Masihkah Blog Relevan di Era TikTok dan Instagram?

Seperti tahun-tahun sebelumnya, peringatan Hari Blogger Nasional dihantui dengan pertanyaan semacam “Apakah blogger masih rajin menulis?”, “Apakah blog masih relevan?”, “Memang masih ada yang baca blog ya?”.

Kalau jawaban saya: “Ya, blogging masih relevan dan pasti bisa bertahan kok di era apapun.”

Karena menurut saya blog itu mirip email. Keduanya boleh diolok-olok sebagai bentuk komunikasi internet yang primitif, tidak efisien, merepotkan, dan sebagainya.

Tapi lihatlah sekarang, setelah 30 tahun kita menggunakan internet, email dan blog masih ada kok dan mereka tidak serta merta hilang meski TikTok dan Instagram merajai.

Fenomena blog mirip dengan surat kabar dan radio juga. Kemunculan media komunikasi baru yang lebih segar dan canggih boleh saja menyita perhatian masyarakat dunia tapi saat semua yang baru ini masih belum bisa memberikan rasa nyaman dan aman (karena masih dalam tahap eksperimen dan eksplorasi), email dan blog sudah lumayan familiar dan menjadi media komunikasi yang lebih mudah dipahami teknik penggunaannya.

Mengonsumsi konten TikTok dan Instagram kurang bisa memberikan perspektif yang lebih mendalam. Dan tentu jika dikutip akan kurang meyakinkan.

Tapi tidak demikian dengan blog. Apalagi jika blog itu ditulis dengan kesungguhan. Tidak cuma berdasarkan opini belaka tapi ada logika, nalar, argumen yang disertai bukti kuat dan ilmiah yang ditambahkan.

Dan blog lebih aman dari kesalahpahaman karena ruang menjelaskan konteks dan duduk perkara sangatlah luas. Tak cuma sekadar 1-2 menit audio visual yang bisa disalahartikan jika tak disertakan konteksnya.

Kerawanan untuk disalahartikan inilah yang justru dimanfaatkan TikTok agar video bisa viral di populer.

Di blogosphere, tulisan yang viral ya memang karena isinya jelas, tajam, punya argumen yang kuat. Tidak menyesatkan. Clickbait mungkin cuma ampuh sesaat tapi tidak viral seterusnya karena orang bakal paham polanya. (*/)

Dunia Makin Sengsara, Bahkan Rusia

ENTAH siapa yang harus disalahkan dengan meluasnya gejala resesi ekonomi dunia saat ini.

Perang Rusia vs Ukraina yang meletus sejak dari Maret lalu sampai sekarang belum ada ujungnya. Bahkan setelah Jokowi mendatangi kedua negara dan mengundang kedua presiden negara serumpun itu ke pertemuan tingkat tinggi G20 di Bali nanti.

Di Indonesia sendiri, kehidupan rakyat juga sudah cukup sengsara ya. Gelombang PHK di startup dan pabrik-pabrik akibat melemahnya daya beli masyarakat yang dipicu tingkat inflasi yang makin tinggi sudah terasa efeknya.

Padahal baru saja kita lewat dari pandemi covid-19 dan sudah dihajar resesi yang sudah diumumkan secara resmi oleh IMF dan para petinggi negara kita tercinta.

Tapi bagaimana ya, ini itu seperti musibah buatan manusia sendiri. Bayangkan kalau kita nggak ada perang dan sok-sokan invasi negara lain. Ya Putin memang sering disebut sebagai pemicu semua kekacauan dunia ini tapi di balik tindakan invasi Putin itu juga sebetulnya pasti ada yang memicu. Blok Barat (NATO) pastinya sudah berulah juga.

Di Inggris sendiri resesi dan inflasi membuat sebagian anak sekolah kelaparan di jam istirahat. Ini Inggris yang notabene identik dengan status negara dunia pertama yang kaya dan maju. Kemakmuran sangatlah terjamin. Tapi mendengar berita itu, kita tentu bergidik. Jika Inggris saja begini sengsara, apalagi kita negara yang terjebak di status negara berkembang dan menengah?

Jadi siapa yang salah? Tak masalah siapa, karena yang penting kita sama-sama hidup makin susah sekarang.

Bahkan di Rusia, rakyatnya juga makin kesulitan. Tonton saja video YouTube satu ini.