
ALKISAH beredar sebuah konten viral di WhatsApp. Begini bunyinya:
1400 TAHUN YANG LALU RASULULLAH TELAH MENEMUKAN OBAT VIRUS CORONA
Seluruh dunia sedang mencari obat untuk Virus corona, sedangkan Rasulullah salallaahu alaihi wa sallam sudah memberikan obat untuk semua penyakit sejak 1400 tahun yg lalu termasuk obat untuk virus corona.
Kita tidak boleh meninggalkan ajaran dan sunnah Rasulullah.
Kurma merupakan gula tertinggi untuk melawan virus corona, menurut professor America Hendrick Shatrick, seorang virologi
(ahli virus) spesialis virus Corona menjelaskan.PH (tingkat keasaman) virus Corona bervariasi dari 30% sampai 70%.
Karena itu, untuk mematikan virus, kita harus banyak mengkonsumsi makanan yang memiliki kadar gula di atas virus CoronaSeperti :
Kurma – 70%
Pisang – 60%
Apel – 40%
Citrus/jeruk mandarin – 30 %
Nanas – 30%
Jeruk – 30%KURMA akan mematikan virus sejak awal, sebelum mencapai paru-paru
Untuk mengkonsumsi kurma, lakukanlah sehari 3 kali tiga biji
(pagi 3 biji, siang 3 biji dan malam menjelang tidur 3 biji).Inshaa Allaah.
Jangan simpan informasi ini untuk sendiri, berikan kepada keluarga dan teman-teman.
Allah adalah sebaik-baiknya Penjaga dan Dialah yang Maha Penyembuh dan Maha Pengampun.
Di grup WhatsApp mana? Tengok saja grup keluarga masing-masing.
Kemudian saya mencoba melacak nama virologist tadi. Tidak ada jejaknya. Entah apa saya yang kurang gigih atau memang literaturnya sedikit sekali.
Saya pun mencoba cara lain untuk membuktikan inti gagasannya bahwa kurma bisa memusnahkan Covid-19.
Apakah itu benar?
Saya menemukan sebuah publikasi riset dari Society for General Microbiology dengan judul: “Date syrup shows promise for fighting bacterial infections” yang juga diterbitkan laman ScienceDaily.com pada tanggal 30 March 2015. Anda bisa membacanya di tautan ini: http://www.sciencedaily.com/releases/2015/03/150330213949.htm.
Intisari temuan riset tadi ialah bahwa sirup atau jus kurma yang banyak dikonsumsi di Timur Tengah itu memiliki khasiat antibakteri dan bisa digunakan melawan sejumlah bakteri penyebab penyakit. Jenis bakteri yang diketahui bisa dibasmi dengan sirup kurma ialah Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Enterococcus spp. dan Pseudomonas aeruginosa.
Dalam kondisi “in vitro” alias di tabung percobaan atau kondisi laboratorium (bukan di dalam tubuh organisme), sirup kurma ini bisa menghambat pertumbuhan bakteri lebih cepat daripada madu yang memiliki khasiat serupa.
Kandungan dalam sirup kurma ini memang berguna bagi kesehatan. Sejumlah senyawa fenolik yang terbentuk secara alami dalam kurma memang bisa membunuh bakteri.
Anehnya meski sama-sama tinggi gula, sirup artifisial yang tidak ada kandungan fenolik tadi tak begitu efektif mencegah pertumbuhan bakteri.
Jadi sirup kurma ini dikatakan bisa bermanfaat untuk mengobati penyakit-penyakit yang dipicu bakteri-bakteri tadi. Sirup kurma juga sudah dipakai sebagai obat luka pencegah infeksi.
Dan perlu digarisbawahi bahwa percobaan tadi dilakukan dalam kondisi in vitro. Jadi ada kemungkinan hasilnya bisa berbeda jika dilakukan dalam tubuh organisme (manusia misalnya).
Dan seberapa banyak dosisnya? Ini yang belum terukur secara pasti. Bagaimana kalau terlalu sedikit sehingga efeknya tak terasa? Bagaimana kalau terlalu banyak sampai menimbulkan gangguan kesehatan lain?
Tapi BELUM ADA BUKTI ILMIAH bahwa sirup kurma atau kurma itu sendiri bisa membunuh Covid-19 yang sedang merajai dunia sekarang ini.
Jadi kita bisa simpulkan bahwa kalimat “kita harus banyak mengkonsumsi makanan yang memiliki kadar gula di atas virus Corona“ di dalam kabar di atas tadi BELUM BERDASAR.
Jangan sampai demi untuk menghindari Covid-19, kita malah mempertinggi risiko diabetes karena kurma yang matang apalagi busuk memiliki kadar gula yang sangat tinggi.
Dan kita tahu apapun itu yang berlebihan akan membawa ketidakseimbangan dan penyakit. Sebaik apapun sesuatu kalau terlalu banyak pastinya bikin nggak enak. (*/)
Terima kasih sudah riset mengenai hal ini. Saya tercerahkan.
Sama-sama mas..