jepang ini menceritakan seorang tukang cek naskah yang bertabiat periang, ceplas ceplos dan suka berdandan menor. Tak berlebihan kalau judulnya “Pretty Proofreader“.

Foto: Asianwiki

Dari apa yang saya baca di Asianwiki, drama ini diadaptasi dari novel karya Ayako Miyagi dan Amyumi Nakatani. Tahun dirilisnya 2016 jadi lumayan sudah jadul sebetulnya.

Tapi yang menarik dari drama ini sebenarnya pelajaran berharga bagi Anda yang saat ini sedang merasa terjebak dalam pekerjaan yang membosankan atau kurang disukai karena berbagai alasan.

Di sini Etsuko Kono si tokoh utamanya diceritakan sangat mendambakan pekerjaan editor di sebuah majalah fashion Lassy. Begitu gandrungnya sampai dia baca semua edisi majalah itu dan mengoleksinya di kamar kosnya yang sempit di atas sebuah warung edon yang dikelola teman ayahnya, Taisho Oda.

Gadis 28 tahun itu gigih benar dalam memperjuangkan impiannya menjadi editor fashion. Ia berkali-kali melamar ke perusahaan penerbitan yang di dalamnya juga mencakup penerbitan majalah Lassy.

Eh tak disangka, ia dinyatakan diterima sebagai karyawan, tapi bukannya di majalah Lassy. Ia justru direkrut sebagai seorang juru pemeriksa naskah buku yang juga bernaung di bawah perusahaan yang sama dengan Lassy.

Sempat ia kecewa berat karena masuk ke divisi yang membosankan. Teman-teman kerjanya berpenampilan kaku, pendiam dan nerdy. Lihat saja penampilan Rion Fujiwa yang saban masuk kerja cuma pakai blazer abu-abu. Lalu Mitsuo Yoneoka yang queer, dan 3 orang lainnya yang juga pendiam dan berkacamata tebal. Intinya divisi proofreading ini penuh dengan orang-orang yang tak bisa tampil di depan layar, termasuk si manajer Naoto Takehara.

Etsuko Kono kemudian bertemu dan jatuh cinta pada Yukito Orihara, seorang anak muda yang sebetulnya punya talenta sebagai penulis tapi belum yakin betul dengan bakatnya itu.

Ia menggunakan nama pena sebagai samaran agar sang ayah yang ternyata adalah penulis kenamaan Daisaku Hongo tidak kecewa dengan karya-karyanya yang menurut Yukito sendiri kurang setara dengan karya ayahnya.

Karena itulah Yukito terpaksa menerima tawaran bekerja sebagai model majalah Lassy setelah teman SMA Etsuko Kono menawarinya. Teman yang bernama Toyoko Morio ini kemudian menampungnya di rumahnya dan sempat terjebak cinta lokasi yang kemudian dia sadari bahwa ia cuma kesepian.

Kembali soal pekerjaan, si Yukito juga sempat ragu dengan pilihan kariernya sebagai penulis fiksi. Apalagi kepercayaan dirinya melemah begitu ia mendapatkan komentar jujur dari editornya Hachiro Kaizuka yang juga teman sejawat Etsuko Kono di kantor.

Yukito pun mencoba untuk tidak meninggalkan dunia menulis. Ia menulis tapi dengan mengambil perspektif yang menurutnya lebih menarik bagi dirinya.

Di akhir cerita, ia menerbitkan sebuah buku yang membahas sejumlah orang dengan profesi ‘di balik layar’ seperti tukang servis mainan anak di playground, pekerja proyek jembatan, dan sejumlah profesi yang tak banyak dilirik dan dibicarakan orang sebagaimana profesi populer seperti pesohor, aktor, penyanyi, dan sebagainya.

Ini tentu sangat berlawan dengan tren zaman sekarang, saat orang-orang berlomba tampil di depan layar. Mereka memanfaatkan media sosial sebagai pengganti televisi dan media arus utama yang tak lagi menyediakan ruang untuk mereka yang dianggap kurang ‘menjual’.

Di sini kita bisa resapi perjalanan karakter Etsuko Kono yang awalnya cuma ingin bertahan 3 bulan di divisi proofreading dan secepatnya ingin pindah ke Lassy sebagai editor bersama Toyoko Morio.

Eh ujung-ujungnya ia malah terlalu jatuh cinta pada pekerjaanya sebagai proofreader dan melewatkan tawaran mengerjakan sebuah proyek di majalah Lassy yang memberinya kesempatan membuktikan kecintaannya pada dunia fashion.

Etsuko Kono diceritakan sebagai seorang pekerja yang tak mau setengah-setengah dalam bekerja. Walaupun ia tak begitu suka pekerjaan proofreader, toh ia bersedia melakukan pekerjaan itu dengan semaksimal mungkin. Bukan cuma untuk mengisi waktu atau sebagai batu loncatan ke pekerjaan editor yang ia dambakan.

Bagi saya ini relevan dan sangat membantu menaikkan semangat bagi Anda yang sedang merasa kurang cocok dengan pekerjaan yang digeluti saat ini.

Kalau Anda memang merasa tak cocok dengan pekerjaan sekarang karena berbagai alasan, jangan jadikan itu sebagai alasan untuk mengerjakannya secara asal-asalan karena dari sini karakter kita justru sedang diuji.

Jadi tetaplah bekerja dengan sepenuh hati entah itu terlihat orang atau tidak. Karena kalau semua mau menjadi aktor yang tampil di panggung, siapa yang mau bekerja di balik layar menjadi sutradara, penata rias, pengatur cahaya? (*/)